ads head

Advertisement

Kamis, 15 Februari 2018

Menerapkan Ajaran-Ajaran Tri Kaya Parisudha Dalam Kehidupan Sehari-Hari

 Menerapkan Ajaran-Ajaran Tri Kaya Parisudha Dalam  Kehidupan Sehari-Hari

Ajaran Tri Kaya Parisudha dapat dilaksanakan dengan cara memberikan arahan dan bimbingan kepada siswa melalui perbuatan-perbuatan seperti : (1) Menanamkan nilai-nilai kesopanan (sopan santun), dimana siswa diajarkan untuk selalu bertutur kata yang santun dan selalu berprilaku yang sopan baik itu dirumah maupun di sekolah, baik itu dengan guru, teman, keluarga atau pun masyarakat sekitarnya, (2) Menanamkan kepada siswa untuk mengendalikan diri, agar siswa tidak berkelahi sesama temannya dan juga menanamkan nilai-nilai moral dengan selalu berpikir positif terhadap segala sesuatu yang sedang mereka hadapi. Dan juga  mengajarkan  untuk  tidak  merasa  iri  dan  dengki  terhadap  temannya,  (3) Sebagai seorang tenaga pendidik atau guru pengajian perlu memberikan contoh sikap keteladanan bagi siswa untuk menanamkan rasa cinta kasih terhadap sesama teman  atau  pun  makhluk ciptaan  Tuhan  yang  lainnya,  (4)  Dalam  memberikan nasehat-nasehat kepada siswa hendaknya di berikan dengan lemah lembut lebih menunjukkan sikap yang bersimpati kepada siswa agar siswa lebih tersentuh dan nantinya dapat mempengaruhi perasaan dan kepribadiannya, (5) Membiasakan siswa untuk selalu berpikir, berkata dan berbuat yang baik yang sesuai dengan ajaran-ajaran agama Hindu yang ditunjukkan guru pada saat mengajar di dalam
kelas.

Penerapan ajaran Tri Kaya Parisudha terhadap siswa telah dilaksanakan melalui bimbingan serta arahan terhadap siswa untuk nantinya menciptakan suasana yang harmonis dan seimbang.
1. Tattwa (Filsafat)

Dalam ajaran agama Hindu tattwa/filsafat  pada dasarnya membicarakan masalah keyakinan atau kepercayaan dasar dari agama Hindu itu sendiri. Agama Hindu menjelaskan ada lima kepercayaan/keyakinan yang menjadi dasar agama Hindu yang disebut dengan  Panca Sradha. Yang mana  penjabaran dari kelima kepercayaan tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :
a. Percaya dengan adanya Ida Sang Hyang Widhi

Percaya dengan adanya Tuhan memiliki pengertian bahwa kita yakin dan iman terhadap keberadaan Tuhan. Tuhan yang disebut juga Brahman, beliau berkuasa atas segala yang ada di dunia ini. Tidak ada satu pun di dunia ini yang tidak luput dari kuasa-Nya. Beliau sebagai pencipta, pemelihara sekaligus sebagai pelebur semua alam semesta beserta isinya. Hal ini dapat dilihat dalam pustaka suci Bhagawad Gita adhyaya VII sloka 6 :
Ettadyonini bhutani Sarvanity upadharaya
Aham krtsnasya jagatah Prabavah pralayas tatha

Ketahuilah  bahwa  semua  insan  mempunyai  sumber-sumber kelahiran disini, Aku adalah asal mula alam semesta ini demikian pula kiamat kelaknya mati (Maswinara, 1977 : 266).
Berdasarkan sloka tersebut, maka sebagai umat Hindu percaya bahwa Tuhan  itu  yang  menciptakan, memelihara  dan  melebur  seluruh  alam  semesta beserta isinya.
b. Percaya dengan adanya Atman

Atman merupakan percikan kecil dari Paramatman  (Hyang Widhi). Dalam diri tiap manusia terdapat atman yang berfungsi untuk memberikan kehidupan pada diri manusia, Atma juga sering disebut dengan Jiwatman. Jiwatman yang terdapat pada masing-masing diri manusia tersebut dipengaruhi oleh karma dari perbuatan manusia itu sendiri. Dalam ajaran agama Hindu Atman memilki sifat seperti Paramatman yaitu sempurna atau kekal abadi, tidak mengalami kelahiran berulang/reinkarnasi.
c. Percaya dengan adanya Hukum Karma Phala

Hukum  Karma  sering  juga  disebut  hukum  sebab  akibat,  yaitu  apabila suatu sebab dari suatu perbuatan itu akan menimbulkan suatu hasil. Hukum karma tersebut berpengaruh terhadap baik buruknya perbuatan yang dilakukan manusia itu sendiri dan terjadi pada siapapun tanpa memandang status dan kedudukan manusia tersebut. Hukum Karma itulah yang nantinya akan menentukan sesorang itu akan hidup bahagia atau menderita. Hasil dari perbuatan tersebut (Hukum Karma Phala) dapat digolongkan menjadi tiga bagian yaitu : (1) Sancita Karmaphala, yaitu hasil perbuatan manusia dalam kehidupan terdahulu kita terima hasilnya pada kehidupan sekarang, (2) Prarabda Karmaphala, yaitu hasil perbuatan manusia pada kehidupan sekarang kita terima hasilnya pada kehidupan sekarang juga, (3) Kriyamana Karmaphala, yaitu hasil perbuatan manusia pada kehidupan sekarang kita terima hasilnya pada kehidupan yang akan datang.
Oleh  karena  itu  hendaknya  sebagai  manusia  sedapat  mungkin harus  berbuat  baik,  karena  apabila  yakin  dengan  perbuatan  baik  kita  maka nantinya hasil yang kita terima pun akan baik.
d. Percaya dengan adanya Reinkarnasi/Punarbhawa

Punarbhawa atau kelahiran yang berulang-ulang terjadi karena jiwatman kita masih dipengaruhi oleh kenikmatan keduniawian. Oleh karena itu punarbhawa atau  reinkarnasi tersebut dapat  disimpulkan dari  semua  karma  yang  terwujud dalam  penjelmaan  dan   kelahiran  yang  terjadi  tersebut  diikuti  oleh   karma
wasananya.   Dalam ajaran agama Hindu tujuan dari suatu kelahiran/reinkarnasi tersebut adalah untuk merubah dan memperbaiki kualitas hidup sehingga nantinya manusia tersebut terbebas dari punarbhawa dan nantinya dapat bersatu dengan Tuhan.
e. Percaya dengan adanya Moksa

Tujuan dari ajaran Agama Hindu adalah terlepas dari ikatan-ikatan keduniawian untuk mencapai moksa yaitu bersatunya Atman dengan Paramatman untuk mencapai kebenaran yang tertinggi. Dan moksa itu tidak akan lahir di dunia ini karena telah terlepas dari ikatan keduniawian. Jadi Panca Sradha merupakan pegangan iman umat Hindu karena keimanan kepada Tuhan ini merupakan dasar kepercayaan agama Hindu.

2. Etika (Tata Susila)

Etika atau susila dalam ajaran agama Hindu bersumber pada ajaran Tri Kaya Parisudha, dimana Tri Kaya Parisudha memiliki pengertian tiga dasar prilaku yang harus disucikan, yaitu” manacika (berpikir yang baik), wacika (berkata yang baik), dan kayika (berbuat yang baik) “ (Parisada Dharma, 1978 : 58).
Ketiga  hal  tersebut  merupakan  hal  yang  sangat  penting  diperhatikan dalam etika/tata susila agama Hindu. Sebab dengan adanya pikiran yang baik maka akan timbul perkataan yang baik sehingga dapat mewujudkan perbuatan yang baik. Dalam hal ini upaya untuk meningkatkan perubahan mental pada siswa yaitu dengan memberikan nasehat-nasehat melalui cerita-cerita yang berhubungan dengan ajaran kesusilaan, dan cerita-cerita mitos yang sampai saat ini masih digunakan sebagai pedoman hidup di jaman globalisasi seperti sekarang ini. Dalam hal ini seorang guru agama Hindu menggunakan cerita-cerita Ramayana dan Mahabrata.
Dalam hal ini ajaran etika dan susila dalam ajaran Agama Hindu adalah ajaran  yang  pada  dasarnya  mengajarkan  tentang  pengendalian  diri.  Sehingga dalam hal ini etika dan susila ini perlu menjadi dasar dari pembelajaran agama Hindu.

Jadi disini pembinaan etika dan susila sangat bermanfaat di dalam perubahan mental siswa. Dengan adanya etika maka nantinya dapat diketahui tentang perbuatan yang baik  yang harus dilaksanakan dan perbuatan buruk yang harus dihindari. Oleh karena itu sebagai seorang guru Agama Hindu hendaknya selalu memberikan contoh-contoh yang baik dan membiasakan diri untuk bersifat positif agar nantinya tidak akan dengan mudah terpengaruh oleh hal-hal yang dapat merugikan diri sendiri, keluarga dan masyarakat sekitarnya.


3. Upacara (Ritual)

Dalam melaksanakan ajaran-ajaran agama Hindu tidaklah pernah lepas dari suatu Ritual/Upacara. Upacara dalam agama Hindu bersumber pada Yadnya, yaitu korban cuci yang dilakukan dengan tulus ikhlas, dengan tidak mengikatkan diri pada hasilnya (Putra, 1982 : 1). Dalam ajaran agama Hindu kita mengenal ada lima macam Yadnya yang di sebut dengan Panca Yandya. Adapun pembagian dari Panca Yadnya yaitu sebagai berikut : (1) Dewa Yadnya, yaitu korban suci yang tulus ikhlas yang ditujukan kepada para dewa, misalnya persembahyangan purnama dan tilem, (2) Bhuta Yadnya, yaitu korban suci yang dilakukan dengan hati yang tulus ikhlas yang ditujukan kehadapan para bhuta atau makhluk-makhluk yang lebih rendah derajatnya, misalnya mecaru, tawur agung, (3) Pitra Yadnya, yaitu korban suci yang dilakukan dengan hati yang tulus ikhlas yang ditujukan kehadapan para leluhur, misalnya upacara ngaben, (4) Manusa Yadnya, yaitu korban suci yang tulus ikhlas  yang  dilakukan  untuk  keselamatan  umat  manusia,  misalnya  ngotonin, potong gigi, (5) Rsi Yadnya, yaitu korban suci yang dilakukan berdasarkan hati yang tulus yang ditujukan kehadapan para rsi atau pinandita.

Demikianlah uraian mengenai dasar-dasar agama Hindu secara umum, dalam perubahan mental siswa haruslah mengarah pada pengembangan sebagai insan yang berKetuhanan Yang Maha Esa, bertakwa dan beriman serta mengamalkan ajaran-ajaran agama.
Jadi peningkatan pembelajaran Agama Hindu terhadap perubahan mental siswa, dengan pandangan yaitu agama memberikan pengetahuan tentang tujuan dari kita hidup dan bagaimana kita harus hidup. Sehingga nantinya dapat memberikan  ketentraman  hati  dan  tabah  dalam  menghadapi  segala  macam rintangan dalam kehidupan ini.

Daftar Bacaan

Sudarsana, I. K. (2017). Interpretation Meaning of Ngaben for Krama Dadia Arya Kubontubuh Tirtha Sari Ulakan Village Karangasem District (Hindu Religious Education  Perspective).  Vidyottama  Sanatana:  International  Journal  of Hindu Science and Religious Studies, 1(1), 1-13.
Sudarsana, I. K. (2014). PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN UPAKARA BERBASIS

NILAI PENDIDIKAN AGAMA HINDU UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN: Studi pada Remaja Putus Sekolah di Kelurahan Peguyangan Kota Denpasar.
Sudarsana, I. K. PERAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK KARAKTER ANAK USIA DINI.  STRATEGI PEMBELAJARAN ANAK  USIA  DINI  UNTUK  MEWUJUDKAN GENERASI BERKUALITAS.
Sudarsana, I. K. (2016). PEMIKIRAN TOKOH PENDIDIKAN DALAM BUKU LIFELONG

LEARNING: POLICIES, PRACTICES, AND PROGRAMS (Perspektif Peningkatan

Mutu Pendidikan di Indonesia). Jurnal Penjaminan Mutu, (2016), 44-53. Sudarsana, I. K. (2015). PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DALAM
UPAYA PEMBANGUNAN SUMBER DAYA MANUSIA. Jurnal Penjaminan Mutu, (Volume 1 Nomor 1 Pebruari 2015), 1-14.
Sudarsana, I. K. (2016). DEVELOPMENT MODEL OF PASRAMAN KILAT LEARNING TO IMPROVE THE SPIRITUAL VALUES OF HINDU YOUTH. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 4(2), 217-230.
Sudarsana, I. K. (2017). Interpretation Meaning of Ngaben for Krama Dadia Arya Kubontubuh Tirtha Sari Ulakan Village Karangasem District (Hindu Religious Education  Perspective).  Vidyottama  Sanatana:  International  Journal  of Hindu Science and Religious Studies, 1(1), 1-13.
Sudarsana, I. K. (2016, October). Peningkatan Mutu Pendidikan Agama Hindu Melalui Efektivitas Pola Interaksi Dalam Pembelajaran Di Sekolah. In SEMINAR NASIONAL AGAMA DAN BUDAYA (SEMAYA II) (No. ISBN : 978-602-
71567-6-0,   pp.   132-140).   Fakultas   Dharma   Acarya   IHDN   Denpasar bekerjasama dengan Jayapangus Press.
Sudarsana, I. K. (2016, October). The Importance Of Morals Teaching In Shaping The Students’ Characters In School. In Dharma Acarya Faculty International Seminar (DAFIS) (No. ISBN : 978-602-71567-5-3, pp. 367-376). Dharma Acarya Faculty Hindu Dharma State Institute (IHDN) Denpasar in Association with Jayapangus Press.
Sudarsana, I. K. (2016, June). Praksis Teori Sosial Kognitif dalam Mengembangkan Karakter Peduli Sosial Pada Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Dan Sastra Agama. In Seminar Nasional (No. ISBN : 978-602-74659-3-0, pp. 82-
87). Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar.

Sudarsana, I. K. (2016, May). Membentuk Karakter Siswa Sekolah Dasar melalui

Pendidikan Alam Terbuka. In Seminar Nasional (No. ISBN : 978-602-72630-

6-2, pp. 214-221). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Hindu Fakultas

Dharma Acarya IHDN Denpasar.

Sudarsana, I. K. (2016, April). Meningkatkan Perilaku Kewirausahaan Wanita Hindu melalui Pemberian Pelatihan Upakara. In Seminar Nasional (No. ISBN : 978-
602-72630-5-5,  pp.  79-85).  Pusat  Studi  Gender  dan  Anak  LP2M  IHDN

Denpasar.

Sudarsana, I. K. (2015, September). Inovasi Pembelajaran Agama Hindu di Sekolah

Berbasis Multikulturalisme. In Seminar Nasional (No. ISBN : 978-602-71567-

3-9, pp. 94-101). Fakultas Dharma Acarya IHDN Denpasar.

Sudarsana, I. K. (2015, June). Pentingnya Kearifan Lokal dalam Pendidikan Karakter bagi Remaja Putus Sekolah. In Seminar Nasional (No. ISBN : 978-602-71567-
1-5, pp. 343-349). Fakultas Dharma Acarya IHDN Denpasar.

Sudarsana, I. K. (2015, May). Peran Pendidikan Non Formal dalam Pemberdayaan

Perempuan. In Seminar Nasional (No. ISBN : 978-602-72630-0-0, pp. 135-

139). Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat IHDN Denpasar. Sudarsana, I. K. (2014, October). Kebertahanan Tradisi Magibung Sebagai Kearifan Lokal dalam Menjaga Persaudaraan Masyarakat Hindu. In Seminar Nasional
(No. ISBN : 978-602-71598-0-8, pp. 137-143). Fakultas Brahma Widya IHDN Denpasar.
Sudarsana,  I.  K.  (2014,  October).  Peningkatan  Peran  Pendidikan  Agama  Hindu dalam Membangun Remaja Humanis dan Pluralis. In Seminar Nasional (No. ISBN : 978-602-71567-0-8, pp. 26-32). Fakultas Dharma Acarya IHDN Denpasar.
Sudarsana, I. K. (2014, September). Membangun Budaya Sekolah Berbasis Nilai

Pendidikan Agama Hindu untuk Membentuk Karakter Warga Sekolah. In Seminar Nasional (No. ISBN : 978-602-71464-0-2, pp. 69-75). Pascasarjana IHDN Denpasar.
Sudarsana, I. K. (2013, September). Pentingnya Organisasi Profesi, Sertifikasi dan Akreditasi sebagai Penguatan Eksistensi Pendidikan Nonformal. In International Seminar (No. ISBN : 978-602-17016-2-1, pp. 176-187). Department Of Nonformal Faculty Of Education UPI.
Sudarsana, I. K. (2016). MODEL PEMBELAJARAN PASRAMAN KILAT: Meningkatkan Nilai-Nilai Spiritual Remaja Hindu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

iklan