1.
Filsafat Al Kindi
Al Kindi berusaha memadukan anatara filsafat dan agama.
Filsafat berdasarkan akal pikiran adalah pengetahuan yang benar (knowledge of
truth), al Quran yang membawa argument-argumen yang lebih meyakinkan dan benar
tidak mungkin bertentangan dengan kebenaran yang dihasilkan filsafat. Karena
itu mempelajari filsafat dan berfilsafat tidak dilarang, bahkan berteologi
adalah bagian dari filsafat, sedangkan Islam mewajibkan mempelajari Teologi
Bertemunya filsafat dan agama dalam kebenaran deamn
kebaikan sekaligus menjadi tujuan dari keduanya. Agama disamping wahyu
mempergunakan akal dan filsafat juga mempergunakan akal. Yang benar pertama
(the first Truth) bagi Al kindi ialah Tuhan. Keselarasan antara filsafat dan
agama didasarkan pada tiga hal yaitu :
1.
Ilmu agama merupakan bagaian
dari filsafat
2.
Wahyu yang diturunkan kepada
Nabi dan filsafat, saling berkesuaian
3.
Menuntut ilmu, secara logika
diperintahkan dalam agama
a.
Filsafat Metafisika
Tuhan dalam filsafat al kindi tidak mempunyai hakiakat
dalam arti aniah atau mahaniah. Tidak aniah karena kerena Tuhan tidak termasuk
dealam benda-benda yang ada dalam alam, bahkan Ia adalah pencipta alam. Ia
tidak tersususn dari materi dan bentuk, juga tidak mempunya hakiakat dalam
bentuk mahaniah, karena Tuhan bukan merupakan gensus dan species. Tuhan hanya
satu, tidak ada yang serupa dengan-Nya. Tuhan adalah unik, Ia semata-mata satu.
Hanya Ia lah yang satu dari pada-Nya mengandung arti banyak
b.
Filsafat Jiwa
Menurut Al Kindi, roh itu tidak tersususn, mempunyai
arti penting, sempurna dan mulia. Substansi roh berasal dari substansi Tuhan.
Hubungan roh dengan Tuhan sama dengan hubungan cahaya dengan matahari. Selain
itu jiwa bersifat spiritual, Ilahiah, terpisah sdan berbeda dari tubuh. Roh
adalah lain dari badan dan mempunyai wujud sendiri. Keadaan badan (jasmanni)
mempunyai hawa nafsu dan sifat pemarah (passion). Roh menentang keinginan hawa
nafsu dan passion.
2.
Filsafat Al-Farabi
Al Farabi berusaha memadukan beberapa aliran filsafat
fal safah al taufiqhiyah atau wahdah ala falsafah yang bebrkembang sebelumnya,
terutama pemikiran Plato, Aristoteles, dan Plotinus, juga antara agama dan
filsafat.
a.
Talfiq
Dalam ilmu logika dan fisika Ia dipengaruhi oleh Aristoteles, dalam masal;ah akhlak dan politik ia dipengaruhi oleh Plato, sedangkan dalam persoalan metafisika ia di pengaruhi oleh Plotinus. Al farabi berpandapat bahwa pada hakikatnya filsafat itu adalah satu kesatuan, oleh karena itu para filosof besar harus menyatujui bahwa satu-satunya tujuan adalah mencari kebenaran.
Dalam ilmu logika dan fisika Ia dipengaruhi oleh Aristoteles, dalam masal;ah akhlak dan politik ia dipengaruhi oleh Plato, sedangkan dalam persoalan metafisika ia di pengaruhi oleh Plotinus. Al farabi berpandapat bahwa pada hakikatnya filsafat itu adalah satu kesatuan, oleh karena itu para filosof besar harus menyatujui bahwa satu-satunya tujuan adalah mencari kebenaran.
b.
Metafisika
Wajib al wujud a dalah tidak boleh tidak ada, ada dengan sendirinya, esensi dan wujudnya adalah sama dan satu. Ia adalah wujud yang sempurna selamanya dan tidak didahului oleh tiada.jika wujud ini tidak ada, maka timbul kemustahilan, karena wujud lain untuk adanya tergantung kepadanya. Inilah yang disebut dengan Tuhan. Sedangkan mumkin al wujud adalah sesuatu yang sama antara berwujud dan tidaknya. Mumkin al wujud tidak akan berubah menjadi actual tanpa adanya wuijud yang menguatkan, dan dan yang menguatkan itu bukan dirinya tetapi wajib al wujud.
Wajib al wujud a dalah tidak boleh tidak ada, ada dengan sendirinya, esensi dan wujudnya adalah sama dan satu. Ia adalah wujud yang sempurna selamanya dan tidak didahului oleh tiada.jika wujud ini tidak ada, maka timbul kemustahilan, karena wujud lain untuk adanya tergantung kepadanya. Inilah yang disebut dengan Tuhan. Sedangkan mumkin al wujud adalah sesuatu yang sama antara berwujud dan tidaknya. Mumkin al wujud tidak akan berubah menjadi actual tanpa adanya wuijud yang menguatkan, dan dan yang menguatkan itu bukan dirinya tetapi wajib al wujud.
c.
Jiwa
Pendapat al Farabi tentang jiwa dip[engaruhi oleh filsafat Plato, Aristoteles, dan Plotinus. Jiwa bersifat rohani, bukan materi, terwujud setelah adanya badan dan jiwa, tidak berpindah-pindah dari sutau badan ke badan yang lainnya. Jiwa manusia disebut al nafs al nathiqoh, yang bersal dari alam ilahi, sedangkan jasad berasal dari alam khalaq, berbentuk, berupa, berkadar, dan bergerak. Jiwa dicuiptakan tatkala jasad siap menerimanya.
Pendapat al Farabi tentang jiwa dip[engaruhi oleh filsafat Plato, Aristoteles, dan Plotinus. Jiwa bersifat rohani, bukan materi, terwujud setelah adanya badan dan jiwa, tidak berpindah-pindah dari sutau badan ke badan yang lainnya. Jiwa manusia disebut al nafs al nathiqoh, yang bersal dari alam ilahi, sedangkan jasad berasal dari alam khalaq, berbentuk, berupa, berkadar, dan bergerak. Jiwa dicuiptakan tatkala jasad siap menerimanya.
d.
Politik
Pemikiran al Farabi tentang politik yang amat penting ialah tentang politik yang dia tuangkan kedalam dua karyanya, al siyasah al madaniyyah (pemerintahan politik) dan ara ala madinah al fadhilah (pendapaf-pendapat tentang Negara utama). Menurut al Farabi yang terpenting dalam Negara adalah pimpanan atau penguasanya, bersama sama bawahannya sebagaimana halnya jantung dan organ tubuh yahng lebih rendah secara berturut-turut.
Pemikiran al Farabi tentang politik yang amat penting ialah tentang politik yang dia tuangkan kedalam dua karyanya, al siyasah al madaniyyah (pemerintahan politik) dan ara ala madinah al fadhilah (pendapaf-pendapat tentang Negara utama). Menurut al Farabi yang terpenting dalam Negara adalah pimpanan atau penguasanya, bersama sama bawahannya sebagaimana halnya jantung dan organ tubuh yahng lebih rendah secara berturut-turut.
e.
Moral
Al Farabi menekankan empat jenis sifat utama yang harus menjadi perhatian untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat bagi bangsa-bangsa dan setiap warga Negara. Yakni :
Al Farabi menekankan empat jenis sifat utama yang harus menjadi perhatian untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat bagi bangsa-bangsa dan setiap warga Negara. Yakni :
1.
keutamaan teoritis yaitu
prinsip-prinsip pengetahuna yang diperoleh sejak awal tanpa diketahui cara dan
asalnya, juga yang diperoleh dengan cara kontemplasi, penelitian,dan melalui
belajar dan mengajar.
2.
keutamaan pemikiran yaitu yang
memungkinkan orang mengetahui hal-hal yang bermanfaat dalam tujuan.
3.
keutamaan akhlak , bertujuan
mencari kebaikan
4.
kautamaan amaliyah, diperoleh
dengan dua cara, yaitu pernyataan-pernyataan yang memuaskan dan merangsang.
f.
Teori Kenabian
Teori kenabian yang di ajukan al Farabi di motifisir pemikiran
filosof pada masanya yang mengingkari kesistensi kenabian oleh Ahmad ibn Ishaq
al Ruwandi yang berkebangsaan yahudidab Abu baker Muhammad ibn Zakariya al
Razi. Menurut mereka para sufi berkemampuan untuk mengadakan komunikasi dengan
aql Faal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar