MAKALAH
SEJARAH PERKEMBANGAN
BAHASA INDONESIA
OLEH
ASNIYANTI
NIM. F1A1 14349
SISTEM
INFORMASI
FAKULTAS
TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS 19 NOVEMBER
MULTI
LADONGI
2014 / 2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa merupakan suatu alat
komunikasi yang disampaikan seseorang kepada orang lain agar bisa mengetahui
apa yang menjadi maksud dan tujuannya. Seperti yang dikatakan oleh Gorys Keraf dan Abdul
Chaer : Bahasa adalah suatu sistem lambing berupa bunyi, bersifat abitrer,
digunakan oleh suatu masyarakat
tutur untuk bekerjasama, berkomunikasi dan untuk mengidentifikasikan diri (1998:1).
Pentingnya bahasa sebagai identitas
manusia, tidak bisa dilepaskan dari adanya pengakuan manusia terhadap pemakaian
bahasa dalam kehidupan bermayarakat sehari-hari. Untuk menjalankan tugas
kemanusiaan, manusia hanya punya satu alat, yakni bahasa. Dengan bahasa,
manusia dapat mengungkapkan apa yang ada di benak mereka. Sesuatu yang sudah
dirasakan sama dan serupa dengannya, belum tentu terasa serupa, karena belum
terungkap dan diungkapkan. Hanya dengan bahasa, manusia dapat membuat sesuatu
terasa nyata dan terungkap. Sering manusia lupa akan misteri dan kekuatan
bahasa. Mereka lebih percaya pada pengetahuan dan pengalamannya. Padahal semua
itu masih mentah dan belum nyata, bila tidak dinyatakan dengan bahasa.
Era globalisasi dewasa ini mendorong
perkembangan bahasa secara pesat, terutama bahasa yang datang dari luar atau
bahasa Inggris. Bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang digunakan
sebagai pengantar dalam berkomunikasi antar bangsa. Dengan ditetapkannya Bahasa
Inggris sebagai bahasa internasional (Lingua Franca), maka orang akan cenderung
memilih untuk menguasai Bahasa Inggris agar mereka tidak kalah dalam persaingan
di kancah internasional sehingga tidak buta akan informasi dunia. Pada saat
ini, bahasa yang harus kita kuasai adalah bahasa Inggris, karena bahasa Inggris
merupakan bahasa internasional yang mempunyai peranan yang sangat penting dalam
komunikasi antar negara.
Tak dipungkiri memang pentingnya
mempelajari bahasa asing, tapi alangkah jauh lebih baik bila kita tetap
menjaga, melestarikan dan membudayakan Bahasa Indonesia. Karena seperti yang
kita ketahui, bahsa adalah merupakan idenditas suatu bangsa. Untuk memperdalam
mengenai Bahasa Indonesia, kita perlu mengetahui bagaimana perkembangannya
sampai saat ini sehingga kita tahu mengenai bahasa pemersatu dari berbagai suku
dan adat-istiadat yang beranekaragam yang ada di Indonesia, yang termasuk kita
didalamnya. Maka dari itu melalui makalah ini penulis ingin menyampaikan
sejarah tentang perkembangan bahasa, khusunya bahasa Indonesia.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam pembahasan makalah ini adalah
sebagai berikut :
1
·
Membahas
tentang Bahasa
Melayu
·
Membahas Bahasa
Melayu menjadi Bahasa Indonesia
·
Membahas peristiwa-peristiwa
yang mempengaruhi perkermbangan bahasa Indonesia
·
Membahas kedudukan
dan fungsi Bahasa Indonesia
·
Membahas upaya
peningkatan dan pengembangan Bahasa Indonesia
·
Peristiwa penting yang berkaitan dengan Bahasa Indonesia
·
Ragam dan variasi bahasa
1.3. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut :
·
Untuk mengetahui tentang Bahasa Melayu
·
Untuk mengetahui Bahasa Melayu Menjadi Bahasa Indonesia
·
Untuk mengetahui Peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi perkembangan
bahasa Indonesia
·
Untuk mengetahui Kedudukan Dan Fungsi Bahasa Indonesia
·
Untuk mengetahui Upaya peningkatan dan pengembangan bahasa Indonesia
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Bahasa Melayu
Telah dikemukakan pada beberapa
kesempatan, mengapa bahasa melayu dipilih menjadi bahasa nasional bagi negara
Indonesia yang merupakan suatu hal yang menggembirakan. Dibandingkan dengan
bahasa lain yang dapat dicalonkan menjadi bahasa nasional, yaitu bahasa jawa
(yang menjadi bahasa ibu bagisekitar setengah penduduk Indonesia), bahasa
melayu merupakan bahasa yang kurang berarti.
Di Indonesia, bahasa itu
diperkirakan dipakai hanya oleh penduduk kepulauan Riau, Linggau dan penduduk
pantai-pantai diseberang Sumatera. Namun justru karena pertimbangan itu jualah
pemilihan bahasa jawa akan selalu dirasakan sebagai pengistimewaan yang
berlebihan. Alasan kedua, mengapa bahasa melayu lebih berterima dari pada
bahasa jawa, tidak hanya secara fonetis dan morfologis tetapi juga secara
reksikal, seperti diketahui, bahasa jawa mempunyai beribu-ribu morfen leksikal
dan bahkan beberapa yang bersifat gramatikal.
Faktor yang paling penting adalah
juga kenyataannya bahwa bahasa melayu mempunyai sejarah yang panjang sebagai
ligua France. Dari sumber-sumber China kuno dan kemudian juga dari sumber
Persia dan Arab, kita ketahui bahwa kerajaan Sriwijaya di Sumatera Timur paling
tidak sejak abad ke -7 merupakan pusat internasional pembelajaran agama Budha
serta sebuah negara yang maju yang perdagangannya didasarkan pada perdagangan
antara Cina, India dan pulau-pulau di Asia Tenggara.
Bahasa melayu mulai dipakai dikawasan
Asia Tenggara sejak Abad ke-7. Bukti-bukti yang menyatakan itu adalah dengan
ditemukannya prasasti di kedukan bukit karangka tahun 683 M (palembang), talang
tuwo berangka tahun 684 M (palembang), kota kapur berangka tahun 686 M (bukit
barat), Karang Birahi berangka tahun 688 M (Jambi) prasasti-prasasti itu
bertuliskan huruf pranagari berbahasa melayu kuno. Bahasa melayu kuno itu hanya
dipakai pada zaman sriwijaya saja karena di jawa tengah (Banda Suli) juga
ditemuka prasasti berangka tahun 832 M dan dibogor ditemukan prasasti berangka
tahun 942 M yang juga menggunakan bahasa melayu kuno.
Pada zaman Sriwijaya, bahasa melayu
dipakai sebagai bahasa kebudayaan , yaitu bahasa buku pelajaran agama Budha.
Bahasa melayu dipakai sebagai bahasa perhubungan antar suku di Nusantara.
Bahasa melayu dipakai sebagai bahasa perdagangan, baik sebagai bahasa yang
digunakan terhadap para pedagang yang datang dari luar nusantara.
Informasi dari seorang ahli sejara
China I-Tsing yang belajar agama Budha di Sriwijaya, antara lain menyatakan
bahwa di Sriwijaya ada bahasa yang bernama Koen Loen (I-Tsing : 63-159), Kou
Luen (I-Tsing : 183), K’ouen loven (Ferrand, 1919), Kw’enlun (Ali Syahbana,
1971 : 0001089), Kun’lun (parnikel, 1977 : 91), K’un-lun (prentice 1978 : 19),
yang berdampingan dengan sanskerta. Yang dimaksud dengan Koen-Luen adalah
bahasa perhubungan (lingua france) dikepulauan nusantara, yaitu bahasa melayu.
3
Perkembangan dan pertumbuhan bahasa
melayu tampak makin jelas dari peninggalan-peninggalan kerajaan islam, baik
yang berupa batu tertulis, seperti tulisan pada batu nisan di Minye Tujah,
Aceh, berangka tahun 1380 M, maupun hasil-hasil susastra (abad ke-16 dan
ke-17), seperti syair Hamzah Fansuri, hikayat raja-raja Pasai, sejarah melayu,
Tajussalatin dan Bustanussalatin. Bahasa melayu menyebar kepelosok nusantara
bersama dengan menyebarnya agama islam diwilayah nusantara bahasa melayu mudah
diterima oleh masyarakat nusantara sebagai bahasa perhubungan antara pulau,
antara suku, antara pedagang, antar bangsa, dan antar kerajaan karena bahasa
melayu tidak mengenal tutur.
2.2.
Bahasa Melayu Menjadi Bahasa Indonesia
Bahasa melayu dipakai dimana-mana
diwilayah nusantara serta makin berkembang dengan dan bertambah kukuh keberadaannya.
Bahasa melayu yang dipakai didaerah-daerah diwilayah nusantara dalam
pertumbuhan dipengaruhi oleh corak budaya daerah. Bahasa melayu menyerap kosa
kata dari berbagai bahasa, terutama dari bahasa sansekerta, bahasa Persia,
bahasa Arab, dan bahasa-bahasa Eropa.
Bahasa melayupun dalam
perkembangannya muncul dalam berbagai variasi dan dialek. Perkembangan bahasa
melayu diwilayah nusantara mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa
persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia. Komunikasi rasa persaudaraan dan
persatuan bangsa Indonesia. Komunikasi antar perkumpulan yang bangkit pada masa
itu menggunakan bahasa melayu menjadi bahasa Indonesia, yang menjadi bahasa
persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia dalam sumpah pemuda 28 Oktober 1928.
Untuk memperoleh bahasa nasionalnya,
Bangsa Indonesia harus berjuang dalam waktu yang cukup panjang dan penuh dengan
tantangan. Perjuagan demikian harus dilakukan karena adanya kesadaran bahwa
disamping fungsinya sebagai alat komunikasi tunggal, bahasa nasional sebagai
salah satu ciri cultural, yang kedalam menunjukkan kesatuan dan keluar
menyatakan perbedaan dengan bangsa lain.
2.3. Peristiwa-peristiwa yang
mempengaruhi perkermbangan bahasa Indonesia
1. Budi Otomo
Pada tahun 1908, Budi Utomo yang
merupakan organisasi yang bersifat kenasionalan yang pertama berdiri dan tempat
terhidupnya kaum terpelajar bangsa Indonesia, dengan sadar menuntut agar
syarat-syarat untuk masuk ke sekolah Belanda diperingan. Pada kesempatan
permulaan abad ke-20, bangsa Indonesia asyik dimabuk tuntutan dan keinginan
akan penguasaan bahasa Belanda sebab bahasa Belanda merupakan syarat utama untuk
melanjutkan pelajaran menmbamg ilmu pengetahuan barat.
2. Sarikat Islam
Sarikat islam berdiri pada tahun
1912. Mula-mula partai ini hanya bergerak dibidang perdagangan, namun bergerak
dibidang sosial dan politik juga. Sejak berdirinya, sarekat islam
4
yang bersifat non kooperatif dengan pemerintah Belanda
dibidang politik tidak pernah mempergunakan bahasa Belanda. Bahasa yang mereka
pergunakan ialah bahasa Indonesia.
3. Balai Pustaka
Dipimpin oleh Dr. G.A.J. Hazue pada
tahu 1908 balai pustaka ini didirikan. Mulanya badan ini bernama Commissie Voor
De Volkslectuur, pada tahun 1917 namanya berubah menjadi balai pustaka. Selain
menerbitkan buku-buku, balai pustaka juga menerbitkan majalah.
Hasil yang diperoleh dengan
didirikannya balai pustaka terhadap perkembangan bahasa melayu menjadi bahasa
Indonesia dapat disebutkan sebagai berikut :
a. Memberikan kesempatan kepada
pengarang-pengarang bangsa Indonesia untuk menulis cerita ciptanya dalam bahasa
melayu.
b. Memberikan kesempatan kepada rakyat
Indonesia untuk membaca hasil ciptaan bangsanya sendiri dalam bahasa melayu.
c. Menciptakan hubungan antara
sastrawan dengan masyarakat sebab melalui karangannya sastrawan melukiskan
hal-hal yang dialami oleh bangsanya dan hal-hal yang menjadi cita-cita
bangsanya.
d. Balai pustaka juga memperkaya dan
memperbaiki bahasa melayu sebab diantara syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh
karangan yang akan diterbitkan di balai pustaka ialah tulisan dalam bahasa
melayu yang bersusun baik dan terpelihara.
4. Sumpah Pemuda
Kongres pemuda yang paling dikenal
ialah kongres pemuda yang diselenggarakan pada tahun 1928 di Jakarta. Pada hal
sebelumnya, yaitu tahun 1926, telah pula diadakan kongres pemuda yang tepat
penyelenggaraannya juga di Jakarta. Berlangsung kongres ini tidak semata-mata
bermakna bagi perkembangan politik, melainkan juga bagi perkembangan bahasa dan
sastra Indonesia.
Dari segi politik, kongres pemuda
yang pertama (1926) tidak akan bisa dipisahkan dari perkembangan cita-cita atau
benih-benih kebangkitan nasional yang dimulai oleh berdirinya Budi Utomo,
sarekat islam, dan Jon Sumatrenan Bond. Tujuan utama diselenggarakannya kongres
itu adalah untuk mempersatukan berbagai organisasi kepemudaan pada waktu itu.
Pada tahun itu organisasi-organisasi
pemuda memutuskan bergabung dalam wadah yang lebih besar Indonesia muda. Pada
tanggal 28 Oktober 1928 organisasi pemuda itu mengadakan kongres pemuda di
Jakarta yang menghasilkan sebuah pernyataan bersejarah yang kemudian lebih
dikenal sebagai sumpah pemuda. Pertanyaan bersatu itu dituangkan berupa ikrar
atas tiga hal, Negara, bangsa, dan bahasa yang satu dalam ikrar sumpah pemuda.
Peristiwa ini dianggap sebagai awal
permulaan bahasa Indonesia yang sebenarnya, bahasa Indonesia sebagai media dan
sebagai symbol kemerdekaan bangsa. Pada waktu itu memang terdapat beberapa
pihak yang peradaban modern. Akan tetapi, tidak bisa dipungkiri bahwa cita-cita
itu sudah menjadi kenyataan, bahasa Indonesia tidak hanya menjadi media
kesatuan, dan politik, melainkan juga menjadi bahasa sastra indonesia baru.
5
2.4. Kedudukan Dan Fungsi Bahasa
Indonesia
Secara formal sampai saat ini bahasa
Indonesia mempunyai empat kedudukan, yaitu sebagai bahasa persatuan, bahasa
nasional, bahasa negara, dan bahasa resmi. Dalam perkembangannya lebih lanjut,
bahasa Indonesia berhasil mendudukkan diri sebagai bahasa budaya dan bahasa
ilmu. Keenam kedudukan ini mempunyai fungsi yang berbeda, walaupun dalam
praktiknya dapat saja muncul secara bersama-sama dalam satu peristiwa, atau
hanya muncul satu atau dua fungsi saja.
Bahasa Indonesia dikenal secara luas
sejak “Soempah Pemoeda”, 28 Oktober 1928, yang menjadikan bahasa Indonesia
sebagai bahasa persatuan. Pada saat itu para pemuda sepakat untuk mengangkat
bahasa Melayu-Riau sebagai bahasa Indonesia. Para pemuda melihat bahwa bahasa
Indonesialah yang berpotensi dapat mempersatukan bangsa Indonesia yang terdiri
atas ratusan suku bangsa atau etnik. Pengangkatan status ini ternyata bukan
hanya isapan jempol. Bahasa Indonesia bisa menjalankan fungsi sebagai pemersatu
bangsa Indonesia. Dengan menggunakan bahasa Indonesia rasa kesatuan dan
persatuan bangsa yang berbagai etnis terpupuk. Kehadiran bahasaIndonesia di
tengah-tengah ratusan bahasa daerah tidak menimbulkan sentimen negatif bagi
etnis yang menggunakannya. Sebaliknya, justru kehadiran bahasa Indonesia
dianggap sebagai pelindung sentimen kedaerahan dan sebagai penengah ego
kesukuan.
Dalam hubungannya
sebagai alat untuk menyatukan berbagai suku yang mempunyai latar belakang
budaya dan bahasa masing-masing, bahasa Indonesia justru dapat menyerasikan
hidup sebagai bangsa yang bersatu tanpa meinggalkan identitas kesukuan dan
kesetiaan kepada nilai-nilai sosial budaya serta latar belakang bahasa etnik
yang bersangkutan. Bahkan lebih dari itu, dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan ini, kepentingan nasional diletakkan jauh di atas kepentingan daerah
dan golongan. Latar belakang budaya dan bahasa yang berbeda-beda berpotensi untuk menghambat perhubungan
antardaerah antarbudaya. Tetapi, berkat bahasa Indonesia, etnis yang satu bisa
berhubungan dengan etnis yang lain sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan
kesalahpahaman. Setiap orang Indonesia apa pun latar belakang etnisnya dapat
bepergian ke pelosok-pelosok tanah air dengan memanfaatkan bahasa Indonesia
sebagai alat komunikasi. Kenyataan ini membuat adanya peningkatan dalam
penyebarluasan pemakaian bahasa Indonesia dalamn fungsinya sebagai alat
perhubungan antardaerah antarbudaya. Semuanya terjadi karena bertambah baiknya
sarana perhubungan, bertambah luasnya pemakaian alat perhubungan umum,
bertambah banyaknya jumlah perkawinan antarsuku, dan bertambah banyaknya
perpindahan pegawai negeri atau karyawan swasta dari daerah satu ke daerah yang
lain karena mutasi tugas atau inisiatif sendiri.
Bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional mulai dikenal sejak 17 Agustus 1945 ketika
bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya. Dalam kedudukan sebagai bahasa
nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai lambang kebanggaan nasional atau
lambang kebangsaan. Bahasa Indonesia mencerminkan nilai-nilai sosial budaya
yang mendasari rasa kebangsaan. Melalui bahasa nasional, bangsa Indonesia
menyatakan harga diri dan nilai-nilai budaya yang dapat dijadikan pegangan
hidup. Atas dasar kebanggaan ini, bahasa Indonesia dipelihara dan dikembangkan
oleh bangsa Indonesia. Rasa kebanggaan menggunakan bahasa Indonesia ini pun
terus dibina dan dijaga oleh bangsa Indonesia. Sebagai lambang identitas
nasional, bahasa
6
Indonesia dijunjung tinggi di samping bendera nasional, Merah
Putih, dan lagu nasional bangsa Indonesia, Indonesia Raya. Dalam melaksanakan
fungsi ini, bahasa Indonesia tentulah harus memiliki identitasnya sendiri
sehingga serasi dengan lambang kebangsaan lainnya. Bahasa Indonesia dapat
mewakili identitasnya sendiri apabila masyarakat pemakainya membina dan
mengembangkannya sedemikian rupa sehingga bersih dari unsur-unsur bahasa lain,
yang memang benar-benar tidak diperlukan, misalnya istilah/kata dari bahasa
Inggris yang sering diadopsi, padahal istilah. Kata tersebut sudah ada
padanannya dalam bahasa Indonesia.
Sejalan dengan
fungsinya sebagai alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya, bahasa
Indonesia telah berhasil pula menjalankan fungsinya sebagai alat pengungkapan
perasaan. Kalau beberapa tahun yang lalu masih ada orang yang berpandangan
bahwa bahasa Indonesia belum sanggup mengungkapkan nuansa perasaan yang halus,
sekarang dapat dilihat kenyataan bahwa seni sastra dan seni drama, baik yang
dituliskan maupun yang dilisankan, telah berkembang demikian pesatnya. Hal ini
menunjukkan bahwa nuansa perasaan betapa pun halusnya dapat diungkapkan secara
jelas dan sempurna dengan menggunakan bahasa Indonesia. Kenyataan ini tentulah
dapat menambah tebalnya rasa kesetiaan kepada bahasa Indonesia dan rasa
kebanggaan akan kemampuan bahasa Indonesia.
Dengan berlakunya
Undang-undang Dasar 1945, bertambah pula kedudukan bahasa Indonesia, yaitu
sebagai bahasa negara dan bahasa resmi. Dalam kedudukannya sebagai bahasa
negara, bahasa Indonesia dipakai dalam segala upacara, peristiwa, dan kegiatan
kenegaraan, baik secara lisan maupun tulis. Dokumen-dokumen, undang-undang,
peraturan-peraturan, dan surat-menyurat yang dikeluarkan oleh pemerintah dan
instansi kenegaraan lainnya ditulis dalam bahasa Indonesia. Pidato-pidato
kenegaraan ditulis dan diucapkan dengan bahasa Indonesia. Hanya dalam kondisi
tertentu saja, demi komunikasi internasional (antarbangsa dan antarnegara),
kadang-kadang pidato kenegaraan ditulis dan diucapkan dengan bahasa asing,
terutama bahasa Inggris. Warga masyarakat pun dalam kegiatan yang berhubungan
dengan upacara dan peristiwa kenegaraan harus menggunakan bahasa Indonesia.
Untuk melaksanakan fungsi sebagai bahasa negara, bahasa perlu senantiasa dibina
dan dikembangkan. Penguasaan bahasa Indonesia perlu dijadikan salah satu faktor
yang menentukan dalam pengembangan ketenagaan, baik dalam penerimaan karyawan
atau pagawai baru, kenaikan pangkat, maupun pemberian tugas atau jabatan
tertentu pada seseorang. Fungsi ini harus diperjelas dalam pelaksanaannya
sehingga dapat menambah kewibawaan bahasa Indonesia.
Dalam kedudukan
bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, bahasa Indonesia bukan saja dipakai
sebagai alat komunikasi timbal balik antara pemerintah dan masyarakat luas, dan
bukan saja dipakai sebagai alat perhubungan antardaerah dan antarsuku, tetapi
juga dipakai sebagai alat perhubungan formal pemerintahan dan kegiatan atau
peristiwa formal lainnya. Misalnya, surat-menyurat antarinstansi pemerintahan,
penataran para pegawai pemerintahan, lokakarya masalah pembangunan nasional,
dan surat dari karyawan atau pagawai ke instansi pemerintah. Dengan kata lain,
apabila pokok persoalan yang dibicarakan menyangkut masalah nasional dan dalam
situasi formal, berkecenderungan menggunakan bahasa Indonesia. Apalagi, di
antara pelaku komunikasi tersebut terdapat jarak sosial yang cukup jauh, misalnya
antara bawahan-
7
batasan, mahasiswa-dosen, kepala
dinas-bupati atau walikota, kepala desa-camat, dan sebagainya.
Akibat
pencantuman bahasa Indonesia dalam Bab XV, Pasal 36, UUD 1945, bahasa Indonesia
pun kemudian berkedudukan sebagai bahasa budaya dan bahasa ilmu. Di samping
sebagai bahasa negara dan bahasa resmi. Dalam hubungannya sebagai bahasa
budaya, bahasa Indonesia merupakan satu-satunya alat yang memungkinkan untuk
membina dan mengembangkan kebudayaan nasional sedemikian rupa sehingga bahasa
Indonesia memiliki ciri-ciri dan identitas sendiri, yang membedakannya dengan
kebudayaan daerah. Saat ini bahasa Indonesia dipergunakan sebagai alat untuk menyatakan semua nilai
sosial budaya nasional. Pada situasi inilah bahasa Indonesia telah menjalankan
kedudukannya sebagai bahasa budaya. Di samping itu, dalam kedudukannya sebagai
bahasa ilmu, bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa pendukung ilmu pengetahuan
dan teknologi (iptek) untuk kepentingan pembangunan nasional. Penyebarluasan
iptek dan pemanfaatannya kepada perencanaan dan pelaksanaan pembangunan negara
dilakukan dengan menggunakan bahasa Indonesia. Penulisan dan penerjemahan
buku-buku teks serta penyajian pelajaran atau perkuliahan di lembaga-lembaga
pendidikan untuk masyarakat umum dilakukan dengan menggunakan bahasa Indonesia.
Dengan demikian, masyarakat Indonesia tidak lagi bergantung sepenuhnya kepada
bahasa-bahasa asing (bahasa sumber) dalam usaha mengikuti perkembangan dan
penerapan iptek. Pada tahap ini, bahasa Indonesia bertambah perannya sebagai
bahasa ilmu. Bahasa Indonesia dipakai
bangsa Indonesia sebagai alat untuk mengantar dan menyampaian ilmu pengetahuan
kepada berbagai kalangan dan tingkat pendidikan.
Bahasa Indonesia berfungsi pula
sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan, mulai dari lembaga
pendidikan terendah (taman kanak-kanak) sampai dengan lembaga pendidikan
tertinggi (perguruan tinggi) di seluruh Indonesia, kecuali daerah-daerah yang
mayoritas masih menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa ibu. Di daerah ini,
bahasa daerah boleh dipakai sebagai bahasa pengantar di dunia pendidikan
tingkat sekolah dasar sampai dengan tahun ketiga (kelas tiga). Setelah itu,
harus menggunakan bahasa Indonesia. Karya-karya ilmiah di perguruan tinggi
(baik buku rujukan, karya akhir mahasiswa – skripsi, tesis, disertasi, dan
hasil atau laporan penelitian) yang ditulis dengan menggunakan bahasa Indonesia,
menunjukkan bahwa bahasa Indonesia telah mampu sebagai alat penyampaian iptek,
dan sekaligus menepis anggapan bahsa bahasa Indonesia belum mampu mewadahi
konsep-konsep iptek.
2.5. Upaya peningkatan dan pengembangan bahasa Indonesia
Bahasa adalah yang terpadu dengan
unsur-unsur lain didalam jaringan kebudayaan. Pada waktu yang sama, bahasa
merupakan sarana pengungkapan nilai-nilai budaya, pikiran dan nilai-nilai
kehidupan kemasyarakatan.
Perkembangan kebudayaan Indonesia
kearah peradaban modern sejalan dengan kemajuan dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi menuntut adanya perkembangan cara
8
berpikir yang
ditandai oleh kecermatan, ketepatan, dan kesanggupan menyatakan isi pikiran
secara eksplisit.
1. Pembinaan dan pengembangan bahasa
Indonesia dalam kaitannya dengan bidang pendidikan. Upaya yang dapat dilakukan
adalah meminkan peran guru untuk menimgkatkan minat baca sehingga bahasa
Indonesia dapat dikembangkan pada semua mata pelajaran.
2. Pembinaan dan pengembangan bahasa
Indonesia dalam kaitannya dengan bidang komunikasi. Media massa merupakan salah satu saran
ayang penting untuk membina dan mengembangkan bahasa Indonesia dalam rangka
pembangunan bangsa karena media massa telah memberikan perkembangan yang
berharga dalam pertumbuhan bahasa Indonesia melalui media massa, baik secara
tertuis maupun lisan. Ada kata yang cenderung kehilangan maknanya yang
sesungguhnya dalam ragam lisan ada lafal baku. Disamping itu, dalam keadaan
atau kesempatan tertentu masih dipakai bahasa atau bahasa asing.
3. Pembinaan dan pengembangan bahasa
Indonesia dalam kaitannya dengan bidang kesenian Bahasa Indonesia yang dipergunakan didalam banyak karya
sastra cerita anak-anak, lagu, teater dan film menunjukkan adanya banyak
ketimpangan. Dalam hal sastra dan buku anak-anak , hal ini disebabkan oleh
penggunaan bahasa yang kurang sempurna dari kebanyakan pengarang kita,
disamping masih tidak pastinya peranan redaktur dalam penerbitan.
Pemakaian bahasa Indonesia dalam film lebih banyak merupakan barang dagangan pemburuk keuntungan bagi pengusaha, penulis skenario yang dipilihnya kebanyakan tidak menguasai teknik penulisan yang baik.Pembinaan dan pengembangan bahasa dalam kaitannya dengan bidang ilmu dan, teknologi. Oleh karena antara bahasa dan alam pemikiran manusia terdapat jalinan yang erat, maka keberhasilan dari pemoderenan itu sangat bergantung kepada corak alam pemikiran manusia Indonesia yang merupakan hasil sintesis antara nilai-nilai yang berakar pada kebudayaan etnis yang tradisional dan nilai-nilai bebudayaan yang melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Proses sintesis itu dipikirkan sebagai suatu proses yang mempertinggi potensi kreatif yang dapat menjelaskan suatu kebudayaan yang khas Indonesia.
Pemakaian bahasa Indonesia dalam film lebih banyak merupakan barang dagangan pemburuk keuntungan bagi pengusaha, penulis skenario yang dipilihnya kebanyakan tidak menguasai teknik penulisan yang baik.Pembinaan dan pengembangan bahasa dalam kaitannya dengan bidang ilmu dan, teknologi. Oleh karena antara bahasa dan alam pemikiran manusia terdapat jalinan yang erat, maka keberhasilan dari pemoderenan itu sangat bergantung kepada corak alam pemikiran manusia Indonesia yang merupakan hasil sintesis antara nilai-nilai yang berakar pada kebudayaan etnis yang tradisional dan nilai-nilai bebudayaan yang melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Proses sintesis itu dipikirkan sebagai suatu proses yang mempertinggi potensi kreatif yang dapat menjelaskan suatu kebudayaan yang khas Indonesia.
2.6.
Peristiwa-Peristiwa Penting Yang Berkaitan Dengan Bahasa Indonesia.
Peristiwa-peristiwa penting yang berkaitan dengan perkembangan bahasa Indonesia dapat dirinci sebagai berikut :
Peristiwa-peristiwa penting yang berkaitan dengan perkembangan bahasa Indonesia dapat dirinci sebagai berikut :
1. Tahun
1801 disusunlah ejaan resmi bahasa Melayu oleh Ch. A. Van Ophuijsen yang
dibantu oleh Nawawi Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Ejaan ini
dimuat dalam Kitab Logat Melayu.
9
2. Tahun
1908 pemerintah kolonial mendirikan sebuah badan penerbit buku-buku bacaan yang
diberi nama Commissie voor de Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat), yang kemudian
pada tahun 1917 diubah menjadi Balai Pustaka. Badan penerbit ini menerbitkan
novel-novel, seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan, buku-buku penuntun bercocok
tanam, penuntun memelihara kesehatan, yang tidak sedikit membantu penyebaran
bahasa Melayu di kalangan masyarakat luas.
3.
Tanggal 16 Juni 1927 Jahja Datoek Kayo menggunakan bahasa Indonesia dalam
pidatonya. Hal ini untuk pertamakalinya dalam sidang Volksraad (dewan rakyat),
seseorang berpidato menggunakan bahasa Indonesia.
4.
Tanggal 28 Oktober 1928 secara resmi pengokohan bahasa indonesia menjadi bahasa
persatuan.
5. Tahun
1933 berdiri sebuah angkatan sastrawan muda yang menamakan dirinya sebagai
Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisyahbana.
6. Tahun
1936 Sutan Takdir Alisyahbana menyusun Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia.
7.
Tanggal 25-28 Juni 1938 dilangsungkan Kongres Bahasa Indonesia I di Solo. Dari
hasil kongres itu dapat disimpulkan bahwa usaha pembinaan dan pengembangan
bahasa Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh cendekiawan dan budayawan
Indonesia saat itu.
8.
Tanggal 18 Agustus 1945 ditandatanganilah Undang-Undang Dasar 1945, yang salah
satu pasalnya (Pasal 36) menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara.
9.
Tanggal 19 Maret 1947 diresmikan penggunaan ejaan Republik (ejaan soewandi)
sebagai pengganti ejaan Van Ophuijsen yang berlaku sebelumnya.
10.
Tanggal 28 Oktober – 2 November 1954 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia
II di Medan. Kongres ini merupakan perwujudan tekad bangsa Indonesia untuk
terus-menerus menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat sebagai bahasa kebangsaan
dan ditetapkan sebagai bahasa negara.
11.
Tanggal 16 Agustus 1972 H. M. Soeharto, Presiden Republik Indonesia, meresmikan
penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) melalui pidato
kenegaraan di hadapan sidang DPR yang dikuatkan pula dengan Keputusan Presiden
No. 57 tahun 1972.
10
12.
Tanggal 31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan
Istilah resmi berlaku di seluruh wilayah Indonesia (Wawasan Nusantara)
13.
Tanggal 28 Oktober – 2 November 1978 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia
III di Jakarta. Kongres yang diadakan dalam rangka memperingati Sumpah Pemuda
yang ke-50 ini selain memperlihatkan kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan
bahasa Indonesia sejak tahun 1928, juga berusaha memantapkan kedudukan dan
fungsi bahasa Indonesia.
14.
Tanggal 21 – 26 November 1983 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia IV di
Jakarta. Kongres ini diselenggarakan dalam rangka memperingati hari Sumpah
Pemuda yang ke-55. Dalam putusannya disebutkan bahwa pembinaan dan pengembangan
bahasa Indonesia harus lebih ditingkatkan sehingga amanat yang tercantum di
dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara, yang mewajibkan kepada semua warga
negara Indonesia untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar,
dapat tercapai semaksimal mungkin.
15.
Tanggal 28 Oktober – 3 November 1988 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia V
di Jakarta. Kongres ini dihadiri oleh kira-kira tujuh ratus pakar bahasa
Indonesia dari seluruh Indonesia dan peserta tamu dari negara sahabat seperti
Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, Belanda, Jerman, dan Australia. Kongres
itu ditandatangani dengan dipersembahkannya karya besar Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa kepada pencinta bahasa di Nusantara, yakni Kamus Besar
Bahasa Indonesia dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
16.
Tanggal 28 Oktober – 2 November 1993 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia
VI di Jakarta. Pesertanya sebanyak 770 pakar bahasa dari Indonesia dan 53
peserta tamu dari mancanegara meliputi Australia, Brunei Darussalam, Jerman, Hongkong,
India, Italia, Jepang, Rusia, Singapura, Korea Selatan, dan Amerika Serikat.
Kongres mengusulkan agar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa ditingkatkan
statusnya menjadi Lembaga Bahasa Indonesia, serta mengusulkan disusunnya
Undang-Undang Bahasa Indonesia.
17.
Tanggal 26-30 Oktober 1998 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia VII di
Hotel Indonesia, Jakarta. Kongres itu mengusulkan dibentuknya Badan
Pertimbangan Bahasa.
11
2.7. Ragam
dan Variasi Bahasa
a. Ragam
a. Ragam
Adanya bermacam-macam ragam bahasa
terjadi karena fungsi, kedudukan serta lingkungan yang berbeda-beda. Ada
beberapa ragam bahasa yaitu :
·
Ragam
lisan dan ragam tulis
Perbedaan ragam lisan dan tulis yaitu :
1. Ragam lisan mengendaki adanya orang kedua, teman bicara sedangkan ragam tulis tidak mengharuskan.
2. Dalam Ragam lisan unsur-unsur gramatikan seperti subjek, prediket dan objek tidak selalu dinyatakan, sedangkan ragam tulis harus dinyatakan.
3. Ragam lisan sangat terikat pada kondisi, situasi, ruang dan waktu sedangkan ragam tulis tidak.
4. Ragam lisan dipengaruhi oleh intonasi suara sedangkan ragam tulis dipengaruhi oleh tanda baca, huruf kapital dan huruf miring.
Perbedaan ragam lisan dan tulis yaitu :
1. Ragam lisan mengendaki adanya orang kedua, teman bicara sedangkan ragam tulis tidak mengharuskan.
2. Dalam Ragam lisan unsur-unsur gramatikan seperti subjek, prediket dan objek tidak selalu dinyatakan, sedangkan ragam tulis harus dinyatakan.
3. Ragam lisan sangat terikat pada kondisi, situasi, ruang dan waktu sedangkan ragam tulis tidak.
4. Ragam lisan dipengaruhi oleh intonasi suara sedangkan ragam tulis dipengaruhi oleh tanda baca, huruf kapital dan huruf miring.
·
Ragam
baku dan ragam tidak baku
Ragam baku adalah ragam yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar warga masyarakat pemakaiannyasebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa dalam penggunaannya.
Ragam baku adalah ragam yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar warga masyarakat pemakaiannyasebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa dalam penggunaannya.
Ragam
tidak baku adalah ragam yang tidak dilembagakan dan ditandai oleh ciri-ciri
yang menyimpang dari norma ragam baku.
·
Ragam
baku tulis dan ragam baku lisan
Ragam baku tulis adalah ragam yang dipakai dengan resmi dalam buku-buku pelajaran atau buku-buku ilmiah lainnya.
Ragam baku lisan bergantung kepada besar atau kecilnya ragam daerah yang terdengar dalam ucapannya.
Ragam baku tulis adalah ragam yang dipakai dengan resmi dalam buku-buku pelajaran atau buku-buku ilmiah lainnya.
Ragam baku lisan bergantung kepada besar atau kecilnya ragam daerah yang terdengar dalam ucapannya.
·
Ragam
sosial dan ragam fungsional
Ragam sosial adalah ragam bahasa yang sebagian norma dan kaidahnya didasarkan atas kesepakatan bersama dalam lingkungan sosial yang lebih kecil dalam masyarakat.
Ragam sosial adalah ragam bahasa yang sebagian norma dan kaidahnya didasarkan atas kesepakatan bersama dalam lingkungan sosial yang lebih kecil dalam masyarakat.
Ragam
fungsional adalah ragam bahasa yang dikaitkan dengan profesi, lembaga, lingkungan
kerja atau kegiatan tertentu lainnya.
12
b. Variasi bahasa
Variasi Bahasa disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam dan dikarenakan oleh para penuturnya yang tidak homogen. Variasi bahasa ada beberapa macam yaitu :
1. Variasi bahasa dari segi penutur
Yaitu variasi bahasa yang muncul dari setiap orang baik individu maupun sosial.
Variasi Bahasa disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam dan dikarenakan oleh para penuturnya yang tidak homogen. Variasi bahasa ada beberapa macam yaitu :
1. Variasi bahasa dari segi penutur
Yaitu variasi bahasa yang muncul dari setiap orang baik individu maupun sosial.
2. Variasi
bahasa dari segi pemakaian
Variasi bahasa berkenaan dengan pemakaian atau fungsinya disebut fungsiolek atau register adalah variasi bahasa yang menyangkut bahasa itu digunakan untuk keperluan atau bidang apa. Misalnya bidang jurnalistik, militer, pertanian, perdagangan, pendidikan, dan sebagainya. Variasi bahasa dari segi pemakaian ini yang paling tampak cirinya adalah dalam hal kosakata. Setiap bidang kegiatan biasanya mempunyai kosakata khusus yang tidak digunakan dalam bidang lain.
Variasi bahasa berkenaan dengan pemakaian atau fungsinya disebut fungsiolek atau register adalah variasi bahasa yang menyangkut bahasa itu digunakan untuk keperluan atau bidang apa. Misalnya bidang jurnalistik, militer, pertanian, perdagangan, pendidikan, dan sebagainya. Variasi bahasa dari segi pemakaian ini yang paling tampak cirinya adalah dalam hal kosakata. Setiap bidang kegiatan biasanya mempunyai kosakata khusus yang tidak digunakan dalam bidang lain.
3. Variasi
bahasa dari segi keformalan
Variasi bahasa dari segi keformalan ada beberapa macam yaitu :
Variasi bahasa dari segi keformalan ada beberapa macam yaitu :
·
Variasi
Baku (frozen)
Adalah variasi bahasa yang paling formal yang digunakan pada situasi hikmat seperti upacara kenegaraan dan khotbah.
Adalah variasi bahasa yang paling formal yang digunakan pada situasi hikmat seperti upacara kenegaraan dan khotbah.
·
Variasi
Resmi (formal)
Adalah Variasi bahasa yang digunakan pada kegiatan resmi atau formal seperti surat dinas dan pidato kenegaraan.
Adalah Variasi bahasa yang digunakan pada kegiatan resmi atau formal seperti surat dinas dan pidato kenegaraan.
·
Variasi Usaha (konsultatif)
Adalah variasi bahasa yang lazim dalam pembicaraan biasa. Seperti pembicaraan di sekolah dan rapat.
Adalah variasi bahasa yang lazim dalam pembicaraan biasa. Seperti pembicaraan di sekolah dan rapat.
·
Variasi
santai (casual)
Adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi tidak resmi. Seperti perbincangan dalam keluarga atau perbincangan dengan teman.
Adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi tidak resmi. Seperti perbincangan dalam keluarga atau perbincangan dengan teman.
·
Variasi akrab (intimate)
Adalah variasi bahasa yang biasa digunakan oleh para penutur yang hubungannya sudah akrab.
Adalah variasi bahasa yang biasa digunakan oleh para penutur yang hubungannya sudah akrab.
13
4. Variasi
bahasa dari segi sarana
Adalah variasi bahasa yang dapat dilihat dari sarana atau jalur yang digunakan. Seperti telepon, telegraf dan radio.
Adalah variasi bahasa yang dapat dilihat dari sarana atau jalur yang digunakan. Seperti telepon, telegraf dan radio.
14
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dapat disimpulkan dari makalah ini,
bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa melayu. Bahasa melayu dipilih
sebagai bahasa pemersatu (bahasa Indonesia) karena :
1.
Bahasa
melayu menjadi perwakilan karena bahasa melayu mewakili bahasa yang dipakai
oleh kelompok kecil yang dibandingkan oleh kelompok besar seperti bahasa jawa.
Hal ini untuk menghindari adanya tanggapan pengistimewaan yang berlebihan
terhadap bahasa jawa.
2.
Bahasa
melayu lebih bersifat linguistik dan tidak memiliki tingkat tutur yang sulit.
3.
Bahasa
melayu mempunyai sejra sebagai “Lingua Frace” yang digunakan pada masa kerajaan
sriwijaya mengalami kemajuan /masa kejayaan.
3.2. Saran
Bahasa Indonesia yang kita ketahui
sebagai mana dari penjelasan terdahulu memiliki banyak rintangan dan kendala
untuk mewujudkan menjadi bahasa pemersatu, bahasa nasional, bahasa Indonesia.
Sehingga kita sebagai generasi penerus mampu untuk membina, mempertahankan
bahasa Indonesia ini, agar tidak mengalami kemerosotan dan diperguna dengan
baik oleh pihak luar.
15
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi
Muhsin, 1990. sejarah dan standarisasi bahasa Indonesia. Bandung : sinar baru
algesindo. Aripin Z.E,
*http://www.ikhsanudin.co.cc/2009/05/sejarah-perkembangan-bahasa-indonesia.html
http://math070017.wordpress.com/2012/01/12/makalah-sejarah-perkembangan-bahasa-indonesia/
http://adegustiann.blogsome.com/2009/02/02/sejarah-perkembangan-bahasa-indonesia/
http://bukittingginews.com/2010/10/makalah-sejarah-perkembangan-bahasa-indonesia/
http://odhepriyamona.wordpress.com/2009/10/20/bahasa-indonesia-dan-era-globalisasi/
16
Tidak ada komentar:
Posting Komentar