BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemimpin negara adalah faktor penting dalam kehidupan bernegara. Jika pemimpin negara itu jujur, baik, cerdas dan amanah, niscaya rakyatnya akan makmur. Sebaliknya jika pemimpinnya tidak jujur, korup, serta menzalimi rakyatnya, niscaya rakyatnya akan sengsara.
Oleh karena itulah Islam memberikan pedoman dalam memilih pemimpin yang baik. Dalam Al Qur‟an, Allah SWT memerintahkan ummat Islam untuk memilih pemimpin yang baik dan beriman:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu, mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kamu karena kamu beriman kepada Allah, Tuhanmu. Jika kamu benar-benar keluar untuk berjihad di jalan-Ku dan mencari keridhaan-Ku (janganlah kamu berbuat demikian). Kamu memberitahukan secara rahasia (berita-berita Muhammad) kepada mereka, karena rasa kasih sayang. Aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Dan barangsiapa di antara kamu yang melakukannya, maka sesungguhnya dia telah TERSESAT dari jalan yang lurus.”(QS. 60. Al-Mumtahanah : 1)
Pada prinsipnya menurut Islam setiap orang adalah pemimpin. Ini sejalan dengan fungsi dan peran manusia di muka bumi sebagai khalifahtullah, yang diberi tugas untuk senantiasa mengabdi dan beribadah kepada-Nya seperti yang tercantum dalam Q.S Al-Baqarah : 30
Artinya :
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
Kepemimpinan dalam pandangan Al-Quran bukan sekedar kontrak sosial antara sang pemimpin dengan masyarakatnya, tetapi merupakan ikatan perjanjian antara dia dengan Allah swt. Sebab kepemimpinan melahirkan kekuasaan dan wewenang yang gunanya semata-mata untuk memudahkan dalam menjalankan tanggung jawab melayani rakyat. Semakin tinggi kekuasaan seseorang, hendaknya semakin meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Bukan sebaliknya, digunakan sebagai peluang untuk memperkaya diri, bertindak zalim dan sewenang-wenang. Balasan dan upah seorang pemimpin sesungguhnya hanya dari Allah swt di akhirat kelak, bukan kekayaan dan kemewahan di dunia.
Dengan mengetahui hakikat kepemimpinan di dalam Islam serta kriteria dan sifat-sifat apa saja yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, maka kita wajib untuk memilih pemimpin sesuai dengan petunjuk Al- Quran dan Hadits. Kaum muslimin yang benar-benar beriman kepada Allah dan beriman kepada Rasulullah saw dilarang keras untuk memilih pemimpin yang tidak memiliki kepedulian dengan urusan-urusan agama (akidahnya lemah) atau seseorang yang menjadikan agama sebagai bahan permainan/kepentingan tertentu. Sebab pertanggungjawaban atas
pengangkatan seseorang pemimpin akan dikembalikan kepada siapa yang mengangkatnya (masyarakat tersebut). Dengan kata lain masyarakat harus selektif dalam memilih pemimpin dan hasil pilihan mereka adalah "cermin" siapa mereka. Hal ini sesuai dengan hadits Nabi saw yang berbunyi: "Sebagaimana keadaan kalian, demikian terangkat pemimpin kalian”
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah kepemimpinan menurut para pakar?
2. Bagaimanakah kepemimpinan menurut islam?
3. Apakah dasar kepemimpinan dalam islam?
4. Bagaimana konsep kepemimpinan dalam islam?
5. Bagaimana kriteria pemimpin menurut islam?
6. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi dalam
pemimpin? menentukan
1.3 Tujuan
1. Mengetahui makna kepemimpinan menurut para pakar
2. Mengetahui makna kepemimpinan menurut islam
3. Mengetahui dasar kepemimpinan dalam islam
4. Mengetahui konsep kepemimpinan dalam islam
5. Mengetahui kriteria pemimpin menurut islam
6. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dalam
pemimpin. menentukan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kepemimpinan Menurut Pakar
Kepemimpinan merupakan proses pemberian pengaruh yang tidak memaksa. Pemimpin mempunyai pengikut yang secara sukarela melakukan tugas-tugasnya dengan keahlian dan intelektualnya sebagai sumber kekuasaan. Kekuasaan tersebut digunakan untuk memelihara fleksibilitas dan memperkenalkan perubahan. Mereka cenderung menyukai perubahan dan menganggap konflik adalah wajar, bahkan harus ada. Bagi pemimpin, kegagalan adalah hal yang biasa dan merupakan konsekuensi dari proses belajar. Apabila ia merasa gagal ia harus belajar dan berani mengakui kegagalannya. Pemimpin yang baik, tidak hanya mengakui kegagalan yang ia lakukan tetapi ia berusaha keras untuk memperbaiki kegagalan yang pernah dilakukannya. Pemimpin yang berhasil ia selalu berpikir, berorientasi, dan mengambil keputusan untuk jangka panjang dan bertanggung jawab. Mereka tidak akan memerintah dan mengendalikan pengikut, melainkan mengajak untuk melakukan yang terbaik, memberikan arahan dan kebebasan berkreasi pada pengikutnya untuk mencapai tujuan bersama (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP- UPI, 2007)
Menurut James A.F. Stoner kepemimpinan didefinisikan sebagai proses pengarahan dan mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan tugas dari para anggota kelompok. Kepemimpinan yang efektif tergantung dari landasan manajerial yang kokoh. Lima landasan kepemimpinan yang kokoh menurut Chapman adalah :
- cara berkomunikasi
- pemberian motivasi
- kemampuan memimpin
- pengambilan keputusan
- kekuasaan yang positif
(Umar, 1998)
Menurut Wahjosumidjo (1987) butir-butir pengertian dari berbagai kepemimpinan pada hakikatnya memberikan makna :
1. kepemimpinan adalah suatu yang melekat pada diri seorang pemimpin yang berupa sifat-sifat tertentu seperti : kepribadian (personality), kemampuan (ability), dan kesanggupan (capability).
2. Kepemimpinan adalah rangkaian kegiatan (activity) pempimpin yang tidak dapat dipisahkan dengan kedudukan serta gaya atau perilaku pemimpin itu sendiri.
3. Kepemimpinan adalah sebagai proses antar hubungan atau interakssi antara pemimpin, pengikut dan situasi.
Menurut Stogdill (1974) kepemimpinan dapat dirumuskan kedalam berbagai macam definisi tergantung darimana titik tolak pemikirannya. Ia menyebutkan bahwa kepemimpinan adalah :
1. Suatu seni untuk menciptakan kesesuaian paham
2. Suatu bentuk persuasi dan inspirasi
3. Suatu kepribadian yang mempunyai pengaruh
4. Tindakan atau perilaku
5. Titik sentral proses kegiatan kelompok
6. Hubungan kekuatan/kekuasaan
7. Sarana pencapaian tujuan
8. Suatu hasil dari interaksi
9. Peran yang dipolakan
10. Sebagai inisiasi (permulaan struktur)
2.2 Kepemimpinan Menurut Islam
Shihab (1996) menjelaskan bahwa islam menyebutkan kepemimpinan dengan berbagai istilah atau nama, diantaranya iamamah, ri`ayah, imarah, dan wilayah, yang semuanya itu pada hakikatnya adalah amanah (tanggung jawab). Nabi S.A.W bersabda : “Apabila amanat disia- siakan, maka nantikanlah kehancurannya,: ketika ditanya “Bagaimana menyia-nyiakannya?” Beliau menjawab “ apabila wewenang pengelolaan (kepemimpinan) diserahkan kepada orang yang tidak mampu.”
Kepemimpinan didalam islam adalah suatu hal yang inheren, serta merupakan salah satu sub sistem dalam sistem islam yang mencakup pengaturan seluruh aspek kehidupan secara prinsip. Islam mengatur niat- amal-tujuan sekaligus sumber kehidupan, otak manusia, kemudian mengatur proses hidup, perilaku, dan tujuan hidup. Dalam islam seorang pemimpin dan yang dipimpin harus mempunyai keberanian untuk menegakkan kebenaran yang dilaksanakan melalui prinsip kepemimpinan, yaiutu melaksanakan kewajiban kepemimpinan dengan penuh tanggung jawab seorang pemimpin dan melaksanakan hak berpartisipasi bagi yang dipimpin (Feisal, 1995).
