MENGAPA USIA ANAK MASUK SD HARUS 7 TAHUN?
Beberapa hari yang lalu saya mendapat telepon dari seorang wali murid TK. Beliau berencana memasukkan anak ke SD tahun ini. Namun sayang, umurnya si anak belum mencapai 6 tahun.
Beliau menelepon dengan tujuan meminta surat rekomendasi dari psikolog yang menyatakan bahwa anak siap untuk masuk SD. Permintaan seperti ini sering kami dapatkan di setiap akhir tahun ajaran. Orang tua ingin memasukkan anak ke SD padahal usianya belum mencapai 6 tahun. Bahkan saya masih ingat dengan jelas, beberapa tahun yang lalu seorang wali murid bersikeras ingin memasukkan anaknya yang masih berusia 5 tahun 3 bulan ke sekolah dasar.
Pada saat itu, kami mengadakan tes psikologi di sebuah SD untuk melihat tingkat kematangan anak-anak yang akan bersekolah di sana. Setelah hasil tes keluar, didapatilah skor IQ si anak yang berada pada tingkat superior. Waw ... tingkat IQ yang tinggi. Dalam kesehariannya pun ia sudah lancar membaca, menulis, dan berhitung. Akan tetapi, masih ada aspek emosinya yang belum matang. Selain itu, apabila ia masuk SD di usia yang belum matang, dikhawatirkan ia akan mengalami permasalahan pause playing delay di masa mendatang. Apa itu pause playing delay? Orang-orang menyederhanakannya dengan menyebut "masa kecil kurang bahagia". Hehehe
Dari hasil tes itu, maka dalam lembar rekomendasinya tertulis bahwa si anak tidak disarankan untuk diterima di sekolah dasar pada tahun itu. Namun sayangnya, orang tuanya tetap bersikukuh ingin memasukkan anak ke SD walaupun tidak mendapat rekomendasi dari psikolog. Beliau mencari sekolah lain yang akan menerima si anak.
Dalam kehidupan sehari-hari, masih banyak ditemui orang tua yang memaksa agar anak masuk SD di usia yang belum mencapai 6 tahun. Terkadang alasan mereka bukan hanya karena anak sudah bosan di TK atau karena sudah bisa baca tulis, tapi ada juga alasan yang membuat saya geleng-geleng kepala. Dari hasil obrolan saya dengan seorang ayah, beliau ingin memasukkan anak ke SD di usia dini hanya karena mengutamakan gengsi, beliau bangga dengan anak yang nantinya akan menjadi siswa termuda yang tamat dari sekolah.
Terlepas dari direkomendasikan atau tidak oleh psikolog anak yang berusia di bawah dari yang ditetapkan pemerintah, saya sendiri lebih setuju dengan anak masuk SD di usia 7 tahun. Sebab, mengingat kondisi dan materi pelajaran yang akan disajikan untuk siswa SD kelas 1, usia 7 tahun dinilai sebagai usia yang sudah matang untuk mengikuti pelajaran kelas 1 tersebut. Lebih detailnya, mengapa usia anak masuk SD harus 7 tahun, Purnamasari dalam sahabatkeluarga.kemendikbud.go.id menjelaskan beberapa alasan sebagai berikut:
1. Aspek fisik
Pada usia 7 tahun, anak dianggap paling siap secara fisik untuk diam di kelas sampai siang. Gerakan motorik anak sudah lebih bagus, otot dan sarafnya juga sudah terbentuk. Misalnya untuk memegang pensil, anak sudah lebih mampu jika harus menulis sendiri tanpa bantuan orang dewasa.
2. Aspek psikologis
Dalam teori perkembangan, anak mulai bisa berkonsentrasi dengan baik pada usia di atas 6 tahun. Semakin bertambah usianya, kemampuan konsentrasi meningkat, semakin mampu memilah materi mana yang harus diperhatikan dan yang harus diabaikan.
Anak yang terlalu dini masuk SD umumnya masih belum siap untuk belajar dengan konsentrasi penuh. Ia masih mengembangkan keterampilan geraknya. Akibatnya, dia jadi sulit berkonsentrasi meskipun secara kemampuan intelektualnya dia sudah cukup mampu menyelesaikan soal-soal yang diberikan.
3. Aspek kognitif
Saat akan masuk ke SD, anak diharapkan mampu membaca, menulis, berhitung sederhana. Selain itu anak juga diharapkan mampu mengikuti instruksi, paham dan bisa mengerjakan soal.
4. Aspek emosi
Pada umumnya anak yang terlalu dini masuk SD memang memiliki kemampuan akademik yang baik, namun belum maksimal dalam hal emosi dan kemandirian. Sementara di SD anak tidak lagi mendapat perhatian seperti di TK. Ia diharapkan lebih mandiri dan bisa mengurus dirinya sendiri, seperti urusan buang air, dan lain-lain.
Apakah setiap anak yang masuk SD di usia dini akan mengalami permasalahan seperti yang disebutkan di atas? Tidak ada yang bisa memastikannya. Sebab segala sesuatu yang akan terjadi di masa mendatang hanya diketahui oleh Allah. Tapi sebagai orang tua yang menyayangi anak, menginginkan yang terbaik untuk anak, tidak ada salahnya mencegah. Seperti kata pepatah "mencegah lebih baik dari pada mengobati". Jika permasalahan sudah terlanjur terjadi akibat orang tua yang bersikukuh memasukkan anak ke SD di usia yang belum matang, tentu memerlukan upaya yang lebih kuat dan waktu yang lebih panjang untuk mengembalikan kondisi anak seperti semula. Bahkan tidak jarang yang juga harus mengeluarkan biaya dalam rangka memulihkan keadaannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar