ads head

Advertisement

Selasa, 23 Januari 2018

MAKALAH FUNGSI MUSEUM DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN SEJARAH BAGI REMAJA MASA KINI



BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Semakin hari perkembangan teknologi semakin pesat. Namun, perkembangan teknologi tersebut membuat banyak orang yang melupakan sejarah perkembangan teknologi itu. Hal tersebut dapat dilihat dari semakin menurunnya minat atau ketertarikan mengenal dan mempelajari sejarah masa lalu dan perkembangannya hingga dapat menjadi sekarang ini. Padahal keberhasilan suatu Negara adalah jika warga negara dapat menghargai sejarah Negara tersebut.
Sejarah selalu menyertai perjalanan suatu bangsa, meski pada kenyataannya hanya sebagian kecil saja dari orang-orang yang menjadi bagian dari bangsa tersebut yang memahami perjalanan sejarah dari bangsanya. Kenyataan inilah yang menjadi persoalan dihampir semua Negara termasuk Indonesia, yakni banyaknya masyarakat terutama remaja masa kini yang kurang memahami sejarah bangsa. Akibatnya, rasa nasionalisme sedikit demi sedikit terkikis, sehingga muncul ketidakpedulian terhadap nasib bangsanya sendiri dan cenderung memikirkan nasib dirinya sendiri.
           
Minat masyarakat khususnya generasi muda masih kurang untuk mengunjungi Museum sebagai sumber pembelajaran, terutama berkaitan dengan sejarah perkembangan manusia, budaya dan lingkungannya, mengingat Museum sebagai ruang transfomasi nilai warisan budaya bangsa dari generasi terdahulu kepada generasi sekarang. Generasi masa kini harus mampu memahami dan belajar dari pengalaman sejarah. Dengan memahami pentingnya belajar dari pengalaman sejarah, diharapkan pijakan untuk membangun masa kini dan masa depan menjadi terarah. Berdasarkan pemahaman tersebut, pendidikan sejarah sangat penting diberikan kepada generasi muda dalam rangka membangun pemahaman yang berspektif waktu dan memori bersama. Melalui pendidikan sejarah diharapkan remaja dapat mempertajam wawasan kebangsaan baik ke luar maupun ke dalam kesatuan sosial mereka. Hal ini penting dalam rangka memperkuat dorongan kebersamaan untuk mencapai cita – cita bangsa setelah belajar dari pengalaman masa lalu (Ayatrohaedi, 1985) Oleh karena itu kesadaran sebagai satu bangsa perlu di bina terhadap generasi muda agar jiwa patriotisme dan nasionalisme mereka dapat tumbuh sebagai modal pembangunan dalam mengisi kemerdekaan.
Belajar sejarah memberikan manfaat bagi manusia. Manfaat belajar sejarah secara garis besar ada dua yaitu manfaat intrinsik dan ekstrinsik. Manfaat instrinsik antara lain; sejarah sebagai ilmu, sejarah sebagai cara mengetahui masa lalu, sejarah sebagai pernyataan pendapat dan sejarah sebagai profesi. Sedangkan manfaat ekstrinsik terkait dengan proses penanaman nilai, proses pendidikan.
Namun sayangnya pengajaran sejarah sebagai sarana menginternalisasikan nilai-nilai, belum dilaksanakan sebagaimana mestinya. Kurikulum yang ditetapkan pemerintah masih sarat dengan identitas sejarah sebagai materi hapalan dan sarat dengan bahan ajar. Akibatnya pengajar/guru kesulitan mengembangkan pembelajaran yang dinamis.
Akhirnya pembelajaran menjadi kurang bermakna, karena kegiatan pembelajaran condong mengejar materi daripada mendorong makna memahami dan menghayati makna pelajaran yang sedang di pelajari. Pengembangan pembelajaran sejarah cenderung kognitif, model pembelajaran ekspositoris menyebabkan siswa bosan mempelajari sejarah. Di samping itu penganaktirian mata pelajaran sejarah di sekolah, juga memberikan kontribusi yang besar dalam menciptakan pembelajaran sejarah menjadi seolah “tak bermakna”.
Dewasa ini, museum-museum baik di Indonesia maupun di dunia telah mengalami suatu perkembangan. Museum tidak lagi ingin disebut sebagai ‟gudang‟ tempat menyimpan barang-barang antik seperti anggapan masyarakat pada umumnya, tetapi museum berusaha untuk menjadi tempat dimana pengunjung dapat merasakan suatu suasana dan pengalaman yang berbeda, yang hanya akan mereka dapatkan jika mereka berkunjung ke museum. Museum juga diharapkan mampu menjadi mediator yang tidak membedakan kebudayaan antardaerah, tetapi tercipta peradaban yang multikultural, yaitu menjadikan perbedaan budaya menjadi suatu warna yang meramaikan khasanah kebudayaan bangsa sebagai identitas bangsa. Itulah peran museum. Perubahan ini membuat peran museum berkembang menjadi tempat reservasi, penelitian dan komunikasi, yang tujuannya untuk menyampaikan misi edukasi sekaligus rekreasi kepada masyarakat (Weil, 1990; Hooper-Greenhill, 1994:140).
Perubahan tersebut juga membuat misi edukasi yang diemban oleh museum mengalami pergeseran. Selama ini, peran edukasi museum adalah untuk menyampaikan misi pendidikan mereka kepada anak-anak, namun, dengan perubahan paradigma, maka museum juga harus dapat menyampaikan misi edukasinya itu kepada semua lapisan masyarakat khususnya para remaja masa kini yang sudah terpengaruh budaya luar. Museum tidak hanya sekadar menjadi tempat untuk mendidik masyarakat, tetapi menjadi tempat pembelajaran, yang termasuk di dalamnya tempat di mana pengunjung dapat memperoleh pengalaman dan pengetahuan sejarah (Ambrose dan Paine, 2006:46 -48).
Dengan pemahaman museum yang demikian itu, museum akan punya makna lebih menyentuh persoalan sosial, ekonomi, budaya, dan politik masyarakatnya. Hanya dengan makna yang demikian, museum akan lebih dikenal masyarakat terutama remaja masa kini yang hampir melupakan sejarah. Museum tak lagi menjadi rumah tua yang hanya berisi barang tua yang tak memiliki relevansi makna dengan kehidupan masyarakat.

B.       Rumusan Masalah
1.      Apa arti sejarah?
2.      Potensi apa yang dimiliki museum yang dapat dikembangkan menjadi objek pembelajaran?
3.      Apa manfaat museum terhadap pembelajaran sejarah?
4.      Mengapa museum berperan penting sebagai media pembelajaran?
5.      Bagaimana apresiasi remaja terhadap museum?
6.      Bagaimana upaya untuk meningkatkan minat remaja mengunjungi museum?
7.      Bagaimana cara mengemas museum semenarik mungkin supaya tidak membosankan?
C.      Tujuan Penelitian
1.      Untuk mengetahui arti sejarah.
2.      Untuk mengetahui potensi museum yang dapat dikembangkan menjadi objek pembelajaran.
3.      Untuk mengetahui manfaat museum terhadap pembelajaran sejarah.
4.      Untuk mengetahui peran museum sebagai media pembelajaran.
5.      Untuk mengetahui seberapa besar apresiasi remaja terhadap museum.
6.      Untuk mengetahui upaya meningkatkan minat remaja mengunjungi museum.
7.      Untuk mengetahui cara mengemas museum semenarik mungkin supaya tidak membosankan.


BAB II
FUNGSI MUSEUM DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN SEJARAH BAGI REMAJA MASA KINI
2.1 Pengertian Sejarah
Kata sejarah berasal dari bahasa Arab yaitu Syajarotun yang berarti pohon kayu. Pohon dalam pengertian ini merupakan suatu simbol yaitu simbol kehidupan. Di dalam pohon terdapat bagian-bagian seperti batang, ranting, daun, akar, dan buah. Bagian-bagian dari pohon itu menunjukkan adanya aspek-aspek kehidupan yang satu sama lain saling berhubungan untuk membentuk sesuatu itu menjadi hidup. Ada dinamika yang bersifat aktif. Dinamika ini terus menerus terjadi beriringan dengan waktu dan ruang di mana kehidupan itu ada. Lambang pohon itu menunjukkan adanya pertumbuhan dan perkembangan.
Dalam bahasa Indonesia juga ternyata banyak ditemukan istilah-istilah yang mengarahkan kita kepada pemahaman tentang pengertian sejarah seperti babad dalam bahasa Jawa, tambo dari bahasa Minangkabau, pustaka, dan cerita. Kata babad menurut Pigeud berarti cerita sejarah. Selain itu, kata babad dapat pula diartikan dalam bahasa Jawa yang berarti “memangkas”. Hasil dari pembabadan ini ialah suasana terang. Kalau babad dikaitkan dengan kata sejarah, berarti sejarah itu bertugas memberikan penerangan tentang suatu keadaan.
Sejarah ialah satu kajian untuk menceritakan suatu perputaran jatuh bangunnya seorang tokoh, masyarakat dan peradaban (Herodotus, 1989:24).
Menurut Aristoteles (1989:26), sejarah merupakan satu sistem yang meneliti suatu kejadian sejak awal dan tersusun dalam bentuk kronologi. Pada masa yang sama, menurut beliau juga sejarah adalah peristiwa-peristiwa masa lalu yang mempunyai catatan dan bukti-bukti yang konkrit.
Menurut E.H. Carr (1989: 22), sejarah adalah dialog yang tak pernah selesai antara masa sekarang dan lampau, suatu proses interaksi yang berkesinambungan antara sejarawan dan fakta-fakta yang dimilikinya.

Menurut Kuntowijoyo (1999:7), sejarah menyuguhkan fakta secara diakronis, ideografis, unik, dan empiris. Bersifat diakronis karena berhubungan dengan waktu. Sejarah bersifat ideografis karena sejarah menggambarkan, menceritakan sesuatu. Bersifat unik karena berisi hasil penelitian tentang hal unik. Selain itu juga bersifat empiris artinya sejarah bersandar pada pengalaman manusia yang sungguh-sungguh.

Pengertian sejarah menurut Muthahhari (1999:12), ada tiga cara mendefinisikan sejarah dan ada tiga disiplin kesejarahan yang saling berkaitan, yaitu:

a.       sejarah tradisional (tarikh naqli) adalah pengetahuan tentang
kejadian-kejadian, peristiwa-peristiwa dan keadaan-keadaan kemanusiaan di masa lampau dalam kaitannya dengan keadaan-keadaan masa kini.

b.      sejarah ilmiah (tarikh ilmy), yaitu pengetahuan tentang hukum-hukum yang tampak menguasai kehidupan masa lampau yang diperoleh melaluipendekatan dan analisis atas peristiwa-peristiwa masa lampau.

c.       filsafat sejarah (tarikh falsafi), yaitu pengetahuan tentang perubahan-perubahan bertahap yang membawa masyarakat dari satu tahap ke tahap lain, ia membahas hukum-hukum yang menguasai perubahan-perubahan ini. Dengan kata lain, ia adalah ilmu tentang menjadi masyarakat, bukan tentang mewujudnya saja.

Menurut Moh. Hatta, Sejarah dalam wujudnya memberikan pengertian tentang masa lampau. Sejarah bukan sekadar melahirkan ceritera dari kejadian masa lalu sebagai masalah. Sejarah tidak sekadar kejadian masa lampau, tetapi pemahaman masa lampau yang di dalamnya mengandung berbagai dinamika, mungkin berisi problematika pelajaran bagi manusia berikutnya.

Menurut Drs. Sidi Gazalba, sejarah sebagai masa lalu manusia dan seputarnya yang disusun secara ilmiah dan lengkap meliputi urutan fakta masa tersebut dengan tafsiran dan penjelasan yang memberi pengertian dan kefahaman tentang apa yang berlaku.

Menurut Ismaun (1999:18), Sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan tentang kisah mengenai peristiwa-peristiwa yang benar-benar telah terjadi atau berlangsung dalam segala aspeknya pada masa yang lampau. Sejarah merupakan catatan atau rekaman pilihan yang disusun secara teliti tentang segala aspek kehidupan umat manusia pada masa lampau.

2.2 Potensi yang Dimiliki Museum yang Dapat Dikembangkan Menjadi Objek Pembelajaran

Museum memiliki potensi luar biasa untuk pengembangan dan dorongan terhadap pencapaian pendidikan multikultur. Peran museum menghadirkan berbagai dimensi budaya manusia dari setiap ruang dan waktu. Bagi sekolah, museum merupakan tempat dimana orang mengumpulkan, memajang dan saling tukar berbagai fragmen. Banyak perhatian yang bukan pada topik manusia, seperti ekologi padang pasir, dan ada pula yang memusatkan perhatian pada orang dari sisi perbedaan budaya atau sisi kehidupan. Museum memiliki banyak benda riil, replika, tempat, serta peristiwa adalah penting  sebagai tempat proses belajar dan mengajar.

Fungsi museum sebagai tempat pendidikan, penelitian, pelestarian, dan rekreatif menunjukkan bahwa museum memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan. Potensi tersebut seharusnya dioptimalkan semaksimal mungkin. Tujuannya agar publik tertarik untuk mengunjungi museum dan dapat meningkatkan pendapatan bagi daerah. Motivasi pengunjung untuk tujuan pencarian informasi sebagai pembelajaran dan kesenangan merupakan alasan kuat mengapa potensi museum perlu dioptimalkan. Motivasi kuat untuk mengunjungi museum adalah untuk tujuan hiburan dan kesenangan (Kelly, 2007 : 30).

Museum tidak terlepas dari peran koleksi sebagai inti dari sebuah museum. Informasi yang dibutuhkan oleh publik disampaikan melalui informasi yang ada pada koleksi. Koleksi adalah benda pembuktian sejarah alam, budaya manusia dan lingkungannya. Oleh karenanya perlu ditegaskan bahwa koleksi museum memiliki tiga ciri umum, yaitu koleksi tersebut berwujud benda, artefak, atau barang-barang yang memiliki nilai budaya (culture value), koleksi tersebut berasal dari ‘masa lampau’, koleksi tersebut harus disusun sedemikian rupa sesuai dengan keinginan kurator (Haryono, 2001:81-82).    Koleksi museum tersebut dapat diklasifikasikan yang mencakup geologika/geografika, biologika, etnografika, arkeologika, historika, numismatika dan Heraldika, filologika, keramologika, koleksi seni rupa, dan teknologika.
Museum pada dasarnya adalah wadah pelestarian nilia-nilai luhur warisan budaya. Museum berfungsi sebagai media pendidikan kebudayaan bangsa dan sebagai tempat wisata budaya yang dapat menimbulkan pemahaman dan rasa ikut memiliki unsur-unsur dan aspek budaya bangsa. Museum memberikan informasi berupa aspek kesejarahan, kebudayaan suatu bangsa. Informasi yang terdapat pada museum adalah informasi ilmiah karena informasi melalui koleksi yang dipamerkan adalah hasil penelitian yang dilakukan para peneliti. Dengan demikian museum juga merupakan pusat studi warisan budaya dan pusat informasi edukatif.

Dengan demikian, secara langsung atau tidak langsung hal ini menyebabkan semakin penting dan strategisnya peran museum. Bagaimanapun museum merupakan bagian yang berpotensi menjembatani budaya tinggalan sejarah dan budaya kehidupan masyarakat dalam setiap dimensi ruang dan waktu. Keseluruhannya merupakan bagian yang sangat penting dalam menentukan kapasitas penguasaan dari apresiasi wisatawan sebagai aktor sosial atas “modal” budaya mereka.

2.3 Manfaat Museum Terhadap Pembelajaran Sejarah
Remaja jaman sekarang tidak mengenal sejarah kotanya sendiri yang padahal merupakan tempat kelahiran mereka. Museum merupakan sarana untuk mengembangkan budaya dan peradaban manusia. Dengan kata lain, museum tidak hanya bergerak di sector budaya, melainkan dapat bergerak di sektor pendidikan, ekonomi, politik, sosial, dan sebagainya.

Manfaat museum bagi anak remaja tak hanya sebagai representasi sejarah, sarana rekreasi dan media pendidikan saja. Selain sifatnya yang dirasa langsung ketika berkunjung ke museum, manfaat lainnya yakni berupa kesadaran akan pentingnya sejarah dan peradaban suatu bangsa sebagai media representasi bagi generasi di masa yang akan datang.
Sebagai contoh manfaat museum bagi pembelajaran sejarah, Indonesia mempumyai beberap museum yang bersejarah, dalam museum tersebut terdapat koleksi dari  zaman ke zaman .Melalui kelengkapan koleksi dalam berbagai museum tesebut kita dapat  mengetahui sejarah bangsa kita. Museum atau gedung yg digunakan sbg tempat untuk pameran tetap benda-benda yg patut mendapat perhatian umum, seperti peninggalan sejarah, seni, dan ilmu; tempat menyimpan barang kuno dari seluruh pelosok negeri kita ini.
Menurut Drs. Moh. Amir Sutaarga dalam bukunya yang berjudul: “Pedoman Penyelenggaraan dan Pengelolaan Museum”, arti museum itu tetap mengingatkan kita kepada kuil di jaman Yunani klasik tempat persembahyangan dan pemujaan ke 9 dewi Muze, lambang-lambang pelbagai cabang ilmu dan kesenian. Ke 9 dewi Muze itu sebagai anak Zeus, dewa utama dalam pantheon Yunani kiasik dijadikan lambang pelengkap pemujaan manusia terhadap agama dan ritual yang ditujukan kepada Zeus. Jadi sekalipun fungsi-fungsi museum berobah dan zaman ke zaman sesuai dengan kondisi dan situasi zamannya, tetapi hakekat pengertian museum tetap tidak berubah. Landasan ilmiah dan kesenian tetap menjiwai arti museum sampai sekarang.
Kita juga harus mengetahui fungsi museum, menurut ICOM (International Council of Museeum), tugas dan fungsi museum antara lain :

(1)   Pengumpulan dan pengamanan warisan alam dan budaya.
(2)   Dokumentasi dan penelitian ilmiah.
(3)   Pengenalan dan penghayatan kesenian.
(4)   Pengenalan kebudayaan antara daerah dan antarbangsa.
(5)   Visualisasi warisan alam dan budaya.
(6)   Cermin pertumbuhan peradaban umat manusia.
(7)   Pembangkit rasa bertakwa dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Tugas dan fungsi museum di atas dapat mewujudkan visi dan misi museum sebagai pusat informasi budaya suatu daerah di masyarakat, antara lain :
a      Untuk menempatkan pemasaran potensi pariwisata, kebudayaan yang ada sebagai kalender tetap yang selalu dikunjungi wisatawan baik nasional maupun internasional;
b      Untuk menggalang dan meningkatkan kerja sama antar museum dan masyarakat;
c      Untuk menggalang dan meningkatkan kerja sama antar museum dengan museum daerah yang lain;
d     Mendorong terciptanya peran masyarakat dalam kegiatan untuk menunjang museum;
e      Meningkatkan kualitas pelayanan dalam upaya pengenalan koleksi-koleksi museum kepada pengunjung;
f       Menggali potensi museum serta mengembangkan sebagai produk dalam upaya mencapai hasil yang maksimal.

2.4 Peran Penting Museum Sebagai Media Pembelajaran Sejarah
Salah satu yang dapat menjadi media untuk mengenal dan mempelajari sejarah adalah Museum. Museum adalah cermin sejarah, alam, dan kebudayaan manusia. Dengan melihat koleksinya, orang akan mengenali sejarah kebudayaan manusia. Museum merujuk kepada bangunan tempat menyimpan khazanah sejarah purba atau yang lalu. Museum penting sebagai tempat kita memperdalam pengetahuan tentang sejarah masa lampau. Keberadaan museum di Indonesia sangatlah berpengaruh pada kebudayaan dan nilai-nilai sejarah nenek moyang yang akan dialihwariskan oleh generasi penerus. Sebagai salah satu aset budaya yang harus diberdayakan seoptimal mungkin, tentunya fungsi dan manfaatnya harus direalisasikan kepada masyarakat seperti penunjang pendidikan serta mengajak masyarakat agar bisa mengenal lebih jauh benda-benda budaya, yang merupakan warisan leluhur bangsa. Pada akhirnya diharapkan akan timbul rasa peduli, memiliki, mencintai, dan melindungi benda-benda bersejarah yang ada di Indonesia.
Museum dapat digunakan sebagai media pembelajaran. Penggunaan museum sebagai media pembelajaran disebabkan karena kompleksitas media yang tersedia sebagai penjelasan suatu peristiwa. Hal ini memberikan berbagai kemudahan dalam memahami benda yang dipamerkan. Kemudahan yang diperoleh adalah karena di dalam museum telah disediakan berbagai media yang banyak memberikan informasi. Media tersebut dapat berupa model, realita, tabel, poster, atau sistem multimedia elektronik seperti media audiovisual.

Manfaat museum sebagai media pembelajaran sejarah tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Dalam prakteknya, hal ini membutuhkan adanya perencanaan yang matang dan strategi tentang bagaimana memanfaatkan museum agar terwujud efektivitas pembelajaran.
Berkaitan dengan pemanfaatan museum sebagai media pembelajaran, ada beberapa hal yang patut untuk diperhatikan, yaitu pemanfaatan museum dilakukan sesekali waktu saja. Hal ini disebabkan museum hanya bersifat sebagai penunjang dan media dalam proses pembelajaran. Hal ini juga disebabkan pemanfaatan media memiliki kelemahan dalam hal persiapan, ketersediaan, keterjangkauan dan juga pemanfaatan.
Peran museum sebagai media pembelajaran sejarah.  Di sini pengunjung melakukan aktivitas penikmatan terhadap koleksi melalui pameran sambil memperoleh ilmu pengetahuan tentang koleksi. Linda Kelly (2007 : 30) mengatakan bahwa hiburan dan pendidikan muncul sebagai hubungan simbiotik yang unik di dalam museum supaya menarik dan mendidik pengunjung yang mampu memenuhi kebutuhan bersenang-senang dan menghibur. Dalam hal ini, museum dapat dijadikan sebagai daya tarik bagi para remaja yang ingin memperoleh pengetahuan melalui koleksi dan tata pamernya dengan nuansa yang rekreatif.
2.5 Apresiasi Remaja Terhadap Museum
Apresiasi menurut pengertian umum adalah penghargaan/penilaian kepada segala sesuatu yang dapat berupa karya tertentu. Biasanya apresiasi berupa hal yang positif tetapi juga bisa yang negatif. Harapan yang kita nantikan wujudnya adalah apresiasi dengan setulus hati dalam arti yang positif. Apresiasi dalam bahasa inggris appreciation ini ibarat pembangunan image dapat dilakukan ketika indra manusia bekerja, di antaranya mengamati, membandingkan, dan mempertimbangkan dengan daya nalar.

Banyak anak remaja yang beranggapan bahwa mengunjungi museum adalah sesuatu yang menyeramkan, membosankan, tidak menarik dan anggapan lainnya, itu semua karena anak remaja tidak dibiasakan mengunjungi museum dan minimnya rasa bangga akan sejarah dan budaya bangsanya yang dikarenakan kuatnya pengaruh negatif dari perkembangan teknologi yang merubah gaya hidup anak remaja.
Perhatian kita terhadap museum yang merupakan tempat edukasi kultural ini tentunya bukan justru ‘mematikan’ semangat kita untuk terus maju mengembangkan museum dengan kata lain apresiasi terhadap museum harus terus digalakkan. Proporsi yang dapat dilakukan ibarat melakukan promosi, kita harus outreach jika itu memang kondisi yang dibutuhkan masyarakat sekarang. Hal ini karena perlu keaktifan terhadap kinerja kita memahamkan museum sebagai wujud cinta kita pada aspek budaya bangsa. Langkah ini mengingat fakta bahkan data mengungkapkan bahwa rendahnya apresiasi generasi muda khususnya terhadap museum dewasa ini karena mereka belum mampu merasakan manfaat kehadiran museum, baik sebagai lembaga yang melaksanakan tugas pelestarian warisan alam dan budaya, sebagai tempat pendidikan, ataupun sebagai tempat rekreasi yang menyenangkan sehingga yang terjadi adalah mereka datang atau berkunjung ke museum karena instruksi dari sekolah ataupun instansi yang terkait, bukan suatu kesadaran. Ada beberapa kasus terbukti dari maraknya pencurian dan pemalsuan BCB di museum mengindikasikan bahwa museum kurang mendapatkan apresiasi dari masyarakat. Namun, walaupun demikian kita tetap harus memberikan apresiasi terhadap kehadiran mereka ke museum sebagai langkah awal untuk mereka mengapresiasi museum.

Melalui pandangan museum sebagai objek wisata yang menarik dan menyenangkan, akan meningkatkan apresiasi dan rasa ingin berwisata ke museum di kalangan anak muda yang datang untuk menyaksikan benda-benda koleksi museum, yang sama halnya dengan berwisata ke taman safari atau kebun binatang untuk melihat koleksi hewan.
Menggugah apresiasi para remaja terhadap museum apalagi meningkatkannya bukanlah usaha yang mudah. Namun, minimal semuanya itu dimulai dari diri sendiri. Keyakinan pada museum yang ditancapkan pada sanubari diri merupakan ‘ruh’ yang dapat memotivasi bagi orang lain untuk melakukan hal yang sama. Kepedulian dan keaktifan pribadi pada karya budaya seperti halnya museum merupakan yang harus dilakukan sekarang juga.
Seperti halnya metode snow ball, menjadikan kita sebagai key person memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada orang lain untuk mau memahami peranan museum dengan variasi cara ‘share’ juga merupakan wujud apresiasi itu sendiri. Seperti halnya metode MLM (Multi Level Marketing) ataupun mouth to mouth, pengetahuan tentang museum dari mulut ke mulut juga merupakan cara yang cukup signifikan untuk menggugah orang lain untuk berbuat sama.
Setelah pengetahuan dan pemahaman telah berada dalam diri seseorang, kita perlu meyakinkan bagaimana orang tersebut mau berbuat sama tentunya dengan tingkat kesadaran yang berbeda. Beberapa bentuk ‘do’ berkait dengan hal ini, misalnya mau berkunjung ke museum, mau mengikuti event-event museum, dan menyebarkan brosur dan tulisan tentang museum.
2.6 Upaya Untuk Meningkatkan  Minat Remaja Mengunjungi Museum
Museum tanpa pengunjung adalah gudang barang rongsokan. Keberadaan museum baru akan membawa makna, apabila museum dikunjungi oleh anggota masyarakat yang dapat memanfaatkan fasilitas yang ada di dalam museum itu. Sementara itu, orang tentu tidak akan banyak datang ke museum, kalau museum tidak peduli pada masyarakat yang menjadi calon pengunjungnya. Karena itu, museum semestinya dikelola dengan benar-benar mempedulikan masyarakat yang menjadi target kunjung museum (Tanudirjo, 2009).
Museum selayaknya menjadi wahana pendidikan diluar rutinitas belajar mengajar. Menurut Philippe, salah satu persoalan yang dihadapi pengelolaan museum adalah rendahnya minat kunjungan warga. Parahnya, sebagian pengunjung merupakan paksawan, termasuk dalam kelompok ini adalah murid-murid sekolah yang mengikuti program study tour.
Oleh sebab itu, Philippe menekankan perlunya strategi mediasi yang disesuaikan dengan karakteristik pengunjung, salah satu metodenya adalah pengelompokkan berdasar umur. Misalnya, untuk pengunjung berumur 45 tahun atau lebih lebih cocok diberikan bentuk mediasi tulisan. Kelompok umur 25-40 tahun, mengandalkan mediasi tulisan dan audio visual. Sedangkan, untuk pengunjung berumur kurang dari 25 tahun, disebut juga generasi „mesin pencari‟, sangat tidak cocok dengan media tulisan.
Dalam usaha merangkul anak remaja untuk berkunjung serta berwisata ke museum dan merubah pandangan anak remaja mengenai berkunjung ke museum merupakan sesuatu yang tidak nyaman, tidak menyenangkan, seram, serta membosankan, yaitu salah satunya dengan merubah image museum melalui komunikasi yang dilakukan untuk menjadi lebih ramah, nyaman dan menyenangkan untuk dikunjungi oleh anak remaja dan menyajikan program-program edutainment yang dimana anak remaja dapat belajar sambil sambil belajar mengenai perihal yang terdapat di museum. Selain anak-anak remaja menjadi senang untuk berkunjung ke museum, mereka juga mendapat tambahan ilmu pengetahuan mengenai sejarah serta diharapkannya tumbuhnya rasa patriotisme dalam diri mereka yang dimana anak remaja sebagai generasi pewaris nilai sejarah untuk di wariskan kepada generasi yang akan datang.

Menarik minat masyarakat untuk berkunjung ke museum bukan pekerjaan kecil, karena harus direncanakan dan dilaksanakan secara terpadu dan menyeluruh.  Artinya, upaya menarik pengunjung tidak dapat dilakukan hanya oleh salah satu bagian dari museum saja (misalnya, kehumasan, pemasaran, pameran, atau pemandu), tetapi harus melibatkan semua bagian museum secara bersama-sama dan saling terkait.  Itikad untuk menarik minat pengunjung harus disadari benar oleh seluruh bagian pengelola museum, dari karyawan pembersih, petugas keamanan, kurator, hingga pemimpin tertinggi.  Hal ini akan dapat semakin dipahami jika kita mengetahui kompleksitas masalah yang ada terkait dengan minat pengunjung. Uraian di bawah ini mencoba memberikan sejumlah kiat atau cara menarik pengunjung mulai dari penciptaan pra-kondisi hingga beberapa petunjuk praktis.  Tentu uraian ini, tidak dapat disampaikan secara rinci benar, tetapi setidaknya dapat memberikan gambaran umum yang dapat memancing pemikiran untuk mengembangkan upaya-upaya menarik minat pengunjung di setiap museum.  
2.6.1 Prakondisi
Sebagaimana pernah dikemukakan, keberhasilan suatu museum akan ditentukan oleh hubungan baik antara pengelola museum – pengunjung – koleksi.  Terciptanya hubungan yang baik antara ketiga unsur tersebut harus dijadikan prakondisi untuk menarik minat pengunjung ke museum.  Dalam konteks ini, setidaknya ada tiga hal yang harus dilakukan oleh pengelola museum sebagai pihak yang paling bertanggungjawab terhadap keberhasilan museum, yaitu kenali diri sendiri, kenali sumberdaya yang dimiliki, dan kenali khalayak.
Mengenali diri sendiri berarti harus mengetahui ideologi museum dan perangkat pelaksanaannya.  Ideologi museum adalah visi dan misi dari museum itu sendiri yang harus ditetapkan dan dipahami bersama seluruh pengelola untuk selanjutnya dapat dituangkan dalam kebijakan, strategi, dan program museum. Visi dan misi suatu museum tentu harus bersifat khas bahkan unik, sehingga museum-nya pun akan menjadi khas dan tidak ditemui duanya.  Dengan demikian, calon pengunjung tidak mempunyai alternatif lain kecuali berkunjung ke museum ini. Termasuk upaya mengenali diri sendiri adalah mengetahui kedudukan museum di tengah masyarakat, para stakeholders, dan di antara berbagai lembaga kemasyarakatan lain, termasuk lembaga pesaingnya seperti mall, taman hiburan, dan tempat lainnya yang banyak dikunjungi orang.  Pengelola harus mampu memetakan posisi dan keterkaitan dengan lembaga-lembaga tersebut, sehingga mengetahui kelebihan dan kekurangan yang ada.
Mengenali sumberdaya yang dimiliki berarti mengetahui dengan rinci sumberdaya apa saja yang dimiliki dan bagaimana kondisinya, di antaranya prasarana dan sarana yang ada, koleksi museum, sumberdaya manusia, dan sumberdaya keuangan. Dengan pengetahuan ini, pengelola akan dapat menentukan strategi dan program untuk menarik minat pengunjung yang tepat sesuai dengan kemampuan.  Salah satu komponen sumberdaya yang penting dalam kaitan ini adalah gedung museum.  Gedung museum menjadi salah satu aspek penting untuk menarik minat pengunjung, karena gedung museum akan memberikan kesan daya tarik pertama bagi pengunjung.  Jika gedung museum terkesan suram, kumuh, dan “biasa-biasa” saja tentu tidak akan menarik minat berkunjung. Biasanya, gedung museum dirancang dengan gaya yang khas, menarik, dan mencerminkan filosofi tertentu.  Gedung museum lalu menjadi ” ikon” dan juga “tetenger” (landmark) di lingkungannya.  Museum yang menempati gedung lama atau cagar budaya pun harus dapat ditampilkan dengan cara khas, anggun dan menarik, apabila ingin banyak dikunjungi.  Koleksi museum adalah modal utama.  Karena itu, pengelola harus benar-benar mengetahui benar koleksi museumnya, sehingga dapat menentukan koleksi apa yang dapat menjadi daya tarik utama museum tersebut. Museum harus memiliki koleksi andalan (masterpiece) untuk mendatangkan pengunjung.  Selain itu, sumberdaya manusia menjadi unsur yang tidak kalah penting. Pengelola harus tahu kelebihan dan kekurangan sumberdaya manusia, baik dalam kuantitas, kompetensi, maupun kinerjanya dari tataran yang paling bawah hingga atas, termasuk juga apabila memililki sukarelawan atau mitra museum (Tanudirjo, 2010). Pemetaan sumberdaya manusia juga akan mengetahui perlu tidaknya staff khusus kehumasan dan pemasaran. Meskipun ada staf khusus kehumasan dan pemasaran, pada hakekatnya semua staf museum harus juga memahami secukupnya konsep kehumasan dan pemasaran itu (Dean, 1996)
Mengenali khalayak berarti mencoba mendapat pengetahuan yang cukup mendalam tentang pengunjung maupun masyarakat calon pengunjung yang menjadi sasaran (target) bagi museum.  Museum harus tahu pangsa pasar-nya, khalayak seperti apa yang ingin ditarik minat-nya untuk mengunjungi museum. Apakah museum terutama ditujukan untuk anak-anak, para remaja, orang dewasa, atau umum (campuran).  Di sisi lain, museum juga harus tahu apa yang dikehendaki atau harapan masyarakat terhadap museum (Dean, 1996).  Karena itu, berbagai penelitian pengunjung dan masyarakat bukan pengunjung perlu dilakukan (Tanudirjo, 2009).
Setelah pengelola mengetahui prakondisi museumnya, maka dapat disusun strategi dan langkah-langkah yang tepat untuk menarik minat pengunjung. Secara umum, strategi itu dapat meliputi berbagai kiat yang terkait dengan cara-cara membentuk citra museum di tengah masyarakat, memperkuat sajian dalam museum, meningkatkan pelayanan masyarakat, dan strategi khusus pemasaran museum.  Memang sebagian besar tugas menarik minat pengunjung sebenarnya terutama menjadi tanggung jawab bidang kehumasan (public relation) bersama dengan bidang pemasaran.  Namun, sayang justru bidang-bidang ini umumnya tidak dimiliki oleh museum-museum di Indonesia.  Karena itu, sudah saatnya museum-museum Indonesia memikirkan tentang masalah ini (Tanudirjo, 2003).
2.6.2 Membentuk Citra di Masyarakat
Minat berkunjung tidak lepas dari citra dan pengetahuan orang tentang apa yang akan dikunjunginya. Karena itu, membentuk citra museum yang menarik dan layak dikunjungi perlu dilakukan oleh museum.  Ada banyak cara yang dapat dilakukan oleh pengelola museum. Bekerjasama dengan media setempat atau regional merupakan salah satu langkah yang cukup strategis untuk membentuk citra museum dan menyiarkan program-programnya. Cara ini sebenarnya cukup sederhana dan relatif murah, tetapi tidak banyak museum di Indonesia yang memanfaatkannya.

2.7 Cara Mengemas Museum Semenarik Mungkin Supaya Tidak Membosankan
Perlu adanya revitalisasi dari dalam museum itu sendiri agar dapat lebih menjual dan membuat masyarakat khususnya anak remaja menjadi tertarik untuk berkunjung ke museum. Dan menjadikan museum sebagai tempat yang menarik serta menyenangkan untuk dikunjungi sekaligus sebagai sarana edukasi dan tempat representasi sejarah yang mampu bersaing dengan tempat-tempat kegemaran anak remaja lainnya.
Perubahan paradigma dan perkembangan peran edukasi membuat museum menyadari pentingnya untuk memberi perhatian terhadap apa yang menjadi kebutuhan pengunjung museum saat ini, dan masyarakat yang berpotensi menjadi pengunjung museum mereka. Oleh karena itu museum kemudian memasukkan metode dan strategi pemasaran ke dalam pengelolaan museumnya.
Strategi pemasaran museum saat ini dianggap dapat menjadi salah satu jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi oleh museum berkaitan dengan upaya membuka akses kepada masyarakat luas untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman di museum, sekaligus memenuhi kebutuhan pengunjung.
Adapun yang perlu dilakukan untuk mengemas museum semenarik mungkin adalah sebagai berikut:
(1)   Revitalisasi Museum merupakan suatu usaha dari pihak pemerintah untuk memberikan kesan kepada masyarakat terutama para remaja masa kini. Yang selama ini memandang museum itu sebagai suatu tempat menyeramkan, angker, gelap dan sebaginya. Justru dengan adanya revitalisasi museum ini diharapkan bisa merubah pandangan yang sebelumnya. Karena tidak hanya kalangan tua, peminat museum juga datang dari kalangan  muda.  Maka dari itu perlu promosi yang lebih gencar dan penataan obyek yang dipamerkan juga dibuat semenarik mungkin.
(2)   Billboard atau papan besar yang dipasang di tempat strategis merupakan potensi yang lain untuk meningkatkan daya tarik museum.  Bahkan, di beberapa kota besar dunia, museum juga bekerjasama dengan pelayanan angkutan umum (bus kota dan taxi) dengan memasang poster pameran museum pada badan bus atau taxi.  Dengan sering melihat poster museum pada angkutan kota, masyarakat seakan selalu diingatkan keberadaan museum, sehingga menjadi bagian dari kehidupan mereka sehari-hari.
(3)   Pameran di luar museum, baik itu berupa pameran keliling di tempat strategis dan sekolah, maupun pameran di mall dan tempat keramaian lain.  Pada tataran yang lebih luas, pameran dapat juga dilakukan di museum lain melalui program kerjasama antar museum, sehingga mereka yang mengunjungi museum satu dapat mengetahui keberadaan museum lainnya.  Apabila kerjasama dilakukan dengan museum luar negeri, maka akan berpotensi menarik minat pengunjung dari luar negeri.  Kerjasama seperti ini sudah sering dilakukan di Indonesia, tetapi biasanya kurang menonjolkan museum tempat asal koleksi yang dipamerkan. Padahal, sesungguhnya cara itu dapat meningkatkan apresiasi dan minat untuk berkunjung ke museum asalnya.
(4)   Public events atau acara-acara yang menarik masyarakat luas di museum.  Misalnya, pameran dan lomba dengan thema tertentu (menggambar, layang-layang, Harley Davidson, mainan tradisional, iptek mutakhir, dll).  Acara seperti ini akan berhasil jika pilihan themanya diminati oleh masyarakat luas, tetapi tentu tidak menyimpang dari visi dan misi museum.  Untuk itu, museum perlu melakukan penelitian. Bahkan, museum dapat memanfaatkan popularitas di bidang lain, misalnya dengan adanya film Jurasic Park, Night in Museum, Indiana Jones, Ice Age, National Treasure, Sponge Bob, dan  Upin-Ipin untuk mengangkat tema yang terkait dalam acara yang diminati masyarakat antara lain lomba membuat model hewan purba, lomba bercerita khayal tentang museum, menggambar kartun, dan aktivitas sejenis lainnya.
(5)   Website pada akhir-akhir ini menjadi salah satu media yang banyak dipakai untuk meningkatkan citra museum.  Di dalam website dapat ditampilan beberapa contoh koleksi yang menarik atau menjadi masterpiece museum.   Tentu saja tampilan website harus juga menarik, termasuk menyediakan virtual tour ke museum yang ditampilkan Kini lembaga Asia-Eropa Foundation (ASEF) telah menyediakan ruang dalam Website (portal) Culture 306 untuk menampilkan museum-museum yang ada di Asia dan Eropa. Pengelola museum di Indonesia dapat memanfaatkan ini portal ini agar menarik minat kunjungan ke museumnya.


BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
           
Dalam pembelajaran sejarah, media pembelajaran merupakan hal penting yang harus digunakan. Hal ini disebabkan sejarah merupakan peristiwa atau kegiatan yang dilakukan oleh manusia pada masa lampau, sehingga untuk mempermudah pemahaman remaja masa kini tentang peristiwa sejarah, penggunaan media mutlak  digunakan. Penggunaan museum merupakan salah satu cara yang efektif dalam  mewujudkan pemahaman remaja tentang sejarah.
Untuk mengatasi kondisi memprihatinkan remaja masa kini dalam mengunjungi Museum, diperlukan perubahan signifikan dengan menjalankan pembaharuan dalam menampilkan unsur historis di dalam Museum, yaitu dengan cara visualisasi Museum dengan media yang lebih menarik dan melibatkan partisipasi masyarakat terutama remaja secara  langsung.
Pengunjung terutama para remaja diharapkan mengerti arti sejarah dan semangat juang serta mewarisi nilai-nilai luhur para Pejuang Negara terdahulu bukan hanya melihat dan mengagumi antiknya barang-barang yang berada di museum tersebut.


3.2 SARAN
v  Bagi Pemerintah dan Pengelola Museum:
Lebih ditingkatkan lagi dalam mempromosikan Museum, Sumber Daya Manusia yang memiliki pengetahuan dari segi Information Technology sehingga dapat menemukan ide-ide baru dalam mempromosikan Museum untuk menarik minat para remaja masa kini, perlu mencari investor atau sponsor untuk mendapatkan dana guna menambah fasilitas, perlu menambah jumlah koleksi yang ada di Museum, pemeliharaan museum lebih ditingkatkan agar kebersihan dan kenyamanan pengunjung terjaga, serta menyediakan berbagai fasilitas penunjang informasi kegiatan pengunjung melalui media komunikasi seperti, leaflet, brosur, buku panduan, slide dan lain-lain sehingga pengunjung dengan mudah mempelajari objek yang dipamerkan museum.

v  Bagi Remaja Masa Kini:
Para remaja harus menyadari betapa pentingnya memahami sejarah untuk menghargai perjuangan para pahlawan masa lampau. Berusaha menumbuhkan kembali minat untuk belajar mengenal peninggalan–peninggalan sejarah ilmu pengetahuan dan budaya, salah satunya dengan mengunjungi Museum.




DAFTAR PUSTAKA
  1. Kusumo, Pratameng, Menimba Ilmu Dari Museum (Jakarta: PT.Kincir Buana, 1989) halaman 21-26
  2. Rustam, Pengantar Ilmu Sejara (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999) halaman 5-18
  3. http://www.academia.edu/7972129/Minat_Masyarakat_Berkunjung_ke_Museum  
    Rabu, 18 Nopember 2015 pukul 20.56 WIB
  4. http://gandrungrontak.blogspot.in/2013/09/sejarah-dan-arti-penting-museum.html
    Rabu, 18 Nopember 2015 pukul 21.42 WIB
  5. http://www.museumnasional.or.id/learn/10.html
    Kamis, 19 Nopember 2015 pukul 18.25 WIB
  6. http://iaaipusat.wordpress.com/2012/12/05/Pameran_Tematik_Untuk_Meningkatkan_Daya_Tarik_Pengunjung
    Kamis, 19 Nopember 2015 pukul 20.13 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

iklan