Sejak dini, hendaknya setiap manusia selalu menanamkan keyakinan bahwa dirinya terlahir sebagai pemimpin, sebagaimana sabda
Rasulullah :
هِ ِتَّيعِرَ
نْ عَ
لٌوُئسْ
مَ لُّ كُوَمْ كُ
عٍ ارَ
مْ كُ ُّلكُ
“setiap pribadi adalah pemimpin dan kelak akan dipertanyakan
tentang kepemimpinannya.” (HR. Muslim)
Pada prinsipnya menurut Islam setiap orang adalah pemimpin. Ini sejalan dengan fungsi dan peran manusia di muka bumi sebagai khalifahtullah, yang diberi tugas untuk senantiasa mengabdi dan beribadah kepada-Nya sebagaimana tercantum dalam surah Al-baqarah : 30
Artinya :
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
Tasmara (2002) menyatakan bahwa memimpin bukan hanya mempengaruhi agar orang lain mengikuti apa yang diinginkannya. Bagi seorang muslim, memimpin berarti memberikan arah atau visi berdasarkan nilai-nilai ruhaniah. Mereka menampilkan diri sebagai teladan dan memberikan inspirasi bagi bawahannya untuk melaksanakan tugas sebagai keterpanggilan ilahi sehingga mereka memimpin berdasarkan visi atau mampu melihat ke masa depan (visionary leadership). Kepemimpinan juga berarti sebagai kemampuan untuk mempengaruhi dirinya sendiri dan orang lain melalui keteladanan, nilai-nilai, serta prinsip yang akan membawa kebahagiaan dunia dan akhirat (Principle centered leadership).
2.3 Dasar Kepemimpinan dalam Islam
1. Q.S Al-Baqarah : 30
Artinya :
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
2. Hadits tentang kepemimpinan
هِ ِتَّيعِرَ
نْ عَ
لٌوُئسْ مَ
مْ كُ ُّلكُوَ
عٍ ارَ
مْ كُ ُّلكُ
“setiap pribadi adalah pemimpin dan kelak akan dipertanyakan
tentang kepemimpinannya.” (HR. Muslim)
3. Hadits pemimpin adalah pengabdi
Rasulullah SAW bersabda : ”Pemimpin suatu kaum adalah pengabdi (pelayan) mereka” (HR. Abu Na'im). Pemimpin adalah pelayan ummat, orang yang bertugas dan diamanahkan untuk melaksanakan tugas-tugas dalam memimpin, membimbing dan mengajak umat kearah yang lebih baik dalam artian sama-sama membangun.
4. Hadits pemimpin adalah perisai
Dari Abi Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda : ”Sesungguhnya seorang pemimpin itu merupakan perisai, rakyat akan berperang di belakang serta berlindung dengannya. Bila ia memerintah untuk takwa kepada Allah azza wa jalla serta bertindak adil, maka ia akan memperoleh pahala. Namun bila ia memerintah dengan selainnya, maka ia akan mendapatkan akibatnya”.
5. Hadits wajibnya kepemimpinan
"Jika keluar tiga orang dalam satu perjalanan, maka hendaklah salah seorang dari mereka menjadi pemimpinnya." (HR. Abu Dawud dari Abu Sa'id dan Abu Hurairah).
2.4 Konsep Kepemimpinan dalam Islam
Kepemimpinan dalam Islam merupakan Sunnatullah / ketetapan Allah SWT, yang telah menjadikan manusia sebagai pemimpin. Kepemimpinan telah terlebih dahulu diperkenalkan dalam Islam jauh sebelum para ahli mengemukakannya. Kepemimpinan dalam Islam adalah kepemimpinan yang didasarkan atas metode kenabian dalam rangka menciptakan kultur masyarakat madani memperoleh Ridha Illahi.
Kepemimpinan itu wajib ada, baik secara syar‟i ataupun secara
„aqli. Adapun secara syar‟i misalnya tersirat dari firman Allah tentang doa orang-orang yang selamat pada surah Al-Furqan : 74
Artinya :
Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.
Demikian pula firman Allah dalam surah An-Nisaa‟ : 59
Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
Di dalam konsep (manhaj) Islam, pemimpin merupakan hal yang sangat final dan fundamental. Ia menempati posisi tertinggi dalam bangunan masyarakat Islam. Dalam kehidupan berjama'ah, pemimpin ibarat kepala dari seluruh anggota tubuhnya. Ia memiliki peranan yang strategis dalam pengaturan pola (minhaj) dan gerakan (harakah). Kecakapannya dalam memimpin akan mengarahkan ummatnya kepada tujuan yang ingin dicapai, yaitu kejayaan dan kesejahteraan ummat dengan iringan ridho Allah. Pemimpin digambarkan sebagai seseorang yang rela berkorban/mengorabankan dirinya demi keberlangsungan umat dalam mencapai ridho Allah seperti dalam surah Al-baqarah : 207
Artinya :
Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba- hamba-Nya.
Seorang pemimpin merupakan sebuah perisai yang melindungi kaummnya, kedudukan seorang pemimpin sangatlah penting. Bahkan digambarkan dalam sejarah Islam (Tarikh Islam) mengenai pentingnya kedudukan pemimpin dalam kehidupan ummat muslim. Kita lihat dalam sejarah, ketika Rasulullah saw. wafat, maka para shahabat segera mengadakan musyawarah untuk menentukan seorang khalifah. Hingga jenazah Rasulullah pun harus tertunda penguburanya selama tiga hari. Para shahabat ketika itu lebih mementingkan terpilihnya pemimpin pengganti Rasulullah, karena kekhawatiran akan terjadinya ikhlilaf (perpecahan) di kalangan ummat muslim kala itu. Hingga akhirnya terpilihlah Abu Bakar sebagai khalifah yang pertama setelah Rasulullah saw. wafat.
2.5 Kriteria Pemimpin Menurut Islam
Pemimpin memiliki kedudukan yang sangat penting, karenanya siapa saja yang menjadi pemimpin tidak boleh dan jangan sampai menyalahgunakan kepemimpinannya untuk hal-hal yang tidak benar. Karena itu, para pemimpin dan orang-orang yang dipimpin harus memahamii hakikat kriteria seorang pemimpin dalam pandangan Islam yang secara garis besar yaitu :
1. Beriman dan Beramal Shaleh
Ini sudah pasti tentunya. Kita harus memilih pemimpin orang yang beriman, bertaqwa, selalu menjalankan perintah Allah dan rasulnya. Karena ini merupakan jalan kebenaran yang membawa kepada kehidupan yang damai, tentram, dan bahagia dunia maupun akherat. Disamping itu juga harus yang mengamalkan keimanannya itu yaitu dalam bentuk amal soleh.
2. Niat yang Lurus
“Sesungguhnya setiap amal perbuatan tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) sesuai dengan niatnya. Barangsiapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena urusan dunia yang ingin digapainya atau karena seorang wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya sesuai dengan apa yang diniatkannya tersebut”.
Karena itu hendaklah menjadi seorang pemimpin hanya karena mencari keridhoan ALLAH saja dan sesungguhnya kepemimpinan atau jabatan adalah tanggung jawab dan beban, bukan kesempatan dan kemuliaan.
3. Laki-Laki
Dalam Al-qur'an surat An nisaa' (4) :34 telah diterangkan bahwa laki laki adalah pemimpin dari kaum wanita. “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh ialah yang ta‟at kepada Allah lagi memelihara diri (maksudnya tidak berlaku serong ataupun curang serta memelihara rahasia dan harta suaminya) ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara “
“Tidak akan beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusan (kepemimpinan) mereka kepada seorang wanita.”(Hadits Riwayat Al- Bukhari dari Hadits Abdur Rahman bin Abi Bakrah dari ayahnya).
4. Tidak Meminta Jabatan
Rasullullah bersabda kepada Abdurrahman bin Samurah
Radhiyallahu‟anhu,
”Wahai Abdul Rahman bin samurah! Janganlah kamu meminta untuk menjadi pemimpin. Sesungguhnya jika kepemimpinan diberikan kepada kamu karena permintaan, maka kamu akan memikul tanggung jawab sendirian, dan jika kepemimpinan itu diberikan kepada kamu bukan karena permintaan, maka kamu akan dibantu untuk menanggungnya.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)
5. Berpegang pada Hukum Allah
Ini salah satu kewajiban utama seorang pemimpin. Allah berfirman:
”Dan hendaklah kamu memutuskan perkara diantara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka.” (al-Maaidah:49).
6. Memutuskan Perkara Dengan Adil
Rasulullah bersabda, ”Tidaklah seorang pemimpin mempunyai perkara kecuali ia akan datang dengannya pada hari kiamat dengan kondisi terikat, entah ia akan diselamatkan oleh keadilan, atau akan dijerusmuskan oleh kezhalimannya.” (Riwayat Baihaqi dari Abu Hurairah dalam kitab Al-Kabir).
7. Menasehati rakyat
Rasulullah bersabda, ”Tidaklah seorang pemimpin yang memegang urusan kaum Muslimin lalu ia tidak bersungguh-sungguh dan tidak menasehati mereka, kecuali pemimpin itu tidak akan masuk surga bersama mereka (rakyatnya).”
8. Tidak Menerima Hadiah
Seorang rakyat yang memberikan hadiah kepada seorang pemimpin pasti mempunyai maksud tersembunyi, entah ingin mendekati atau mengambil hati.Oleh karena itu, hendaklah seorang pemimpin menolak pemberian hadiah dari rakyatnya. Rasulullah bersabda,
” Pemberian hadiah kepada pemimpin adalah pengkhianatan.”
(Riwayat Thabrani).
9. Tegas
ini merupakan sikap seorang pemimpin yang selalu di idam- idamkan oleh rakyatnya. Tegas bukan berarti otoriter, tapi tegas maksudnya adalah yang benar katakan benar dan yang salah katakan salah serta melaksanakan aturan hukum yang sesuai dengan Allah, SWT dan rasulnya.
10. Lemah Lembut
Doa Rasullullah : "Ya Allah, barangsiapa mengurus satu perkara umatku lalu ia mempersulitnya, maka persulitlah ia, dan barang siapa yang mengurus satu perkara umatku lalu ia berlemah lembut kepada mereka, maka berlemah lembutlah kepadanya"
Selain poin- poin yang ada di atas seorang pemimpin dapat dikatakan baik bila ia memiliki STAF. STAF disini bukanlah staf dari pemimpin, melainkan sifat yang harus dimiliki oleh pemimpin tersebut. STAF yang dimaksud di sini adalah Sidiq(jujur), Tablig(menyampaikan), amanah(dapat dipercaya), fatonah(cerdas).
2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dalam Menentukan Pemimpin
Jika kita menyimak terhadap perjalanan siroh nabawiyah (sejarah nabi-nabi) dan berdasarkan petunjuk Al-Qur'an (Qs. 39 : 23) dan Al-Hadits (Qs. 49 : 7), maka kita dapat menyimpulkan secara garis besar beberapa kriteria dalam menentukan pemimpin.
Beberapa faktor yang menjadi kriteria yang bersifat general dan spesifik dalam menentukan pemimpin tersebut adalah antara lain :
A. Faktor Keulamaan
Dalam Qs. 35 : 28, Allah menerangkan bahwa diantara hamba-hamba Allah, yang paling takut adalah al-„ulama. Hal ini menunjukkan bahwa apabila pemimpin tersebut memiliki kriteria keulamaan, maka dia akan selalu menyandarkan segala sikap dan keputusannya berdasarkan wahyu (Al-Qur'an). Dia takut untuk melakukan kesalahan dan berbuat maksiat kepada Allah.
Berdasarkan Qs. 49 : 1, maka ia tidak akan gegabah dan membantah atau mendahului ketentuan yang telah ditetapkan Allah dan Rasul-Nya. Dalam pengambilan keputusan, ia selalu merujuk kepada petunjuk Al-Qur'an dan Al-Hadits.
Berdasarkan Qs. 29 : 49, maka seorang pemimpin yang berkriteria ulama, haruslah memiliki keilmuan yang dalam di dalam dadanya (fii shudur). Ia selalu menampilkan ucapan, perbuatan, dan perangainya berdasarkan sandaran ilmu.
Berdasarkan Qs. 16 : 43, maka seorang pemimpin haruslah ahlu adz-dzikri (ahli dzikir) yaitu orang yang dapat dijadikan rujukan dalam menjawab berbagai macam problema ummat.
B. Faktor Intelektual (Kecerdasan)
Seorang calon pemimpin haruslah memiliki kecerdasan, baik secara emosional (EQ), spiritual (SQ) maupun intelektual (IQ).
Dalam hadits Rasulullah melalui jalan shahabat Ibnu Abbas r.a, bersabda : "Orang yang pintar (al-kayyis) adalah orang yang mampu menguasai dirinya dan beramal untuk kepentingan sesudah mati, dan orang yang bodoh (al-„ajiz) adalah orang yang memperturutkan hawa nafsunya dan pandai berangan-angan atas Allah dengan segala angan- angan." (HR. Bukhari, Muslim, Al-Baihaqy)
Hadits ini mengandung isyarat bahwa seorang pemimpin haruslah orang yang mampu menguasai dirinya dan emosinya. Bersikap lembut, pemaaf, dan tidak mudah amarah. Dalam mengambil sikap dan keputusan, ia lebih mengutamakan hujjah Al-Qur'an dan Al-Hadits, daripada hanya sekedar nafsu dan keinginan-nya. Ia akan menganalisa semua aspek dan faktor yang mempengaruhi penilaian dan pengambilan keputusan.
Berdasarkan Qs. 10 : 55, mengandung arti bahwa dalam mengambil dan mengajukan diri untuk memegang suatu amanah, haruslah disesuaikan dengan kapasitas dan kapabilitas (kafa'ah) yang dimiliki (Qs. 4 : 58).
Rasulullah berpesan : "Barangsiapa menyerahkan suatu urusan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya."
C. Faktor Kepeloporan
Berdasarkan Qs. 39 : 12, maka seorang pemimpin haruslah memiliki sifat kepeloporan. Selalu menjadi barisan terdepan (pioneer) dalam memerankan perintah Islam.
Berdasarkan Qs. 35 : 32, maka seorang pemimpin haruslah berada pada posisi hamba-hamba Allah yang bersegera dalam berbuat kebajikan (sabiqun bil khoiroti bi idznillah)
Berdasarkan Qs. 6 : 135, maka seorang pemimpin tidak hanya ahli di bidang penyusunan konsep dan strategi (konseptor), tetapi haruslah juga orang yang memiliki karakter sebagai pekerja (operator). Orang yang tidak hanya pandai bicara, tetapi juga pandai bekerja.
Berdasarkan Qs. 6 : 162 - 163, maka seorang pemimpin haruslah orang yang tawajjuh kepada Allah. Menyadari bahwa semua yang berkaitan dengan dirinya, adalah milik dan untuk Allah. Sehingga ia tidak akan menyekutukan Allah, dan selalu berupaya untuk mencari ridho Allah (Qs.
2 : 207)
Berdasarkan Qs. 3 : 110, sebagai khoiru ummah (manusia subjek) maka seorang pemimpin haruslah orang yang selalu menyeru kepada yang ma'ruf, mencegah dari perbuatan
yang mungkar, dan senantiasa beriman kepada Allah.
D. Faktor Keteladanan
Seorang calon pemimpin haruslah orang yang memiliki figur keteladanan dalam dirinya, baik dalam hal ibadah, akhlaq, dsb.
Berdasarkan Qs. 33 : 21, maka seorang pemimpin haruslah menjadikan Rasulullah sebagai teladan bagi dirinya. Sehingga, meskipun tidak akan mencapai titik kesempurnaan, paling tidak ia mampu menampilkan akhlaq yang baik layaknya Rasulullah.
Berdasarkan Qs. 68 : 4, maka seorang pemimpin haruslah memiliki akhlaq yang mulia (akhlaqul karimah), sehingga dengannya mampu membawa perubahan dan perbaikan dalam kehidupan sosial masyarakat.
Faktor akhlaq adalah masalah paling mendasar dalam kepemimpinan. Walaupun seorang pemimpin memiliki kecerdasan intelektual yang luar biasa, tetapi apabila tidak dikontrol melalui akhlaq yang baik, maka ia justru akan membawa kerusakan (fasada) dan kehancuran.
E. Faktor Manajerial (Management)
Berdasarkan Qs. 61 : 4, maka seorang pemimpin haruslah memahami ilmu manajerial (meskipun pada standar yang minim). Memahami manajemen kepemimpinan, perencanaan, administrasi, distribusi keanggotaan, dsb.
Seorang pemimpin harus mampu menciptakan keserasian, keselarasan, dan kerapian manajerial lembaganya (tandhim), baik aturan-aturan yang bersifat mengikat, kemampuan anggota, pencapaian hasil, serta parameter- parameter lainnya.
Dengan kemampuan ini, maka akan tercipta tanasuq (keteraturan), tawazun (keseimbangan), yang kesemuanya bermuara pada takamul (komprehensif) secara keseluruhan.
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
1. Kepemimpinan adalah suatu yang melekat pada diri seorang pemimpin yang berupa sifat-sifat tertentu seperti : kepribadian (personality), kemampuan (ability), dan kesanggupan (capability).
2. Kepemimpinan dalam Islam merupakan Sunnatullah / ketetapan Allah
SWT, yang telah menjadikan manusia sebagai pemimpin.
3. Pada prinsipnya menurut Islam setiap orang adalah pemimpin. Ini sejalan dengan fungsi dan peran manusia di muka bumi sebagai khalifahtullah, yang diberi tugas untuk senantiasa mengabdi dan beribadah kepada-Nya sebagaimana tercantum dalam surah Al-baqarah
: 30
4. Sifat yang harus dimiliki oleh pemimpin adalah Sidiq (jujur), Tablig
(menyampaikan), amanah (dapat dipercaya), fatonah (cerdas).
5. Dalam memilih pemimpin harus memperhatikan kriteria dan faktor- faktor yang berpedoman pada Al-Qur`an dan Hadits.
3.2 Saran
Bagi penyusun makalah selanjutnya sebaiknya mencari referensi
buku yang lebih banyak dan menampilkan lebih banyak contoh sehingga makalah lebih menarik.
DAFTAR PUSTAKA
Ad-Dahduh, Salman Nashif. 2004. Buku Pintar Muslim. Solo : Pustaka Arafah. Husein, Umar. 1998. Riset Sumber Daya Manusia dalam Organisasi. Jakarta : PTGramedia Pustaka Utama
Qur`an Player (ProgramWawan S, 2005)
Shihab, Quraish. 1996. Wawasan Al-Qur’an, Tafsir Maudhu’i Atas Pelbagai
Persoalan Umat. Bandung : Penerbit Mizan.
Stogdill, Ralph M. 1974. Handbook of Leadership : A Survey of Theory and
Research. New York : Free Press.
Tasmara, Toto. 2002. Membudayakan Etos Kerja Islami. Jakarta : Gema Insani
Press.
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan
Bagian 2. Bandung : PT IMTIMA.
Wahjosumidjo. 1987. Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta : Ghalia Indonesia. Wahyudin, Dkk. 2009. Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi.
Grasindo : Surabaya.
Zainuddin, Muhadi, Lc., M.A. dan Dr. Abd. Mustaqin, M.Ag. 2005. Studi
Kepemimpinan Islam (Konsep, Teori, dan Praktiknya dalam Sejarah). Yogyakarta
: UII Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar