a. Pandangan Klasik
Abu Raihan Al bairuni,
ia adalah seorang ilmuwan
muslim yang
hidup pada abad ke-X dan ia juga rajin mengukur
berat jenis berbagai benda, kemudian ia
juga merupakan seorang ilmuwan yang pertama
kali mengatakan
universalitas
hukum alam, dengan mengatakan bahwa
model alam plolemaeous, yang geosentris ,secara fisis tidak masuk akal karena
langit, yang begitu besar, dengan bintang yang katanya menempel padanya dinyatakan berputar mengelilingi bulan sebagai pusat.ia
bahkan menyebutkan kemungkinan besar adanya orbit
yang eliptik pada planet dalam komunikasinya dengan ibnu sina.ketika enam abad kemudian Johann kepler berhasil menemukan hubuhan antara waktu edar planet-planet dengan sumbu
utama elips
masing- masing,
maka muncullah dalam abad ke-XVII karya Isac
Newton
‘’principia’’ yang berisi teori gravitasinya.Sejak itu orang mengetahui
apa kendala
yang mengekam planet-planet tata
surya untuk bergerak mengitari matahari.Kemudian
bagaimanakah
konsepsi astro- fisika tentang penciptaan
alam dan pemikiran apa yang
melandasinya.Jadi di dalam konsepsi ini akan selalu berubah-ubah sepanjang sejarah,
bergantung pada tingkat kecanggihan alat-alat dan sarana observasiny, dan bergantung
pada
tingkat kemajuan fisika itu sendiri.Dalam dasawarsa-dasawrsa pertama abad ini para ahli
fisika mempunyai konsepsi bahwa, sesuai dengan
hasil penelitian,
langit atau
ruang
alam tak terbatas dan besarnya tidak berhingga;sebab kalau ia terbatas,otomatis bintang dan galaksi
yang ada di tepi merasakan gaya tarik gravitasi dari satu sisi saja,yaitu kearah pusat alam semesta, sehingga
lama-kelamaan
benda-benda langit itu akan mengumpul disekitar pusat
tersebut. Karena
kecenderungan semacam itu dapat dilihat bahwa hal semacam itu tidak pernah tampak
pada
pengamatan, maka
orang berkesimpulan bahwa ruang alam itu tidak terbatas.Namun tidak hanya itu
konsepsinya; alam menurut
para
ilmuwan
fisika tidak hanya
tak berhingga besarnya dan terbatas,akan tetapi juga tak berubah status
totalitasnya dari
waktu tak berhingga lamanya yang telah lampau sampai waktu tak berhingga lamanya yang
akan datang. Sebab menurut para fisikawan dilaboratorium, materi itu kekal adanya. Apapun
reaksinya yang dialami , kimiawi dan fisis, massanya tak pernah hilang atau paling akan
berubah menjadi energi yang setara .Dengan demikian, maka materi alam yang ada ini juga tak
pernah tiada.Konsepsi bahwa ala mini kadim dan kekal, nyata tak pernah mengakui adanya penciptaan alam.Sudah barang
tentu gagasan semacam itu tidak sesuai dengan ajaran
Islam sebagaimana ia terkandung dalam AL-Qur’an.Adapun pandangan para ilmuwan itu berasal dari
Newton, ia mengemukakan
konsepsi tersebut sekitar
abad ke-
XVIII; namun
kekekalan massa
ditegaskan oleh Lavoisier sekitar
akhir
abad yang ke-XVII, dan kemudian
diperluas oleh Einstein
dalam abad ini menjadi kekekalan massa dan energy atau secara singkat:kekekalan materi.Dalam
dasawarsa kedua abad ke-XX
ini
saja Einstein masih
percaya pada kebenaran konsepsi klasik itu.Adapun dari
prinsip-prinsip dasar
ia dapat membuat suatu rumusan
matematis yang ia harapkan akan dapat melukiskan alam yang
sesuai dengan pengertian para ilmuwan pada waktu itu; namun salah seorang ilmuwan
fisikawan yang
bernama Friedman mengungkapkan bahwa model ini tidak melukiskan alam
statis, yang
menjadi konsensus para
astronom- kosmolog, melainkan jagad raya yang
dinamis. Hal ini tidak berkenaan
dengan hati Einstein akhirnya ia merasa kecewa dan dengan hati yang
kecewa ia mulai mengadakan perubahan pada perumusannya dengan ia menambahkan bilingan konstan,sehingga hasil matematisnya memenuhi selera sang genius;
ia ternyata melukiskan alam yang statis. Akhirnya
Einstein pun merasa puas dengan apa yang
di inginkannya. Meskipun
alam semesta dalam fikiran para ilmuwan itu
bukan alam menurut ajaran islam, yakni
yang diciptakan
pada suatu waktu dan akan di tiadakan pada
saat yang
lain; melainkan alam semesta yang tidak pernah diciptakan, yang kadim dan
langgeng, sesuai dengan konsensus yang
didasarkan pada kesimpulan yang rasional sebagai hasil analisis yang kritis terhadap berbagai data yang
diperolehnya dari dari pengukuran dan pengamatam. Al-Qur’an yang ayat-ayatnya diturunkan sekitar 14 abad yang
lalu mengandung uraian-uraian secara garis besar
tentang
penciptaan alam semesta ini, namun
umat yang masih
awam belum mengetahui maknanya
yang secara jelas. Karena sebab
rincian dari scenario
kejadian
itu terdapat
dalam Al kaun
sebagai
ayatollah
yang harus
‘’dibaca’’, dan umat tidak mampu membacanya; karean ilmu fisika dan sains pada umumnya,
telah melepaskan nya enam
abad yang lalu.
b. Pandangan Modern
Pada tahun 1929 terjadi peristiwa penting yang
menjadi awal pergeseran pandangan dilingkungan para ahli tentang
penciptaan alam, yang mengubah secara radikal
tentang konsepsi para ilmuwan mengenai munculnya alam semesta. Sebab pada tahun itu seorang
ilmuwan yang bernama Hubble, yang mempergunakan teropong
bintang terbesar di dunia, melihat galaksi-galaksi di sekeliling kita,yang menurut analisis terhadap spectrum cahayanya tampak menjauhi galaksi dengan kalajuan galasksi
yang sebanding dengan jaraknya dari bumi; yang terjauh bergerak paling cepat meninggalkan kita .Kejadian ini merupakan pukulan
berat bagi Einstein, karena penelitian hubble itu menunjukan bahwa alam semesta ini tidak statis melainkan merupakan alam yang
dinamais seperti freidman. Dengan kecewa ia menerima kekliruannya itu dan kembali pada modelnya yang terdahulu, karena penelitian medorong para ilmuan untuk berkesempulan bahwa alam yang kita huni ini mengembang.,
volume ruang jagat
raya ini bertambah
besar
setiap saat.
Ketika oang berbicara tentang
jagat raya yang berekspansi, dengan mereka bingung tidak mengerti apa
atritnya., sebab di mana-mana
terdapat ruang alam. Kemudian jagat raya ini melakukan
ekspansi, kemana lagi harus di cari ruang yang akan menampunhg
pengembangannya dan
tidak hanya sejauh ini saja kejutan itu di rasakan. Menurut Gamou, alfher dan herman, mereka berpendapat bahwa pada saat itu bahwa terjadi ledakan yang sangat dasyat yang
dapat melemparkan materi seluru jagat raya kesemua arah, yang
kemudian membentuk
bintang-bintang dan galaxy. Karena tidak mungkin materi seluruh alam itu berkumpul
di suatu tempat dalam ruang tanpa
meremas diri dengan gaya gravitasinya yang
sangat kaut, sehingga volumenya mengecil menjadi titik, maka di simpulkan bahwa ‘dentuman besar’ ini
terjadi ketika seluruh materi kosmos
terlempar denga kecepatan yang sangtat itnggi keluar
dari keberadaannya dalam volume yang
sangat kecil. Adapun alam semesta ini lahir dari sebuah singularitas denga keadaan ekstrem. Kenyetaan
di sini bahwa fisikawan
akhirnya mengakui bahwa
semua
alam tiada tetapi
kemudian,
sekitar 15 miliar
tahun
yang lalu,
tercipta dari ketiadaan., sebab fakta-fakta dari hasil penelitian yang menelorkan kesimpulan
itu
tidak dapat di sangkal. Kemudian keterpaduan runag dan materi seperti dinyatakan dalam
ayat Al-Qur’an hanya dapat kita pahami jika keduaanya berada di suatu titik., singularitas
fisis yang merupakan volum yang berisi seluruh materi. Selanjutnya, mengenai ekspansi alam
semeta ini, yang menaburkan materi paling
tidak sebanyak 100 milyar galaksi yang
masing-
masing berisi rata-rata 100 milyar bintang
itu
kekuatan yang di libatkan dalam pembangunan ala mini dan yang
mampu melemparkan kira-kira 10.000 milyar milyar bintang yang
masing-
masing massanya sekita masa matahari di seluruh pelosok alam itu, tentu saja tidak dapat kita bayangkan. Kemudian dari pembandingan semacam ini dapat kita mengetahui bahwa pada akhirnya, fisika yang
di kembangkan untuk mencari kebenaran, samapai juga pada fakta yang di tujukan oleh Al-Qu’an. Kenyataan ini menggusarkan para
ilmuwan fisikawan pada umumnya karena penciptaan alam raya dari ketiadaan memrlukan adanya Sang Pencipta Yang Maha Kuasa; suatu kejadian yang mereka ingin menghindari. Karena mereka hanya
membicarakan apa-apa yang
dapat di indrakan atau di deteksi dengan peralatan saja. Oleh karenanya, maka beberapa para
pakar fisika mencoba menggelakkan penciptaan alam ini
dengan melontarkan teori-teori tandingan seperti teori alam yang berosilasi, yaitu alam semesta
yang berkembang- kempis,
yang
meledak dan berekspansi untuk kemudian
kembali lagi mengecil berulang-ulang tanpa awal tanpa akhir; namun kosmos yang berkelakuan seperti itu tidak dapat di benarkan secara termodiamis. Adapun usaha lain ialah dengan mengemukakan teori alam yang ajeg, yang
mengatakan bahwa galaksi-galaksi boleh
terbang ke seberang sana tetapi ruang yang
di tinggalkannya akan terisi lagi oleh materi baru; namun, teori ini dapat menjadi tidak laku setelah pada
tahun 1964 Willson dan Penzias dalam melakukan penelitiannya kesegenap penjuru alam menemukan sisa
kilatan dentuman besar yang terjadi sekitar 15 tahun yang lalu. Meskipun telah jelas fakta-fakta yang di ungkapkan oleh sang pencipta, dan para
pakar fisika, dapat menangkap dan mengetahuinya, namun
terdapat perbedaan besar, antara ajaran ilmu fisika
atau sains dengan ajaran agama. Kalau dalam ilmu fisika filsafat ilmu itu mendorong para pakar-pakarnya untuk menghindar dari
tindakan melibatkan Tuhan Yang
Maha Esa dan menyatakan bahwa alam tercipta dengan
sendirinya maka
dalam ajaran agama justru Allah Swt yang menjadi peran utama dalam menciptakan universum
ini.
Anjuran Pengembangan Sains Dalam Al-Qur’an
Dalam bahasa arab, seingat
saya fisika dinamakan ilmu ‘’thobi’ah
‘’ atau disebut ilmu
watak , mengapa sehingga di
sebut ilmu watak karena pada waktu kejayaan ummat
islam, ilmu tersebut,yang memang pada dasarnya berusaha mengungkapkan sifat dan kelakuan alam di sekitar kita, ini pada kondisi- kondisi
tertentu, di
sadari seperti menyatakan bahwa
kelakuan yang diperlihatkan
itu menunjukkan watak alam
itu sendiri. Jadi ingatan
itu dapat membawa saya kembali mengingat
ke
zaman Imam
Ghazali ,
ketika berbagai
ilmu
pengetahuan dipelajari dan dikembangkan dengan giat dilingkungan umat sesuai dengan
dorongan
AL-Qur’an
dan
Sunnah Rasul.Begitulah watak alam
dan
kemauannya; begitulah kata
ahli ilmu tabiat yang
pada zaman itu disebut filosof,
karena memang cabang ilmu itu
telah digolongkan
sebagai ilmu filsafati pada saat itu.Kemudian dalam
menghadapkan
pemikiran yang melandasi
segenap
usaha, serta
berbagai konsepsi, dalam lingkup fisika pada ajaran AL-Qur’an, kita akan mempergunakan beberapa ayat yang relevan
dengan mengembangkan ilmu
fisika itu sendiri . Kemudian
disamping itu kita perlu mengingat bahwa fisika, bidang sains lainnya,yang berusaha mengungkapkan
kelakuan alam
pada kondisi tertentu; misalnya dengan melihat respons atau
reaksi dari sebagian dari sebagian
alam di sekeliling kita, jika kita bertindak
terhadapnya.Air yang keadaannya panas
tampak mengeluarkan uap , udara tertutup yang dipaksa dengan
memperkecil volumenya
menunjukan kenaikan tekanan,
dan sebagainya.Jadi usaha-usaha itu
dapat kita maklumi,
karena manusia
di tunjuk oleh
Allah SWT menjadi khalifah di muka bumi ,
sebagaimana
terdapat
di dalam (QS.Surah Al-An’am: ayat 165)
Artinya: Dan dia lah yang
menjadikan kamu penguasa-penguasa
di bumi dan dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang
lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang
diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya dia Maha Pengampun
lagi
Maha
Penyayang.
Di dalam surah
Al-An’am
ini
telah menjelaskan bahwa hendaknya Allah
menciptakan khalifah
di muka bumi ini agar
ia
menjadi seorang pemimpin atau
penguasa yang mempunyai
rasa tanggung jawab ,manusia tak dapat berbuat lain kecuali harus
mengahlikan diri dalam alam
sekitarnya.sedangkan
untuk memperoleh kemampuan
itu harus mengenal alam
lingkungannya dengan
sebaik baiknya manusia sering mengamati alam disekitarnya,
serta mengingat-ingat
gejala-gejala yang ia lihat
pada pengamatan itu.
Marilah kita kaji satu demi satu apa yang mendasari
kegiatan fisika
dan membandingkannya dengan ajaran islam yang terkandung dalam kitab suci
al-quran. Sebagaimna kita ketahui unsur pertama
dalam
kegiatan fisika yang penting adalah observasi atau
pengamatan
terhadap
bagian
alam yang kita ketahui
sifat dan kelakuannya pada kondisi
tertentu. Tidaklah d benarkan dalam
kegiatan
fisika penggantian
pengamatan
dengan pengkhayalan tentang kelakuan alam
itu,kecuali apabila khayalan
tersebut
di dukung oleh hasil perhitungan matematika yang dijabarkan dari
kelakuan-kelakuan lain yang telah
diketahui. Sehubungan dengan
keharusan
manusia untuk mengenal alam sekelilingnya
dengan baik,
maka Allah SWT memerintahkan
dalam ayat 101 surah
Yunus;
Artinya: Katakanlah: "Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi. tidaklah bermanfaat
tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman".
Agar manusia mengetahui
sifat-sifat dan kelakuan alam
disekitarnya, yang akan
menjadi tempat tinggal disumber
bahan
serta makanan
selamat hidupnya. Di
sini saya pergunakan kata memeriksa
degan
nazhor atau
intizhoruntuk kata-kata
‘’unzuhur’’karena
pengertian saya akan
ayat tersebut
ialah
bahwa perintah untuk melihat itu
tidaklah sekedar untuk melihat degan
pikiran yang kosong,melainkan dengan perhatian
pada kebesaran dan
kekuasaan Tuhan yang maha Esa,dan makna
dari gejal-gejala yang teramati.
Hal ini tampak lebih jelas lagi jika kita ikuti teguran-teguran Allah
SWT dalam ayat
17-20 surah
Al Ghasyiysh yang berikut:
‘’Maka apakah
mereka tidak melakukan nazhor
dan
memperhatikan onta ,bagaimna ia
diciptakan . dan langitbagaimna ia di angkat
. dan gunung-gunung ,bagaimna mereka
ditegakkan
.dan bumi,bagaimna ia dibentangkan.’’
Dari lima ayat yang saya sebutkan
terakir
ini nyata bahwa Allah
S.W.T. memberikan bimbinganya lebih
lanjut dalam Al-Qur’an ,bagaimna caranya manusia
memahami ayat-ayat
yang berkaitan dengan alam
semesta,yang secara garis besar melukiskan poroses-porose yang
alamiah yang terjadi
di dalamnya. Dan
ini pulalah yang dilakukan
orang dalam fisika,atau pengembangan
sains
pada
umunya; melakukan observasi
dengan penuh
perhatian
untuk dapat menjawab
pertanyaan’’bagaimna prose itu
terjadi’’.
Memeriksa alam semesta
dapat
diartikan
‘’membaca ayatullah’’yang dapat
merinci dan menguraikan
erta
menerangkan ayat-ayat didalam
Al quran yang merupakan garis besar;
sebab didalam kitab
suci itu sendiri ,alam semesta
serta proses-proses yang terjadi di dalamnya sering kali dinyatakan sebagai
ayat Allah.
Setelah pengamatan
unsur penting yang kedua dalam
pengembangan fisika adalah
pengukuran.
Kuantifikasi
dilakukan semaksimal
mungkin; sebab’segala
sesuatu
akan menjadi kabur dalam fisika apa bila hanya dinyatakan
secara kualitatif saja.
Kalau
saya menimbulkan
kembali keaadan yang ada dalam pernyataan yang
puitis itu saya akan angkat
tangan,karena
saya tidak tahu ‘’
sepoi-sepoi
basa’’ yang bagaimanakah yang Harus saya timbulkan. Sedangkan untuk pernyataan yang kedua,
tiap
mahasiswa akan dapat
memproduksinya dalam laboratorium.Memang fisika adalah ilmu yaqng kuantitatif;
seperti
halnya sains
pada umumnya. Kemudian besaran-besaran yang dapat di ukur itu di namakan besaran fisika
atau besaran fisis.Kalau besarab-besaran fisis
yang tampil dalam
suatu proses alamiah dalam
hubungan antara satu dengan yang lain,
maka hubungan antara itu
dapat
di rumuskan dalam bentuk matematis.dalam bentuk
ini,perhitungan-perhitungan yang di perlukan
dalam penerapannya dapat dilakukan
dengan
mudah.Adapun unsur penting yang ketiga dalam pengembangan fisika,adalah analisis terhadap
data yang terkumpul
dari berbagai pengukuran atas
besaran- besaranfisis yang terlibat, yang dilakukan
melalui proses pemikiran yang kritis, yang kemudian dilanjutkan dengan
penalaran yang sehat
untuk mencapai kesimpulan yang rasional;terakhir ini merupakan
unsur yang sangat penting .jika
kita
menguasai fisika, atau sains
pada umumnya, kita akan mengetahui bagaimana alam
akan bertingkah
laku pada kondisi tertentu; dengan ilmu pengetahuan
kealaman yang ia miliki, manusia dapat menimbulkan
kondisi yang ia
pilih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar