BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Semakin hari
perkembangan teknologi semakin pesat. Namun, perkembangan teknologi tersebut
membuat banyak orang yang melupakan sejarah perkembangan teknologi itu. Hal
tersebut dapat dilihat dari semakin menurunnya minat atau ketertarikan mengenal
dan mempelajari sejarah masa lalu dan perkembangannya hingga dapat menjadi
sekarang ini. Padahal keberhasilan suatu Negara adalah jika warga negara dapat
menghargai sejarah Negara tersebut.
Sejarah selalu
menyertai perjalanan suatu bangsa, meski pada kenyataannya hanya sebagian kecil
saja dari orang-orang yang menjadi bagian dari bangsa tersebut yang memahami
perjalanan sejarah dari bangsanya. Kenyataan inilah yang menjadi persoalan
dihampir semua Negara termasuk Indonesia, yakni banyaknya masyarakat terutama
remaja masa kini yang kurang memahami sejarah bangsa. Akibatnya, rasa
nasionalisme sedikit demi sedikit terkikis, sehingga muncul ketidakpedulian
terhadap nasib bangsanya sendiri dan cenderung memikirkan nasib dirinya
sendiri.
Minat masyarakat khususnya generasi muda
masih kurang untuk mengunjungi Museum sebagai sumber pembelajaran, terutama
berkaitan dengan sejarah perkembangan manusia, budaya dan lingkungannya,
mengingat Museum sebagai ruang transfomasi nilai warisan budaya bangsa dari
generasi terdahulu kepada generasi sekarang. Generasi masa kini harus mampu
memahami dan belajar dari pengalaman sejarah. Dengan memahami pentingnya
belajar dari pengalaman sejarah, diharapkan pijakan untuk membangun masa kini
dan masa depan menjadi terarah. Berdasarkan pemahaman tersebut, pendidikan
sejarah sangat penting diberikan kepada generasi muda dalam rangka membangun
pemahaman yang berspektif waktu dan memori bersama. Melalui pendidikan sejarah
diharapkan remaja dapat mempertajam wawasan kebangsaan baik ke luar maupun ke
dalam kesatuan sosial mereka. Hal ini penting dalam rangka memperkuat dorongan
kebersamaan untuk mencapai cita – cita bangsa setelah belajar dari pengalaman
masa lalu (Ayatrohaedi, 1985) Oleh karena itu kesadaran sebagai satu bangsa
perlu di bina terhadap generasi muda agar jiwa patriotisme dan nasionalisme
mereka dapat tumbuh sebagai modal pembangunan dalam mengisi kemerdekaan.
Belajar sejarah memberikan manfaat bagi manusia. Manfaat
belajar sejarah secara garis besar ada dua yaitu manfaat intrinsik dan
ekstrinsik. Manfaat instrinsik antara lain; sejarah sebagai ilmu, sejarah
sebagai cara mengetahui masa lalu, sejarah sebagai pernyataan pendapat dan
sejarah sebagai profesi. Sedangkan manfaat ekstrinsik terkait dengan proses penanaman
nilai, proses pendidikan.
Namun sayangnya pengajaran sejarah sebagai sarana
menginternalisasikan nilai-nilai, belum dilaksanakan sebagaimana mestinya.
Kurikulum yang ditetapkan pemerintah masih sarat dengan identitas sejarah
sebagai materi
hapalan dan sarat dengan bahan ajar. Akibatnya
pengajar/guru kesulitan mengembangkan pembelajaran yang dinamis.
Akhirnya pembelajaran menjadi kurang bermakna, karena
kegiatan pembelajaran condong mengejar materi daripada mendorong makna memahami
dan menghayati makna pelajaran yang sedang di pelajari. Pengembangan
pembelajaran sejarah cenderung kognitif, model pembelajaran ekspositoris
menyebabkan siswa bosan mempelajari sejarah. Di samping itu penganaktirian mata
pelajaran sejarah di sekolah, juga memberikan kontribusi yang besar dalam
menciptakan pembelajaran sejarah menjadi seolah “tak bermakna”.
Dewasa
ini, museum-museum baik di Indonesia maupun di dunia telah mengalami suatu
perkembangan. Museum tidak lagi ingin disebut sebagai ‟gudang‟ tempat menyimpan
barang-barang antik seperti anggapan masyarakat pada umumnya, tetapi museum
berusaha untuk menjadi tempat dimana pengunjung dapat merasakan suatu suasana
dan pengalaman yang berbeda, yang hanya akan mereka dapatkan jika mereka
berkunjung ke museum. Museum juga diharapkan mampu menjadi mediator yang tidak
membedakan kebudayaan antardaerah, tetapi tercipta peradaban yang
multikultural, yaitu menjadikan perbedaan budaya menjadi suatu warna yang
meramaikan khasanah kebudayaan bangsa sebagai identitas bangsa. Itulah peran
museum. Perubahan ini membuat peran museum berkembang menjadi tempat reservasi,
penelitian dan komunikasi, yang tujuannya untuk menyampaikan misi edukasi
sekaligus rekreasi kepada masyarakat (Weil, 1990; Hooper-Greenhill, 1994:140).
Perubahan
tersebut juga membuat misi edukasi yang diemban oleh museum mengalami
pergeseran. Selama ini, peran edukasi museum adalah untuk menyampaikan misi
pendidikan mereka kepada anak-anak, namun, dengan perubahan paradigma, maka
museum juga harus dapat menyampaikan misi edukasinya itu kepada semua lapisan
masyarakat khususnya para remaja masa kini yang sudah terpengaruh budaya luar.
Museum tidak hanya sekadar menjadi tempat untuk mendidik masyarakat, tetapi
menjadi tempat pembelajaran, yang termasuk di dalamnya tempat di mana
pengunjung dapat memperoleh pengalaman dan pengetahuan sejarah (Ambrose dan
Paine, 2006:46 -48).
Dengan
pemahaman museum yang demikian itu, museum akan punya makna lebih menyentuh
persoalan sosial, ekonomi, budaya, dan politik masyarakatnya. Hanya dengan
makna yang demikian, museum akan lebih dikenal masyarakat terutama remaja masa
kini yang hampir melupakan sejarah. Museum tak lagi menjadi rumah tua yang
hanya berisi barang tua yang tak memiliki relevansi makna dengan kehidupan
masyarakat.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
arti sejarah?
2. Potensi
apa yang dimiliki museum yang dapat dikembangkan menjadi objek pembelajaran?
3. Apa
manfaat museum terhadap pembelajaran sejarah?
4. Mengapa
museum berperan penting sebagai media pembelajaran?
5. Bagaimana
apresiasi remaja terhadap museum?
6. Bagaimana
upaya untuk meningkatkan minat remaja mengunjungi museum?
7. Bagaimana
cara mengemas museum semenarik mungkin supaya tidak membosankan?
C.
Tujuan
Penelitian
1. Untuk
mengetahui arti sejarah.
2. Untuk
mengetahui potensi museum yang dapat dikembangkan menjadi objek pembelajaran.
3. Untuk
mengetahui manfaat museum terhadap pembelajaran sejarah.
4. Untuk
mengetahui peran museum sebagai media pembelajaran.
5. Untuk
mengetahui seberapa besar apresiasi remaja terhadap museum.
6. Untuk
mengetahui upaya meningkatkan minat remaja mengunjungi museum.
7. Untuk
mengetahui cara mengemas museum semenarik mungkin supaya tidak membosankan.
BAB
II
FUNGSI
MUSEUM DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN SEJARAH BAGI REMAJA MASA KINI
2.1 Pengertian Sejarah
Kata
sejarah berasal dari bahasa Arab yaitu Syajarotun yang berarti pohon kayu.
Pohon dalam pengertian ini merupakan suatu simbol yaitu simbol kehidupan. Di
dalam pohon terdapat bagian-bagian seperti batang, ranting, daun, akar, dan
buah. Bagian-bagian dari pohon itu menunjukkan adanya aspek-aspek kehidupan
yang satu sama lain saling berhubungan untuk membentuk sesuatu itu menjadi
hidup. Ada dinamika yang bersifat aktif. Dinamika ini terus menerus terjadi
beriringan dengan waktu dan ruang di mana kehidupan itu ada. Lambang pohon itu
menunjukkan adanya pertumbuhan dan perkembangan.
Dalam
bahasa Indonesia juga ternyata banyak ditemukan istilah-istilah yang
mengarahkan kita kepada pemahaman tentang pengertian sejarah seperti
babad dalam bahasa Jawa, tambo dari bahasa Minangkabau, pustaka, dan
cerita. Kata babad menurut Pigeud berarti cerita sejarah. Selain itu, kata
babad dapat pula diartikan dalam bahasa Jawa yang berarti “memangkas”. Hasil
dari pembabadan ini ialah suasana terang. Kalau babad dikaitkan dengan kata
sejarah, berarti sejarah itu bertugas memberikan penerangan tentang suatu
keadaan.
Sejarah ialah
satu kajian untuk menceritakan suatu perputaran jatuh bangunnya seorang tokoh,
masyarakat dan peradaban (Herodotus, 1989:24).
Menurut
Aristoteles (1989:26), sejarah merupakan satu sistem yang meneliti suatu kejadian
sejak awal dan tersusun dalam bentuk kronologi. Pada masa yang
sama, menurut beliau juga sejarah adalah peristiwa-peristiwa masa lalu
yang mempunyai catatan dan bukti-bukti yang konkrit.
Menurut E.H.
Carr (1989: 22), sejarah adalah dialog yang tak pernah selesai antara masa
sekarang dan lampau, suatu proses interaksi yang berkesinambungan antara
sejarawan dan fakta-fakta yang dimilikinya.
Menurut Kuntowijoyo (1999:7), sejarah menyuguhkan fakta secara diakronis, ideografis, unik, dan empiris. Bersifat diakronis karena berhubungan dengan waktu. Sejarah bersifat ideografis karena sejarah menggambarkan, menceritakan sesuatu. Bersifat unik karena berisi hasil penelitian tentang hal unik. Selain itu juga bersifat empiris artinya sejarah bersandar pada pengalaman manusia yang sungguh-sungguh.
Pengertian sejarah menurut Muthahhari (1999:12), ada tiga cara mendefinisikan sejarah dan ada tiga disiplin kesejarahan yang saling berkaitan, yaitu:
a. sejarah tradisional (tarikh naqli) adalah
pengetahuan tentang
kejadian-kejadian, peristiwa-peristiwa dan keadaan-keadaan kemanusiaan di masa
lampau dalam kaitannya dengan keadaan-keadaan masa kini.
b. sejarah ilmiah (tarikh ilmy), yaitu pengetahuan tentang hukum-hukum yang tampak menguasai kehidupan masa lampau yang diperoleh melaluipendekatan dan analisis atas peristiwa-peristiwa masa lampau.
c. filsafat sejarah (tarikh falsafi), yaitu pengetahuan tentang perubahan-perubahan bertahap yang membawa masyarakat dari satu tahap ke tahap lain, ia membahas hukum-hukum yang menguasai perubahan-perubahan ini. Dengan kata lain, ia adalah ilmu tentang menjadi masyarakat, bukan tentang mewujudnya saja.
Menurut Moh. Hatta, Sejarah dalam wujudnya memberikan pengertian tentang masa lampau. Sejarah bukan sekadar melahirkan ceritera dari kejadian masa lalu sebagai masalah. Sejarah tidak sekadar kejadian masa lampau, tetapi pemahaman masa lampau yang di dalamnya mengandung berbagai dinamika, mungkin berisi problematika pelajaran bagi manusia berikutnya.
Menurut Drs. Sidi Gazalba, sejarah sebagai masa lalu manusia dan seputarnya yang disusun secara ilmiah dan lengkap meliputi urutan fakta masa tersebut dengan tafsiran dan penjelasan yang memberi pengertian dan kefahaman tentang apa yang berlaku.
Menurut Ismaun (1999:18), Sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan tentang kisah mengenai peristiwa-peristiwa yang benar-benar telah terjadi atau berlangsung dalam segala aspeknya pada masa yang lampau. Sejarah merupakan catatan atau rekaman pilihan yang disusun secara teliti tentang segala aspek kehidupan umat manusia pada masa lampau.
2.2 Potensi yang Dimiliki Museum yang Dapat Dikembangkan Menjadi Objek Pembelajaran
Museum memiliki potensi luar biasa untuk pengembangan dan dorongan terhadap pencapaian pendidikan multikultur. Peran museum menghadirkan berbagai dimensi budaya manusia dari setiap ruang dan waktu. Bagi sekolah, museum merupakan tempat dimana orang mengumpulkan, memajang dan saling tukar berbagai fragmen. Banyak perhatian yang bukan pada topik manusia, seperti ekologi padang pasir, dan ada pula yang memusatkan perhatian pada orang dari sisi perbedaan budaya atau sisi kehidupan. Museum memiliki banyak benda riil, replika, tempat, serta peristiwa adalah penting sebagai tempat proses belajar dan mengajar.
Fungsi museum sebagai tempat pendidikan, penelitian, pelestarian, dan rekreatif menunjukkan bahwa museum memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan. Potensi tersebut seharusnya dioptimalkan semaksimal mungkin. Tujuannya agar publik tertarik untuk mengunjungi museum dan dapat meningkatkan pendapatan bagi daerah. Motivasi pengunjung untuk tujuan pencarian informasi sebagai pembelajaran dan kesenangan merupakan alasan kuat mengapa potensi museum perlu dioptimalkan. Motivasi kuat untuk mengunjungi museum adalah untuk tujuan hiburan dan kesenangan (Kelly, 2007 : 30).
Museum tidak terlepas dari peran koleksi sebagai inti
dari sebuah museum. Informasi yang dibutuhkan oleh publik disampaikan melalui
informasi yang ada pada koleksi. Koleksi adalah benda pembuktian sejarah
alam, budaya manusia dan lingkungannya. Oleh karenanya perlu ditegaskan bahwa
koleksi museum memiliki tiga ciri umum, yaitu koleksi tersebut berwujud benda,
artefak, atau barang-barang yang memiliki nilai budaya (culture value),
koleksi tersebut berasal dari ‘masa lampau’, koleksi tersebut harus disusun
sedemikian rupa sesuai dengan keinginan kurator (Haryono,
2001:81-82). Koleksi museum tersebut dapat
diklasifikasikan yang mencakup geologika/geografika, biologika,
etnografika, arkeologika, historika, numismatika dan Heraldika, filologika,
keramologika, koleksi seni rupa, dan teknologika.
Museum pada
dasarnya adalah wadah pelestarian nilia-nilai luhur warisan budaya. Museum
berfungsi sebagai media pendidikan kebudayaan bangsa dan sebagai tempat wisata
budaya yang dapat menimbulkan pemahaman dan rasa ikut memiliki unsur-unsur dan
aspek budaya bangsa. Museum memberikan informasi berupa aspek kesejarahan,
kebudayaan suatu bangsa. Informasi yang terdapat pada museum adalah informasi ilmiah
karena informasi melalui koleksi yang dipamerkan adalah hasil penelitian yang
dilakukan para peneliti. Dengan demikian museum juga merupakan pusat studi
warisan budaya dan pusat informasi edukatif.
Dengan demikian, secara langsung atau
tidak langsung hal ini menyebabkan semakin penting dan strategisnya peran
museum. Bagaimanapun museum merupakan bagian yang berpotensi menjembatani
budaya tinggalan sejarah dan budaya kehidupan masyarakat dalam setiap dimensi
ruang dan waktu. Keseluruhannya merupakan bagian yang sangat penting dalam
menentukan kapasitas penguasaan dari apresiasi wisatawan sebagai aktor sosial
atas “modal” budaya mereka.
2.3 Manfaat Museum
Terhadap Pembelajaran Sejarah
Remaja
jaman sekarang tidak mengenal sejarah kotanya sendiri yang padahal merupakan
tempat kelahiran mereka. Museum merupakan sarana untuk mengembangkan budaya dan
peradaban manusia. Dengan kata lain, museum tidak hanya bergerak di sector
budaya, melainkan dapat bergerak di sektor pendidikan, ekonomi, politik,
sosial, dan sebagainya.
Manfaat
museum bagi anak remaja tak hanya sebagai representasi sejarah, sarana rekreasi
dan media pendidikan saja. Selain sifatnya yang dirasa langsung ketika
berkunjung ke museum, manfaat lainnya yakni berupa kesadaran akan pentingnya
sejarah dan peradaban suatu bangsa sebagai media representasi bagi generasi di
masa yang akan datang.
Sebagai contoh manfaat museum bagi pembelajaran sejarah,
Indonesia mempumyai beberap museum yang bersejarah, dalam museum tersebut
terdapat koleksi dari zaman ke zaman .Melalui kelengkapan koleksi dalam
berbagai museum tesebut kita dapat mengetahui sejarah bangsa kita. Museum
atau gedung yg digunakan sbg tempat untuk pameran tetap benda-benda yg patut
mendapat perhatian umum, seperti peninggalan sejarah, seni, dan ilmu; tempat
menyimpan barang kuno dari seluruh pelosok negeri kita ini.
Menurut Drs. Moh. Amir Sutaarga dalam bukunya yang
berjudul: “Pedoman Penyelenggaraan dan Pengelolaan Museum”, arti museum itu
tetap mengingatkan kita kepada kuil di jaman Yunani klasik tempat
persembahyangan dan pemujaan ke 9 dewi Muze, lambang-lambang pelbagai cabang
ilmu dan kesenian. Ke 9 dewi Muze itu sebagai anak Zeus, dewa utama dalam
pantheon Yunani kiasik dijadikan lambang pelengkap pemujaan manusia terhadap
agama dan ritual yang ditujukan kepada Zeus. Jadi sekalipun fungsi-fungsi
museum berobah dan zaman ke zaman sesuai dengan kondisi dan situasi zamannya,
tetapi hakekat pengertian museum tetap tidak berubah. Landasan ilmiah dan
kesenian tetap menjiwai arti museum sampai sekarang.
Kita juga harus mengetahui fungsi museum, menurut ICOM
(International Council of Museeum), tugas dan fungsi museum antara lain :
(1) Pengumpulan dan pengamanan warisan
alam dan budaya.
(2) Dokumentasi dan penelitian ilmiah.
(3) Pengenalan dan penghayatan kesenian.
(4) Pengenalan kebudayaan antara daerah
dan antarbangsa.
(5) Visualisasi warisan alam dan budaya.
(6) Cermin pertumbuhan peradaban umat
manusia.
(7) Pembangkit rasa bertakwa dan
bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Tugas dan fungsi museum di atas
dapat mewujudkan visi dan misi museum sebagai pusat informasi budaya suatu
daerah di masyarakat, antara lain :
a
Untuk menempatkan pemasaran potensi pariwisata, kebudayaan yang ada sebagai
kalender tetap yang selalu dikunjungi wisatawan baik nasional maupun
internasional;
b
Untuk menggalang dan meningkatkan kerja sama antar museum dan masyarakat;
c
Untuk menggalang dan meningkatkan kerja sama antar museum dengan museum daerah
yang lain;
d Mendorong
terciptanya peran masyarakat dalam kegiatan untuk menunjang museum;
e
Meningkatkan kualitas pelayanan dalam upaya pengenalan koleksi-koleksi museum
kepada pengunjung;
f
Menggali potensi museum serta mengembangkan sebagai produk dalam upaya mencapai
hasil yang maksimal.
2.4 Peran Penting
Museum Sebagai Media Pembelajaran Sejarah
Salah
satu yang dapat menjadi media untuk mengenal dan mempelajari sejarah adalah
Museum. Museum adalah cermin sejarah, alam, dan kebudayaan manusia. Dengan
melihat koleksinya, orang akan mengenali sejarah kebudayaan manusia. Museum
merujuk kepada bangunan tempat menyimpan khazanah sejarah purba atau yang lalu.
Museum penting sebagai tempat kita memperdalam pengetahuan tentang sejarah masa
lampau. Keberadaan museum di Indonesia sangatlah berpengaruh pada kebudayaan
dan nilai-nilai sejarah nenek moyang yang akan dialihwariskan oleh generasi
penerus. Sebagai salah satu aset budaya yang harus diberdayakan seoptimal
mungkin, tentunya fungsi dan manfaatnya harus direalisasikan kepada masyarakat
seperti penunjang pendidikan serta mengajak masyarakat agar bisa mengenal lebih
jauh benda-benda budaya, yang merupakan warisan leluhur bangsa. Pada akhirnya
diharapkan akan timbul rasa peduli, memiliki, mencintai, dan melindungi
benda-benda bersejarah yang ada di Indonesia.
Museum
dapat digunakan sebagai media pembelajaran. Penggunaan museum sebagai media
pembelajaran disebabkan karena kompleksitas media yang tersedia sebagai
penjelasan suatu peristiwa. Hal ini memberikan berbagai kemudahan dalam
memahami benda yang dipamerkan. Kemudahan yang diperoleh adalah karena di dalam
museum telah disediakan berbagai media yang banyak memberikan informasi. Media
tersebut dapat berupa model, realita, tabel, poster, atau sistem multimedia
elektronik seperti media audiovisual.
Manfaat
museum sebagai media pembelajaran sejarah tidak dapat dilakukan secara
sembarangan. Dalam prakteknya, hal ini membutuhkan adanya perencanaan yang
matang dan strategi tentang bagaimana memanfaatkan museum agar terwujud
efektivitas pembelajaran.
Berkaitan
dengan pemanfaatan museum sebagai media pembelajaran, ada beberapa hal yang
patut untuk diperhatikan, yaitu pemanfaatan museum dilakukan sesekali waktu
saja. Hal ini disebabkan museum hanya bersifat sebagai penunjang dan media
dalam proses pembelajaran. Hal ini juga disebabkan pemanfaatan media memiliki
kelemahan dalam hal persiapan, ketersediaan, keterjangkauan dan juga
pemanfaatan.
Peran
museum sebagai media pembelajaran sejarah. Di sini pengunjung melakukan
aktivitas penikmatan terhadap koleksi melalui pameran sambil memperoleh ilmu
pengetahuan tentang koleksi. Linda Kelly (2007 : 30) mengatakan bahwa hiburan
dan pendidikan muncul sebagai hubungan simbiotik yang unik di dalam museum
supaya menarik dan mendidik pengunjung yang mampu memenuhi kebutuhan
bersenang-senang dan menghibur. Dalam hal ini, museum dapat dijadikan sebagai
daya tarik bagi para remaja yang ingin memperoleh pengetahuan melalui koleksi
dan tata pamernya dengan nuansa yang rekreatif.
2.5 Apresiasi Remaja
Terhadap Museum
Apresiasi
menurut pengertian umum adalah penghargaan/penilaian kepada segala sesuatu yang
dapat berupa karya tertentu. Biasanya apresiasi berupa hal yang positif tetapi
juga bisa yang negatif. Harapan yang kita nantikan wujudnya adalah apresiasi
dengan setulus hati dalam arti yang positif. Apresiasi dalam bahasa inggris
appreciation ini ibarat pembangunan image dapat dilakukan ketika indra manusia
bekerja, di antaranya mengamati, membandingkan, dan mempertimbangkan dengan
daya nalar.
Banyak
anak remaja yang beranggapan bahwa mengunjungi museum adalah sesuatu yang
menyeramkan, membosankan, tidak menarik dan anggapan lainnya, itu semua karena
anak remaja tidak dibiasakan mengunjungi museum dan minimnya rasa bangga akan
sejarah dan budaya bangsanya yang dikarenakan kuatnya pengaruh negatif dari perkembangan
teknologi yang merubah gaya hidup anak remaja.
Perhatian
kita terhadap museum yang merupakan tempat edukasi kultural ini tentunya bukan
justru ‘mematikan’ semangat kita untuk terus maju mengembangkan museum dengan
kata lain apresiasi terhadap museum harus terus digalakkan. Proporsi yang dapat
dilakukan ibarat melakukan promosi, kita harus outreach jika itu memang kondisi
yang dibutuhkan masyarakat sekarang. Hal ini karena perlu keaktifan terhadap
kinerja kita memahamkan museum sebagai wujud cinta kita pada aspek budaya
bangsa. Langkah ini mengingat fakta bahkan data mengungkapkan bahwa rendahnya
apresiasi generasi muda khususnya terhadap museum dewasa ini karena mereka
belum mampu merasakan manfaat kehadiran museum, baik sebagai lembaga yang
melaksanakan tugas pelestarian warisan alam dan budaya, sebagai tempat
pendidikan, ataupun sebagai tempat rekreasi yang menyenangkan sehingga yang
terjadi adalah mereka datang atau berkunjung ke museum karena instruksi dari
sekolah ataupun instansi yang terkait, bukan suatu kesadaran. Ada beberapa
kasus terbukti dari maraknya pencurian dan pemalsuan BCB di museum
mengindikasikan bahwa museum kurang mendapatkan apresiasi dari masyarakat.
Namun, walaupun demikian kita tetap harus memberikan apresiasi terhadap kehadiran
mereka ke museum sebagai langkah awal untuk mereka mengapresiasi museum.
Melalui
pandangan museum sebagai objek wisata yang menarik dan menyenangkan, akan
meningkatkan apresiasi dan rasa ingin berwisata ke museum di kalangan anak muda
yang datang untuk menyaksikan benda-benda koleksi museum, yang sama halnya
dengan berwisata ke taman safari atau kebun binatang untuk melihat koleksi
hewan.
Menggugah apresiasi para remaja terhadap museum apalagi
meningkatkannya bukanlah usaha yang mudah. Namun, minimal semuanya itu dimulai
dari diri sendiri. Keyakinan pada museum yang ditancapkan pada sanubari diri
merupakan ‘ruh’ yang dapat memotivasi bagi orang lain untuk melakukan hal yang
sama. Kepedulian dan keaktifan pribadi pada karya budaya seperti halnya museum merupakan
yang harus dilakukan sekarang juga.
Seperti halnya metode snow ball, menjadikan kita sebagai
key person memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada orang lain untuk mau
memahami peranan museum dengan variasi cara ‘share’ juga merupakan wujud apresiasi
itu sendiri. Seperti halnya metode MLM (Multi Level Marketing) ataupun mouth to
mouth, pengetahuan tentang museum dari mulut ke mulut juga merupakan cara yang
cukup signifikan untuk menggugah orang lain untuk berbuat sama.
Setelah pengetahuan dan pemahaman telah berada dalam
diri seseorang, kita perlu meyakinkan bagaimana orang tersebut mau berbuat sama
tentunya dengan tingkat kesadaran yang berbeda. Beberapa bentuk ‘do’ berkait
dengan hal ini, misalnya mau berkunjung ke museum, mau mengikuti event-event
museum, dan menyebarkan brosur dan tulisan tentang museum.
2.6 Upaya Untuk Meningkatkan Minat Remaja Mengunjungi Museum
Museum tanpa pengunjung adalah gudang barang rongsokan.
Keberadaan museum baru akan membawa makna, apabila museum dikunjungi oleh anggota
masyarakat yang dapat memanfaatkan fasilitas yang ada di dalam museum itu.
Sementara itu, orang tentu tidak akan banyak datang ke museum, kalau museum
tidak peduli pada masyarakat yang menjadi calon pengunjungnya. Karena itu,
museum semestinya dikelola dengan benar-benar mempedulikan masyarakat yang
menjadi target kunjung museum (Tanudirjo, 2009).
Museum
selayaknya menjadi wahana pendidikan diluar rutinitas belajar mengajar. Menurut
Philippe, salah satu persoalan yang dihadapi pengelolaan museum adalah
rendahnya minat kunjungan warga. Parahnya, sebagian pengunjung merupakan “paksawan”,
termasuk dalam kelompok ini adalah murid-murid sekolah yang mengikuti program
study tour.
Oleh sebab itu, Philippe menekankan perlunya
strategi mediasi yang disesuaikan dengan karakteristik pengunjung, salah satu
metodenya adalah pengelompokkan berdasar umur. Misalnya, untuk pengunjung
berumur 45 tahun atau lebih lebih cocok diberikan bentuk mediasi tulisan.
Kelompok umur 25-40 tahun, mengandalkan mediasi tulisan dan audio visual.
Sedangkan, untuk pengunjung berumur kurang dari 25 tahun, disebut juga generasi
„mesin pencari‟, sangat tidak cocok dengan media tulisan.
Dalam
usaha merangkul anak remaja untuk berkunjung serta berwisata ke museum dan
merubah pandangan anak remaja mengenai berkunjung ke museum merupakan sesuatu
yang tidak nyaman, tidak menyenangkan, seram, serta membosankan, yaitu salah
satunya dengan merubah image museum melalui komunikasi yang dilakukan
untuk menjadi lebih ramah, nyaman dan menyenangkan untuk dikunjungi oleh anak
remaja dan menyajikan program-program edutainment yang dimana anak remaja dapat
belajar sambil sambil belajar mengenai perihal yang terdapat di museum. Selain
anak-anak remaja menjadi senang untuk berkunjung ke museum, mereka juga mendapat
tambahan ilmu pengetahuan mengenai sejarah serta diharapkannya tumbuhnya rasa
patriotisme dalam diri mereka yang dimana anak remaja sebagai generasi pewaris
nilai sejarah untuk di wariskan kepada generasi yang akan datang.
Menarik
minat masyarakat untuk berkunjung ke museum bukan pekerjaan kecil, karena harus
direncanakan dan dilaksanakan secara terpadu dan menyeluruh. Artinya,
upaya menarik pengunjung tidak dapat dilakukan hanya oleh salah satu bagian
dari museum saja (misalnya, kehumasan, pemasaran, pameran, atau pemandu),
tetapi harus melibatkan semua bagian museum secara bersama-sama dan saling
terkait. Itikad untuk menarik minat pengunjung harus disadari benar oleh
seluruh bagian pengelola museum, dari karyawan pembersih, petugas keamanan,
kurator, hingga pemimpin tertinggi. Hal ini akan dapat semakin dipahami
jika kita mengetahui kompleksitas masalah yang ada terkait dengan minat
pengunjung. Uraian di bawah ini mencoba memberikan sejumlah kiat atau cara
menarik pengunjung mulai dari penciptaan pra-kondisi hingga beberapa petunjuk
praktis. Tentu uraian ini, tidak dapat disampaikan secara rinci benar,
tetapi setidaknya dapat memberikan gambaran umum yang dapat memancing pemikiran
untuk mengembangkan upaya-upaya menarik minat pengunjung di setiap museum.
2.6.1 Prakondisi
Sebagaimana pernah dikemukakan, keberhasilan suatu
museum akan ditentukan oleh hubungan baik antara pengelola museum – pengunjung
– koleksi. Terciptanya hubungan yang baik antara ketiga unsur tersebut
harus dijadikan prakondisi untuk menarik minat pengunjung ke museum.
Dalam konteks ini, setidaknya ada tiga hal yang harus dilakukan oleh
pengelola museum sebagai pihak yang paling bertanggungjawab terhadap
keberhasilan museum, yaitu kenali diri sendiri, kenali sumberdaya yang dimiliki,
dan kenali khalayak.
Mengenali diri sendiri
berarti harus mengetahui ideologi museum dan perangkat pelaksanaannya.
Ideologi museum adalah visi dan misi dari museum itu sendiri yang harus
ditetapkan dan dipahami bersama seluruh pengelola untuk selanjutnya dapat
dituangkan dalam kebijakan, strategi, dan program museum. Visi dan misi suatu
museum tentu harus bersifat khas bahkan unik, sehingga museum-nya pun akan
menjadi khas dan tidak ditemui duanya. Dengan demikian, calon pengunjung
tidak mempunyai alternatif lain kecuali berkunjung ke museum ini. Termasuk
upaya mengenali diri sendiri adalah mengetahui kedudukan museum di tengah
masyarakat, para stakeholders, dan di antara berbagai lembaga
kemasyarakatan lain, termasuk lembaga pesaingnya seperti mall, taman hiburan,
dan tempat lainnya yang banyak dikunjungi orang. Pengelola harus mampu
memetakan posisi dan keterkaitan dengan lembaga-lembaga tersebut, sehingga
mengetahui kelebihan dan kekurangan yang ada.
Mengenali sumberdaya yang
dimiliki berarti mengetahui dengan rinci sumberdaya apa saja yang dimiliki dan
bagaimana kondisinya, di antaranya prasarana dan sarana yang ada, koleksi
museum, sumberdaya manusia, dan sumberdaya keuangan. Dengan pengetahuan ini,
pengelola akan dapat menentukan strategi dan program untuk menarik minat
pengunjung yang tepat sesuai dengan kemampuan. Salah satu komponen
sumberdaya yang penting dalam kaitan ini adalah gedung museum. Gedung museum menjadi salah satu aspek
penting untuk menarik minat pengunjung, karena gedung museum akan memberikan
kesan daya tarik pertama bagi pengunjung. Jika gedung museum terkesan
suram, kumuh, dan “biasa-biasa” saja tentu tidak akan menarik minat berkunjung.
Biasanya, gedung museum dirancang dengan gaya yang khas, menarik, dan mencerminkan
filosofi tertentu. Gedung museum lalu menjadi ” ikon” dan juga “tetenger”
(landmark) di lingkungannya. Museum yang menempati gedung lama
atau cagar budaya pun harus dapat ditampilkan dengan cara khas, anggun dan
menarik, apabila ingin banyak dikunjungi. Koleksi museum adalah modal utama. Karena itu, pengelola
harus benar-benar mengetahui benar koleksi museumnya, sehingga dapat menentukan
koleksi apa yang dapat menjadi daya tarik utama museum tersebut. Museum harus
memiliki koleksi andalan (masterpiece) untuk mendatangkan pengunjung.
Selain itu, sumberdaya manusia
menjadi unsur yang tidak kalah penting. Pengelola harus tahu kelebihan dan
kekurangan sumberdaya manusia, baik dalam kuantitas, kompetensi, maupun
kinerjanya dari tataran yang paling bawah hingga atas, termasuk juga apabila
memililki sukarelawan atau mitra museum (Tanudirjo, 2010). Pemetaan sumberdaya
manusia juga akan mengetahui perlu tidaknya staff khusus kehumasan dan
pemasaran. Meskipun ada staf khusus kehumasan dan pemasaran, pada hakekatnya semua
staf museum harus juga memahami secukupnya konsep kehumasan dan pemasaran itu
(Dean, 1996)
Mengenali khalayak
berarti mencoba mendapat pengetahuan yang cukup mendalam tentang pengunjung
maupun masyarakat calon pengunjung yang menjadi sasaran (target) bagi museum.
Museum harus tahu pangsa pasar-nya, khalayak seperti apa yang ingin
ditarik minat-nya untuk mengunjungi museum. Apakah museum terutama ditujukan
untuk anak-anak, para remaja, orang dewasa, atau umum (campuran). Di sisi
lain, museum juga harus tahu apa yang dikehendaki atau harapan masyarakat
terhadap museum (Dean, 1996). Karena itu, berbagai penelitian pengunjung
dan masyarakat bukan pengunjung perlu dilakukan (Tanudirjo, 2009).
Setelah pengelola mengetahui prakondisi museumnya, maka
dapat disusun strategi dan langkah-langkah yang tepat untuk menarik minat
pengunjung. Secara umum, strategi itu dapat meliputi berbagai kiat yang terkait
dengan cara-cara membentuk citra museum di tengah masyarakat, memperkuat sajian
dalam museum, meningkatkan pelayanan masyarakat, dan strategi khusus pemasaran
museum. Memang sebagian besar tugas menarik minat pengunjung sebenarnya
terutama menjadi tanggung jawab bidang kehumasan (public relation)
bersama dengan bidang pemasaran. Namun, sayang justru bidang-bidang ini
umumnya tidak dimiliki oleh museum-museum di Indonesia. Karena itu, sudah
saatnya museum-museum Indonesia memikirkan tentang masalah ini (Tanudirjo,
2003).
2.6.2 Membentuk Citra di
Masyarakat
Minat berkunjung tidak lepas dari citra dan pengetahuan orang
tentang apa yang akan dikunjunginya. Karena itu, membentuk citra museum yang
menarik dan layak dikunjungi perlu dilakukan oleh museum. Ada banyak cara
yang dapat dilakukan oleh pengelola museum. Bekerjasama dengan media setempat atau regional merupakan
salah satu langkah yang cukup strategis untuk membentuk citra museum dan
menyiarkan program-programnya. Cara ini sebenarnya cukup sederhana dan relatif
murah, tetapi tidak banyak museum di Indonesia yang memanfaatkannya.
2.7 Cara Mengemas
Museum Semenarik Mungkin Supaya Tidak Membosankan
Perlu
adanya revitalisasi dari dalam museum itu sendiri agar dapat lebih menjual dan
membuat masyarakat khususnya anak remaja menjadi tertarik untuk berkunjung ke
museum. Dan menjadikan museum sebagai tempat yang menarik serta menyenangkan
untuk dikunjungi sekaligus sebagai sarana edukasi dan tempat representasi
sejarah yang mampu bersaing dengan tempat-tempat kegemaran anak remaja lainnya.
Perubahan paradigma dan perkembangan peran
edukasi membuat museum menyadari pentingnya untuk memberi perhatian terhadap
apa yang menjadi kebutuhan pengunjung museum saat ini, dan masyarakat yang
berpotensi menjadi pengunjung museum mereka. Oleh karena itu museum kemudian
memasukkan metode dan strategi pemasaran ke dalam pengelolaan museumnya.
Strategi
pemasaran museum saat ini dianggap dapat menjadi salah satu jalan keluar dari
permasalahan yang dihadapi oleh museum berkaitan dengan upaya membuka akses
kepada masyarakat luas untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman di museum,
sekaligus memenuhi kebutuhan pengunjung.
Adapun
yang perlu dilakukan untuk mengemas museum semenarik mungkin adalah sebagai
berikut:
(1)
Revitalisasi Museum
merupakan suatu usaha dari pihak pemerintah untuk memberikan kesan kepada
masyarakat terutama para remaja masa kini. Yang selama ini memandang museum itu
sebagai suatu tempat menyeramkan, angker, gelap dan sebaginya. Justru dengan
adanya revitalisasi museum ini diharapkan bisa merubah pandangan yang
sebelumnya. Karena tidak hanya kalangan tua, peminat museum juga datang dari
kalangan muda. Maka dari itu perlu promosi yang lebih gencar dan
penataan obyek yang dipamerkan juga dibuat semenarik mungkin.
(2)
Billboard atau papan besar yang dipasang di tempat strategis merupakan potensi yang lain untuk
meningkatkan daya tarik museum. Bahkan, di beberapa kota besar dunia,
museum juga bekerjasama dengan pelayanan angkutan umum (bus kota dan taxi)
dengan memasang poster pameran museum pada badan bus atau taxi. Dengan
sering melihat poster museum pada angkutan kota, masyarakat seakan selalu
diingatkan keberadaan museum, sehingga menjadi bagian dari kehidupan mereka
sehari-hari.
(3)
Pameran di luar museum, baik itu berupa pameran keliling di tempat strategis dan sekolah,
maupun pameran di mall dan tempat keramaian lain. Pada tataran yang lebih
luas, pameran dapat juga dilakukan di museum lain melalui program kerjasama
antar museum, sehingga mereka yang mengunjungi museum satu dapat mengetahui
keberadaan museum lainnya. Apabila kerjasama dilakukan dengan museum luar
negeri, maka akan berpotensi menarik minat pengunjung dari luar negeri.
Kerjasama seperti ini sudah sering dilakukan di Indonesia, tetapi
biasanya kurang menonjolkan museum tempat asal koleksi yang dipamerkan.
Padahal, sesungguhnya cara itu dapat meningkatkan apresiasi dan minat untuk
berkunjung ke museum asalnya.
(4)
Public events atau acara-acara yang menarik
masyarakat luas di museum. Misalnya, pameran dan lomba dengan thema
tertentu (menggambar, layang-layang, Harley Davidson, mainan tradisional, iptek
mutakhir, dll). Acara seperti ini akan berhasil jika pilihan themanya
diminati oleh masyarakat luas, tetapi tentu tidak menyimpang dari visi dan misi
museum. Untuk itu, museum perlu melakukan penelitian. Bahkan, museum
dapat memanfaatkan popularitas di bidang lain, misalnya dengan adanya film Jurasic
Park, Night in Museum, Indiana Jones, Ice Age, National Treasure, Sponge
Bob, dan Upin-Ipin untuk mengangkat tema yang terkait dalam
acara yang diminati masyarakat antara lain lomba membuat model hewan purba,
lomba bercerita khayal tentang museum, menggambar kartun, dan aktivitas sejenis
lainnya.
(5)
Website pada akhir-akhir ini menjadi salah satu media yang banyak dipakai
untuk meningkatkan citra museum. Di dalam website dapat ditampilan
beberapa contoh koleksi yang menarik atau menjadi masterpiece museum.
Tentu saja tampilan website harus juga menarik, termasuk
menyediakan virtual tour ke museum yang ditampilkan Kini lembaga
Asia-Eropa Foundation (ASEF) telah menyediakan ruang dalam Website
(portal) Culture 306 untuk menampilkan museum-museum yang ada di Asia
dan Eropa. Pengelola museum di Indonesia dapat memanfaatkan ini portal ini agar
menarik minat kunjungan ke museumnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dalam
pembelajaran sejarah, media pembelajaran merupakan hal penting yang harus
digunakan. Hal ini disebabkan sejarah merupakan peristiwa atau kegiatan yang
dilakukan oleh manusia pada masa lampau, sehingga untuk mempermudah pemahaman remaja
masa kini tentang peristiwa sejarah, penggunaan media mutlak digunakan. Penggunaan museum merupakan salah
satu cara yang efektif dalam mewujudkan
pemahaman remaja tentang sejarah.
Untuk mengatasi kondisi memprihatinkan remaja masa kini dalam
mengunjungi Museum, diperlukan perubahan signifikan dengan menjalankan pembaharuan
dalam menampilkan unsur historis di dalam Museum, yaitu dengan cara visualisasi
Museum dengan media yang lebih menarik dan melibatkan partisipasi masyarakat
terutama remaja secara langsung.
Pengunjung terutama para remaja diharapkan mengerti arti sejarah
dan semangat juang serta mewarisi nilai-nilai luhur para Pejuang Negara
terdahulu bukan hanya melihat dan mengagumi antiknya barang-barang yang berada
di museum tersebut.
3.2 SARAN
v Bagi Pemerintah dan Pengelola Museum:
Lebih ditingkatkan lagi dalam mempromosikan Museum,
Sumber Daya Manusia yang memiliki pengetahuan dari segi Information
Technology sehingga dapat menemukan ide-ide baru dalam mempromosikan Museum
untuk menarik minat para remaja masa kini, perlu mencari investor atau sponsor
untuk mendapatkan dana guna menambah fasilitas, perlu menambah jumlah koleksi
yang ada di Museum, pemeliharaan museum lebih ditingkatkan agar kebersihan dan
kenyamanan pengunjung terjaga, serta menyediakan berbagai fasilitas penunjang
informasi kegiatan pengunjung melalui media komunikasi seperti, leaflet,
brosur, buku panduan, slide dan lain-lain sehingga pengunjung dengan mudah
mempelajari objek yang dipamerkan museum.
v Bagi Remaja Masa Kini:
Para remaja harus menyadari betapa pentingnya memahami sejarah untuk
menghargai perjuangan para pahlawan masa lampau. Berusaha menumbuhkan kembali
minat untuk belajar mengenal peninggalan–peninggalan sejarah ilmu pengetahuan
dan budaya, salah satunya dengan mengunjungi Museum.
DAFTAR PUSTAKA
- Kusumo, Pratameng, Menimba Ilmu Dari Museum (Jakarta: PT.Kincir Buana, 1989) halaman 21-26
- Rustam, Pengantar Ilmu Sejara (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999) halaman 5-18
- http://www.academia.edu/7972129/Minat_Masyarakat_Berkunjung_ke_Museum
Rabu, 18 Nopember 2015 pukul 20.56 WIB - http://gandrungrontak.blogspot.in/2013/09/sejarah-dan-arti-penting-museum.html
Rabu, 18 Nopember 2015 pukul 21.42 WIB - http://www.museumnasional.or.id/learn/10.html
Kamis, 19 Nopember 2015 pukul 18.25 WIB - http://iaaipusat.wordpress.com/2012/12/05/Pameran_Tematik_Untuk_Meningkatkan_Daya_Tarik_Pengunjung
Kamis, 19 Nopember 2015 pukul 20.13 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar