Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran inti di Sekolah Dasar (SD) yang telah dimasukkan pada Kurikulum tahun 1975, pada hakekatnya bertujuan untuk membelajarkan ilmu-ilmu sosial pada siswa level pendidikan dasar. Ilmu-ilmu sosial (sejarah, geografi, sosiologi, antropologi, ekonomi, politik, hukum, psikologi massa) merupakan sumber atau akar pengembangan materi dan bahan pembelajaran IPS di SD. Dalam kajian IPS di SD, salah satu sumber pembelajarannya adalah sosiologi dan antropologi budaya bangsa, serta politik pemerintahan yang bertujuan membina budaya dan karakter siswa sesuai dengan harapan bangsa dan negara. Mata pelajaran IPS memiliki peranan yang diandalkan sebagai wahana untuk membina budaya dan karakter siswa sehingga kelak menjadi warganegara yang berkarakter Indonesia.
Agar budaya dan karakter siswa Sekolah Dasar bisa dikembangkan sesuai dengan harapan bangsa dan negara, pembelajaran IPS perlu dikemas agar menarik dan mampu membina budaya dan karakter siswa secara efektif dan efisien yang pada gilirannya nanti bisa diandalkan menjadi warganegara yang berbudaya dan berkarakter ke-Indonesiaan.
Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP, 2006), mata pelajaran IPS di SD bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.
2. Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan social.
3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan
4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional dan global.
Dalam konteks pembangunan budaya dan karakter bangsa, mata pelajaran IPS memiliki peran yang relevan untuk membina warganegara dalam membangun karakter bangsa. Siswa adalah generasi muda penerus bangsa, sehingga perlu dididik dan dibina agar menjadi warga negara yang memahami dan memiliki kesadaran terhadap hak dan kewajibannya. Pemerintah tentu saja mendambakan generasi mudanya agar menjadi warganegara yang baik dan dapat berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat dan negaranya. Pemerintah berkepentingan untuk menciptakan masyarakat yang demokratis, berkarakter dan berbudaya Indonesia.
Suasana kehidupan demokrasi konstitusional merupakan media yang efektif untuk membina karakter bangsa. Mata pelajaran IPS berkepentingan untuk mempertahankan kelangsungan demokrasi konstitusional. Ethos demokrasi adalah sikap yang tidak bisa diwariskan, tetapi perlu dibelajarkan dan dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Demokrasi bukanlan “mesin yang akan berfungsi dengan sendirinya”, tetapi harus selalu secara sadar direproduksi dari suatu generasi ke generasi berikutnya demi eksistensi dan kelangsungan hidup suatu bangsa dan negara.. Demokrasi dipelihara oleh warganegara yang mempunyai pengetahuan, kemampuan dan karakter yang dibutuhkan. Tanpa adanya komitmen yang benar dari warganegara terhadap nilai dan prinsip fundamental demokrasi, maka masyarakat yang terbuka dan bebas, tak mungkin terwujud.
Pembelajaran IPS di SD bisa dikembangkan menjadi wahana yang efektif untuk menanamkan pemahaman terhadap bahan pembelajaran, sikap dan keterampilan siswa untuk berbudaya dan berkarakter Indonesia. Setting kelas dalam pembelajaran IPS perlu diciptakan suasana kondusif dan produktif untuk memberikan pengalaman belajar kepada siswa melalui perlibatannya secara proaktif dan interaktif baik dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas sehingga memberi pengalaman belajar yang bermakna (meaningful learning) untuk mengembangkan karakter siswa. Pelaksanaan kegiatan ekstra-kurikuler sebagai wahana sisio-pedagogis untuk mendapatkan “hands-on experience” juga bisa dikemas menjadi sarana yang efektif untuk memberikan kontribusi yang signifikan dalam menyeimbangkan antara penguasaan teori dan praktek penanaman nilai, budaya dan karakter siswa dalam berkehidupan di masyarakat yang demokratis.
Tentu saja penanaman nilai dan budaya bangsa tersebut bukan berati tanpa kendala. Membina karakter siswa agar sesuai dengan harapan dan menghasilkan suatu totalitas hasil belajar yang mencerminkan pencapaian secara komprehensif dari dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik yang koheren, perlu perjuangan yang ulet dan berkesinambungan. Selain menghadapi kendala internal dalam proses pembelajara di kelas, pendidikan IPS juga menghadapi kendala eksternal yaitu kritikan dan tuntutan dari berbagai lapisan masyarakat berkaitan dengan semangat demokratisasi yang semakin meningkat dengan segala eksesnya.
Kritikan dan tuntutan masyarakat tersebut sangat wajar, sebab moralitas dan karakter siswa semakin memprehatinkan. Dengan demikian kritikan tersebut perlu direspon dan diakomodasi secara proporsional karena tanggung jawab membina karakter bangsa menjadi tanggung jawab bersama pemerintah, guru dan masyarakat.
Kendala eksternal lainnya yaitu pendidikan di Indonesia dihadapkan pada berbagai persoalan dan situasi global yang berkembang cepat, baik yang bermuatan pengaruh positif maupun yang bermuatan pengaruh negatif atau pengaruh yang bertentangan dengan kepribadian bangsa Indonesia. Tentu akan menjadi tantangan bagi pembelajaran IPS di Sekolah Dasar pada masa mendatang untuk bisa berperan secara lebih professional dalam membina budaya dan karakter siswa sebagai generasi penerus bangsa Indonesia.
Agar budaya dan karakter siswa Sekolah Dasar bisa dikembangkan sesuai dengan harapan bangsa dan negara, pembelajaran IPS perlu dikemas agar menarik dan mampu membina budaya dan karakter siswa secara efektif dan efisien yang pada gilirannya nanti bisa diandalkan menjadi warganegara yang berbudaya dan berkarakter ke-Indonesiaan.
Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP, 2006), mata pelajaran IPS di SD bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.
2. Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan social.
3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan
4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional dan global.
Dalam konteks pembangunan budaya dan karakter bangsa, mata pelajaran IPS memiliki peran yang relevan untuk membina warganegara dalam membangun karakter bangsa. Siswa adalah generasi muda penerus bangsa, sehingga perlu dididik dan dibina agar menjadi warga negara yang memahami dan memiliki kesadaran terhadap hak dan kewajibannya. Pemerintah tentu saja mendambakan generasi mudanya agar menjadi warganegara yang baik dan dapat berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat dan negaranya. Pemerintah berkepentingan untuk menciptakan masyarakat yang demokratis, berkarakter dan berbudaya Indonesia.
Suasana kehidupan demokrasi konstitusional merupakan media yang efektif untuk membina karakter bangsa. Mata pelajaran IPS berkepentingan untuk mempertahankan kelangsungan demokrasi konstitusional. Ethos demokrasi adalah sikap yang tidak bisa diwariskan, tetapi perlu dibelajarkan dan dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Demokrasi bukanlan “mesin yang akan berfungsi dengan sendirinya”, tetapi harus selalu secara sadar direproduksi dari suatu generasi ke generasi berikutnya demi eksistensi dan kelangsungan hidup suatu bangsa dan negara.. Demokrasi dipelihara oleh warganegara yang mempunyai pengetahuan, kemampuan dan karakter yang dibutuhkan. Tanpa adanya komitmen yang benar dari warganegara terhadap nilai dan prinsip fundamental demokrasi, maka masyarakat yang terbuka dan bebas, tak mungkin terwujud.
Pembelajaran IPS di SD bisa dikembangkan menjadi wahana yang efektif untuk menanamkan pemahaman terhadap bahan pembelajaran, sikap dan keterampilan siswa untuk berbudaya dan berkarakter Indonesia. Setting kelas dalam pembelajaran IPS perlu diciptakan suasana kondusif dan produktif untuk memberikan pengalaman belajar kepada siswa melalui perlibatannya secara proaktif dan interaktif baik dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas sehingga memberi pengalaman belajar yang bermakna (meaningful learning) untuk mengembangkan karakter siswa. Pelaksanaan kegiatan ekstra-kurikuler sebagai wahana sisio-pedagogis untuk mendapatkan “hands-on experience” juga bisa dikemas menjadi sarana yang efektif untuk memberikan kontribusi yang signifikan dalam menyeimbangkan antara penguasaan teori dan praktek penanaman nilai, budaya dan karakter siswa dalam berkehidupan di masyarakat yang demokratis.
Tentu saja penanaman nilai dan budaya bangsa tersebut bukan berati tanpa kendala. Membina karakter siswa agar sesuai dengan harapan dan menghasilkan suatu totalitas hasil belajar yang mencerminkan pencapaian secara komprehensif dari dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik yang koheren, perlu perjuangan yang ulet dan berkesinambungan. Selain menghadapi kendala internal dalam proses pembelajara di kelas, pendidikan IPS juga menghadapi kendala eksternal yaitu kritikan dan tuntutan dari berbagai lapisan masyarakat berkaitan dengan semangat demokratisasi yang semakin meningkat dengan segala eksesnya.
Kritikan dan tuntutan masyarakat tersebut sangat wajar, sebab moralitas dan karakter siswa semakin memprehatinkan. Dengan demikian kritikan tersebut perlu direspon dan diakomodasi secara proporsional karena tanggung jawab membina karakter bangsa menjadi tanggung jawab bersama pemerintah, guru dan masyarakat.
Kendala eksternal lainnya yaitu pendidikan di Indonesia dihadapkan pada berbagai persoalan dan situasi global yang berkembang cepat, baik yang bermuatan pengaruh positif maupun yang bermuatan pengaruh negatif atau pengaruh yang bertentangan dengan kepribadian bangsa Indonesia. Tentu akan menjadi tantangan bagi pembelajaran IPS di Sekolah Dasar pada masa mendatang untuk bisa berperan secara lebih professional dalam membina budaya dan karakter siswa sebagai generasi penerus bangsa Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar