Pengkajian manusia tentang Tuhan, yang hanya didasarkan
atas pengamatan dan pengalaman serta pemikiran manusia, tidak akan pernah
benar. Sebab Tuhan merupakan sesuatu yang ghaib, sehingga informasi tentang
Tuhan yang hanya berasal dari manusia biarpun dinyatakan sebagai hasil renungan
maupun pemikiran rasional, tidak akan benar.
Informasi tentang asal-usul kepercayaan terhadap Tuhan
antara lain tertera dalam QS 21
(Al-Anbiya): 92, “Sesungguhnya agama yang diturunkan Allah adalah satu,
yaitu agama Tauhid. Oleh karena itu seharusnya manusia menganut satu
agama, tetapi mereka telah berpecah belah. Mereka akan kembali kepada Allah dan
Allah akan menghakimi mereka.
Ayat tersebut di atas memberi petunjuk kepada manusia
bahwa sebenarnya tidak ada perbedaan konsep tentang ajaran ketuhanan
sejak zaman dahulu hingga sekarang. Melalui Rasul-rasul-Nya, Allah
memperkenalkan dirinya melalui ajaran-Nya, yang dibawa para Rasul, Adam sebagai
Rasul pertama dan Muhammad sebagai terakhir.
Jika terjadi perbedaan-perbedaan ajaran tentang ketuhanan
di antara agama-agama adalah karena perbuatan manusia. Ajaran yang tidak sama
dengan konsep ajaran aslinya, merupakan manipulasi dan kebohongan manusia yang
teramat besar.
QS 5 (Al-Maidah):72, “Al-Masih berkata: “Hai Bani Israil
sembahlah Allah Tuhaku dan Tuhanmu. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan
(sesuatu dengan) Allah, maka pasti mengharamkan kepadanya syurga, dan tempat
mereka adalah neraka.
QS 112 (Al-Ikhlas): 1-4, “Katakanlah, Dia-lah Allah, Yang
Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung pada-Nya segala sesuatu. Dia tiada
beranak dan tiada pula diperanakkan dan tidak ada seorangpun yang setara dengan
Dia.”
Dari ungkapan ayat-ayat tersebut, jelas bahwa Tuhan
adalah Allah. Kata Allah adalah nama isim jumid atau personal
name. Merupakan suatu pendapat yang keliru, jika nama Allah diterjemahkan
dengan kata “Tuhan”, karena dianggap sebagai isim musytaq.
Tuhan yang haq dalam konsep al-Quran adalah Allah. Hal
ini dinyatakan antara lain dalam surat Ali Imran ayat 62, surat Shad 35 dan 65,
surat Muhammad ayat 19. Dalam al-quran diberitahukan pula bahwa ajaran tentang
Tuhan yang diberikan kepada Nabi sebelum Muhammad adalah Tuhan Allah juga. Perhatikan
antara lain surat Hud ayat 84 dan surat al-Maidah ayat 72. Tuhan Allah adalah
esa sebagaimana dinyatakan dalam surat al-Ankabut ayat 46, Thaha ayat 98, dan
Shad ayat 4.
Dengan mengemukakan alasan-alasan tersebut di atas, maka
menurut informasi al-Quran, sebutan yang benar bagi Tuhan yang benar-benar
Tuhan adalah sebutan “Allah”, dan kemahaesaan Allah tidak melalui teori evolusi
melainkan melalui wahyu yang datang dari Allah. Hal ini berarti konsep tauhid
telah ada sejak datangnya Rasul Adam di muka bumi. Esa menurut al-Quran adalah
esa yang sebenar-benarnya esa, yang tidak berasal dari bagian-bagiandan tidak
pula dapat dibagi menjadi bagian-bagian.
Keesaan Allah adalah mutlak. Ia tidak dapat didampingi
atau disejajarkan dengan yang lain. Sebagai umat Islam, yang mengikrarkan
kalimat syahadat La ilaaha illa Allah harus menempatkan Allah sebagai
prioritas utama dalam setiap tindakan dan ucapannya.
Konsepsi kalimat La ilaaha illa Allah yang bersumber dari
al-quran memberi petunjuk bahwa manusia mempunyai kecenderungan untuk mencari
Tuhan yang lain selain Allah dan hal itu akan kelihatan dalam sikap dan praktik
menjalani kehidupan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar