Hukum Tajwid
1. Hukum Bacaan Nun Mati/ TanwinNun mati atau tanwin (ـًـٍـٌ / نْ) jika bertemu dengan huruf-huruf hijaiyyah, hukum bacaannya ada 5 macam, yaitu:
Izhar (إظهار)
Izhar artinya jelas atau terang. Apabila ada nun mati atau tanwin (ـًـٍـٌ / نْ) bertemu dengan salah satu huruf halqi (ا ح خ ع غ ه ), maka dibacanya jelas/terang.
Idgham (إدغام)
Idgham Bighunnah (dilebur dengan disertai dengung) Yaitu memasukkan/meleburkan huruf nun mati atau tanwin (ـًـٍـٌ / نْ) kedalam huruf sesudahnya dengan disertai (ber)dengung, jika bertemu dengan salah satu huruf yang empat, yaitu: ن م و ي
Idgham Bilaghunnah (dilebur tanpa dengung)
Yaitu memasukkan/meleburkan huruf nun mati atau tanwin (ـًـٍـٌ / نْ) kedalam huruf sesudahnya tanpa disertai dengung, jika bertemu dengan huruf lam atau ra (ر، ل)
Iqlab (إقلاب)
Iqlab artinya menukar atau mengganti. Apabila ada nun mati atau tanwin (ـًـٍـٌ / نْ) bertemu dengan huruf ba (ب), maka cara membacanya dengan menyuarakan /merubah bunyi نْ menjadi suara mim (مْ), dengan merapatkan dua bibir serta mendengung.
Ikhfa (إخفاء)
Ikhfa artinya menyamarkan atau tidak jelas. Apabila ada nun mati atau tanwin (ـًـٍـٌ /نْ) bertemu dengan salah satu huruf ikhfa yang 15 (ت ث ج د ذ س ش ص ض ط ظ ف ق ك ), maka dibacanya samar-samar, antara jelas dan tidak (antara izhar dan idgham) dengan mendengung.
2. Hukum Bacaan Mim Mati
Mim mati (مْ) bila bertemu dengan huruf hijaiyyah, hukumnya ada tiga, yaitu:ikhfa syafawi, idgham mim, dan izhar syafawi.
Ikhfa Syafawi (إخفاء سفوى)
Apabila mim mati (مْ) bertemu dengan ba (ب), maka cara membacanya harus dibunyikan samar-samar di bibir dan didengungkan
Idgham Mimi ( إدغام ميمى)
Apabila mim mati (مْ) bertemu dengan mim (مْ), maka cara membacanya adalah seperti menyuarakan mim rangkap atau ditasyidkan dan wajib dibaca dengung.Idgham mimi disebut juga idgham mislain atau mutamasilain.
Izhar Syafawi (إظهار سفوى)
Apabila mim mati (مْ) bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah selain huruf mim (مْ) dan ba (ب), maka cara membacanya dengan jelas di bibir dan mulut tertutup
3. Pengertian Qalqalah
Menurut bahasa qalqalah artinya gerak, sedangkan menurut istilah qalqalah adalah bunyi huruf yang memantul bila ia mati atau dimatikan, atau suara membalik dengan bunyi rangkap. Adapun huruf qalqalah terdiri atas lima huruf, yaitu : ق , ط , ب , ج , د agar mudah dihafal dirangkai menjadi قُطْبُ جَدٍ
Macam-macam Qalqalah
a. Qalqalah kubra (besar) yaitu Huruf Qalqalah yang berbaris hidup, dimatikan karena waqaf. inilah Qalqalah yang paling utama, cara membacanya dikeraskan qalqalahnya.
Contoh : مَا خَلَقَ . أُوْلُوا اْلأَلْبَابِ . زَوْجٍ بَهِيْجٍ .
b. Qalqalah Sugra (kecil) yaitu Huruf Qalqalah yang berbaris mati, tetapi tidak waqaf padanya,caranya membacanya kurang dikeraskan Qalqalahnya.
Contoh : يَقْطَعُوْنَ إِلاَّ إِبْلِيْسَ وَمَا أَدْرَاكَ
4. Hukum membaca Ra
hukum bacaan Ra terbagi menjadi tiga, yaitu:
a. Ra dibaca Tafkhim artinya tebal, apabila keadaannya sbb:
1. Ra berharkat fathah اَلرَّسُوْلَ
2. Ra berharkat dhummah رُحَمَاءِ
3. Ra diwakafkan sebelumnya huruf yang berharkat fathah atau Dhummah يَنْصُرُ- َاْلاَبْتَرُ
4. Ra sukun sebelumnya huruf yang berbaris fathah atau dhummah تُرْجَعُوْنَ- يَرْحَمٌ
5. Ra sukun karena wakaf sebelumnya terdapat alif atau wau yang mati اَلْغَفُوْرُ-اَلْجَبَّارُ
6. Bila ra terletak sesudah Hamzah Washal اُرْكُضْ- اِرْحَمْنَا
Catatan: Hamzah Washal adalah Hamzah yang apabila terletak dia diawal dibaca, tetapi kalau ada yang mendahuluinya dia tidak dibaca
b. Ra dibaca tarqiq (tipis) apabila keadaannya sebagai berikut:
Ra dibaca Tarkik bila:
1. Ra berharkat kasrah رِحْلَةَ الشّتَاءِ _ تَجْرِيْ
2. Ra sukun sebelumnya huruf berharkat kasrah dan sesudahnya bukanlah huruf Ist’la’
فِرْعَوْنَ – مِرْيَةٌ
3. Ra sukun sebelumnya huruf yan berharkat kasrah dan sesudahnya huruf Ist’la’ dalam kata yang terpisah. فَصْبِرْصَبْرًا
4. Ra sukun karena wakaf, sebelumnya huruf berharkat kasrah atau ya sukun.
جَمِيْعٌ مُنْتَصِرٌ – يَوْمَئِذِ لَخَبِيْرٌ
5. Ra sukun karena wakaf sebelumnya bukan huruf huruf Isti’la’dan sebelumnya didahului oleh huruf yang berbaris kasrah. ذِيْ الذِّكْر
Catatan : huruf Isti’lak ialah melafalkan huruf dengan mengangkat pangkal lidah kelangit-langit yang mengakibatkan hurfnya besar ق ص ض ظ ط غ خ
c. Ra boleh dibaca tafkhim atau tarqiq:
Ra dibaca tarkik dan tafkhim bila:
1. Ra sukun sebelumnya berharkat kasrah dan sesudahnya huruf Isti’la’ berharkat kasrah atau Kasratain. مِنْ عِرْضِهِ – بِحِرْص
2. Ra sukun karena wakaf, sebelumnya huruf Isti’la’ yang berbaris mati, yang diawali dengan huruf yang berharkat kasrah. الْقِطْرِ – مِصْرِ
5. Hukum Bacaan Maad
Arti dari mad adalah memanjangkan suara suatu bacaan. Huruf mad ada tiga yaitu :
و ي
Jenis mad terbagi 2 macam, yaitu :
1. Mad Ashli / mad thobi’i
2. Mad Ashli / mad thobi’I terjadi apabila :
- huruf berbaris fathah bertemu dengan alif
- huruf berbaris kasroh bertemu dengan ya mati
- huruf berbaris dhommah bertemu dengan wawu mati
3. Panjangnya adalah 1 alif atau dua harokat.
4. contoh :
3. Mad far’i
Adapun jenis mad far’i ini terdiri dari 13 macam, yaitu :
1) Mad Wajib Muttashil
Yaitu setiap mad thobi’i bertemu dengan hamzah dalam satu kata. Panjangnya adalah 5 harokat atau 2,5 alif. (harokat = ketukan/panjang setiap suara)
Contoh :
2) Mad Jaiz Munfashil
Yaitu setiap mad thobi’i bertemu dengan hamzah dalam kata yang berbeda.
Panjangnya adalah 2, 4, atau 6 harokat (1, 2, atau 3 alif).
Contoh :
3) Mad Aridh Lisukuun
Yaitu setiap mad thobi’i bertemu dengan huruf hidup dalam satu kalimat dan dibaca waqof (berhenti).
Panjangnya adalah 2, 4, atau 6 harokat (1, 2, atau 3 alif). Apabila tidak dibaca waqof, maka hukumnya kembali seperti mad thobi’i.
Contoh :
4) Mad Badal
Yaitu mad pengganti huruf hamzah di awal kata. Lambang mad madal ini biasanya berupa tanda baris atau kasroh tegak .
Panjangnya adalah 2 harokat (1 alif)
Contoh :
5) Mad ‘Iwad
Yaitu mad yang terjai apabila pada akhir kalimat terdapat huruf yang berbaris fathatain dan dibaca waqof.
Panjangnya 2 harokat (1 alif).
Contoh :
6) Mad Lazim Mutsaqqol Kalimi
Yaitu bila mad thobi’i bertemu dengan huruf yang bertasydid.
Panjangnya adalah 6 harokat (3 alif).
Contoh :
7) Mad Lazim Mukhoffaf Kalimi
Yaitu bila mad thobi’i bertemu dengan huruf sukun atau mati.
Panjangnya adalah 6 harokat (3 alif).
Contoh :
8) Mad Lazim Harfi Musyba’
Mad ini terjadi hanya pada awal surat dalam al-qur’an. Huruf mad ini ada delapan
yaitu :
Panjangnya adalah 6 harokat (3 alif)
Contoh :
9) Mad Lazim Mukhoffaf harfi
Mad ini juga terjadi hanya pada awal surat dalam al-qur’an. Huruf mad ini ada lima, yaitu :
Panjangnya adalah 2 harokat.
Contoh :
10) Mad Layyin
Mad ini terjadi bila :
huruf berbaris fathah bertemu wawu mati atau ya mati, kemudian terdapat huruf lain yg juga mempunyai baris.
Mad ini terjadi di akhir kalimat kalimat yang dibaca waqof (berhenti).
Panjang mad ini adalah 2 – 6 harokat ( 1 – 3 alif).
Contoh :
11) Mad Shilah
Mad ini terjadi pada huruh “ha” di akhir kata yang merupakan dhomir muzdakkar mufrod lilghoib (kata ganti orang ke-3 laki-laki).
Syarat yang harus ada dalam mad ini adalah bahwa huruf sebelum dan sesudah “ha” dhomir harus berbaris hidup dan bukan mati/sukun.
Mad shilah terbagi 2, yaitu :
a) Mad Shilah Qashiroh
Terjadi bila setelah “ha” dhomir terdapat huruf selain hamzah. Dan biasanya mad ini dilambangkan dengan baris fathah tegak, kasroh tegak, atau dhommah terbalik pada huruf “ha” dhomir. Panjangnya adalah 2 harokat (1 alif).
Contoh :
b) Mad Shilah Thowilah
Terjadi bila setelah “ha” dhomir terdapat huruf hamzah. Panjangnya adalah 2-5 harokat (1 – 2,5 alif).
Contoh :
12) Mad Farqu
Terjadi bila mad badal bertemu dengan huruf yang bertasydid dan untuk membedakan antara kalimat istifham (pertanyaan) dengan sebuutan/berita.
Panjangnya 6 harokat.
Contoh :
13) Mad Tamkin
Terjadi bila 2 buah huruf ya bertemu dalam satu kalimat, di mana ya pertama berbaris kasroh dan bertasydid dan ya kedua berbaris sukun/mati. Panjangnya 2 – 6 harokat (1 – 3 alif).
Contoh :
6. HUKUM BACAAN ALIF LAM
Dalam ilmu tajwid dikenal hukum bacaan alif lam ( ال ). Hukum bacaan alim lam ( ال) menyatakan bahwa apabila huruf alim lam ( ال ) bertemu dengan huruf-huruf hijaiyah, maka cara membaca huruf alif lam ( ال ) tersebut terbagi atas dua macam, yaitu alif lam ( ال ) syamsiyah dan alif lam ( ال ) qamariyah
1. Pengertian hukum bacaan “Al” Syamsiyah.
“Al” Syamsiyah adalah “Al” atau alif lam mati yang bertemu dengan salah satu huruf syamsiyah dan dibacanya lebur/idghom (bunyi “al’ tidak dibaca).
Huruf-huruf tersebut adalah ت ث د ذ ر ز س ش ص ض ط ظ ل ن
Ciri-ciri hukum bacaan “Al” Syamsiyah:
a. Dibacanya dileburkan/idghom
b. Ada tanda tasydid/syiddah ( ) di atas huruf yang terletak setelah alif lam mati =>الـــّ
Contoh:
وَالشَّمْسِ يَوْمُ الدِّيْنِ وَالضُّحَى
2. Pengertian hukum bacaan “Al” Qamariyah
“Al” Qamariyah adalah “Al” atau alif lam mati yang bertemu dengan salah satu huruf qamariyah dan dibacanya jelas/izhar. Huruf-huruf tersebut adalah : ا ب ج ح خ ع غ ف ق ك م و ه ي
Ciri-ciri hukum bacaan “Al” Qamariyah:
a. Dibacanya jelas/izhar
b. Ada tanda sukun ( ْ ) di atas huruf alif lam mati => الْ
Contoh:
اَلْهَادِى وَالْحَمْدُ بِاْلإِيْمَانِ
7. TANDA-TANDA WAQAF
Waqaf artinya berhenti, yaitu berhenti ketika membaca ayat-ayat Al-Qur’an baik di akhir ayat atau di pertengahan ayat. Adapun tanda-tanda waqaf antara lain :
Bacaan Gharib dan Musykilat
A. Bacaan gharib
Ghorib artinya asing. Bacaan ghorib adalah bacaan asing. Yaitu bacaan yang tidak sebagaimana biasanya sehingga dikhawatirkan salah dalam membacanya . Agar tidak turut latah danmembiarkan terjadinya kesalahan, alangkah baiknya apabila kita mencatat ayat-ayat yang mengandung bacaan ghorib.
Macam- macam bacaan gharib antara lain:
1. Sakta(ﺳﻜﺘﻪ)
Saktah adalah berhenti sejenak tanpa bernafas, dengan tujuan untuk meluruskan arti ayat. Di dalam mushkhafros mulutsmani, ‘saktah’ ditandai dengan khuruf ‘SIN ’kecil pada ayat yang mengandung ‘saktah’.
Menurut Imam Hafs, saktah hanya ada di 4 tempat yaitu surat (18:1-2), (36:52), (75:27) dan (83:14). Pada contoh di bawah ini, huruf ‘SIN’ (sebagai tanda saktah) terletak antara kata berwarna merah dan kata berwarna biru .Diantara kedua kata itulah terjadi saktah.
Berikut ini adalah ayat yang mengandung saktah:
Surat Al-Kahfi (18) antara ayat 1 dan 2:ﻋﻮﺟﺎﻗﻴﻤﺎ
SuratYasiin (36) ayat 52: ﻣﻦﻣﺮﻓﺪﻧﺎ
Surat Al-Muthoffifiinayat 14:ﻛﻶﺑﻞﺮﺎﻦ
2. Sajdah( ﺳﺠﺪﻩ)
Sajdah di dalam Alqur’an ditandai dengan gambar berbentuk kubah. Disunnahkan bagi pembaca dan pendengar untuk melakukan sujud tilawah ketika membaca/mendengar ayat sajdah. Disunnahkan melakukan sujud tilawah baik ketika sedang sholat atau diluar sholat.D i dalam sholat, sunnahnya hanya ketika imam melakukan sujud tilawah, jika tidak, maka ma’mum tidak boleh sujud sendiri (karena ma’mun harus mengikuti imam). Di luar sholat, disyaratkan menghadap qiblat dan suci dari hadats, boleh diawali dengan.berdiri atau duduk, dengan di awali takbirotul ikhrom ataupun tidak. Jika di awali takbir maka Ditutup dengan salam, jika tanpa takbir maka tidak perlu salam. Sujud tilawah yang dilakukan saat shalat tidak didahului takbir lagi serta tidak diakhiri salam (sudah takbirotul ikhrom diawal sholat dan salam pada akhir shalat).
3. Imalah
Imalah adalah pembacaan fathah yang miring kekasroh
Contoh pada surat Hud (11) ﻣﺠﺮﻫﺎ Bunyi RO dibaca RE (seperti bunyi REmot) sehingga menjadi majREha.
4. Isymam
Isymam adalah menampakkan dhommah yang terbuang dengan isyarat bibir ketika membaca kata ‘LAATA’MANNA’ pada surat Yusuf (12) ayat 11.
Teks lengkap surat Yusuf (12) ayat 11 adalah sebagai berikut:ﻻﺗﺄﻣﻧﺎ
cara bacanya “laa ta’manna” Nah, karena ini termasuk bacaan isymam, cara membacanya yaitu “laa ta’mannuna”, namun kata “nuu” yang menjadi tambahan hanya diisyaratkan dengan gerakan bibir ditambah mencucu tanpa suara. Jadi suara yang kedengaran hanya sebatas “laa ta’manna”.
5. Naql
Naql adalah memindahkan simbol/baris kasroh pada huruf HAMZAH ke huruf LAM, yaitu pada surat Al-Hujuroot ayat 11 .ﺑﺌﺲﺎﻻﺳﻢ
Naql, yaitu memindahkan harakat suatu huruf ke huruf sukun sebelumnya. Menurut imam Hafs, bacaan ini juga hanya ada dalam surat al Hujurat ayat 11 بئس الاسم. Alasan bacaan naql pada kata الاسم yaitu terdapatnya dua hamzah washal (hamzah yang tidak terbaca di tengah kalimat), yakni hamzah pada al ta’rif daismu (salah satu dari sepuluh kata benda yang berhamzah washal), yang mengapit lam sehingga menjadi tidak terbaca di kala sambung dengan kata sebelumnya. Di antara manfaat bacaan naql ini adalah untuk memudahkan umat Islam membacanya.
6. Tashil
Tashil adalah , yaitu meringankan hamzah kedua (dari dua hamzah yang beriringan) dengan bunyi leburan hamzah dengan alif. Terdapat dalam surat Fushilat 44 yang berbunyi ﻋﺄﺟﻤﻲ
Dilihat dari tulisannya, bacaannya seharusnya aa’jamiyyuwa ‘arabiyy. Tapi untuk bacaan ini, hamzah pertama dan kedua cara bacanya agak diringankan. Ketika bertemu dua hamzah qatha’ yang berurutan pada satu kata maka melafadzkan kata semacam ini bagi orang Arab terasaberat, sehingga bacaan seperti ini bisa meringankan.
B. Musykilat
Musykilat adalah bacaan-bacaan yang antara tulisan dengan cara membacanya berbeda. Hal ini bertujuan agar kita dalam membacanya lebih berhati-hati dan terhindar dari kesalahan membaca.
Sebab terjadinya perbedaan :
1. Ada huruf yang tertulis tapi dibaca dengan suara atau bunyi lain
2. Ada huruf dalam kata tertulis tapi tidak dibaca.
3. Ada tandan shifir (bulatan kecil di atas alif) ada 2 yaitu :
a. Shifir Mustadhir ; bulatan kecil di atas huruf alif yang berada di tengah kata sehingga huruf alif tersebut tidak berfungsi dan dibaca pendek.
b. Shifir Mustahil : bulatan lonjong kecil di atas alif yang
berada di akhir kata yang memiliki fungsi jika waqaf maka dibaca panjang dan jika washol dibaca pendek
Jenis-jenis bacaan musykilat :
1. Perubahan suara, yaitu suara huruf ص di ganti dengan suara huruf س, ini berada di 3 tempat : QS.Al-Baqarah ayat 245, QS.Al-A’raf ayat 69, dan QS.Ath-thur ayat 37 (yang ini boleh dibaca tetap ص atau di ganti dengan س)
2. Huruf ro’ di baca tebal
Biasanya jika ada Ro’ Sukun didahului dengan harakat kasrah, maka Ro’ tersebut dibaca tipis, tetapi pada kata-kata tertentu justru harus dibaca tebal
3. Huruf wawu tidak dibaca
Yaitu terdapat huruf wawu dalam sebuah kata, tapi tidak dibaca.
Missal : kata ﺻﻠوﻩ, زگوﻩ dan lainnya
4. “ وا” dibaca pendek
Yaitu terdapat وا dlam sebuah kata, tapi dibaca pendek, Missal : kata اﻧﺒﻮًا
5. Harakat “ ﻪ ”
Dalam Al-Qur’an terdapat beberapa kata yang membacanya tidak sesuai dengan kaidah penulisannya.
Missal : ﻓﻴﻪ, ﻋﻠﻴﻪ dan lainnya
6. Nun washol/ nun iwadl
Adalah jika ada tanwin yang bertemu dengan hamzah washol, maka cara membacanya suara tanwin harus di ganti dengan nun kasrah.
Missal : ﺧﻴﺮن اﻟﻮﺻﻴﻪ
7. Hamzah sukun saat waqaf dan washol
Dalam Al-Qur’an terdapat hamzah sukun yang jika dibaca setelah waqaf
( ibtida’), maka suara hamzah sukun menjadi suara Ya’ sukun (panjang), namun jika dibaca washol, maka hamzah sukun tidak berubah.
Missal : اﻳﺘﻮﻧﻲ menjadi اﯨًﺘﻮﻧﻲ
Saat washol tidak berubah/tetap اﻳﺘﻮﻧﻲ
8. "ﺊ " dibaca pendek
Yaitu terdapatnya ﺊ dalam sebuah kata,tapi dibaca pendek.
Misal: kata ﺘﻟﻘﺎ ﺊ , ﻭﺭﺍ ﺊ dan sebagainya.
9. “ﺃﻭ” dibaca pendek
Yaitu terdapat nya dalam sebuah kata,tapi dibaca pendek
Missal: kata ﺃﻭﻟﻭﺍ, ﺃﻭﻟﺌﻙ dan sebagainya.
10. Huruf alif tidak dibaca
Yaitu terdapatnya huruf alif dalam sebuah kata,tetapi tidak dibaca
Missal: kata ﺠﺎﻱﺀ ,ﺘﺎﻴﺌﺴﻭﺍ
11. "... ﹶﺍ..." dibaca pendek
Terdapatnya "... ﹶﺍ..." dalam sebuah kata, tapi dibaca pendek.
Missal: kata ﻤﻼﺌﻪ , ﺍﻔﺎﺌﻥ dan sebagainya.
12. "... ﹶﺍ dibaca pendek
Terdapatnya ... ﹶﺍ dalam sebuah kata, tapi dibaca pendek.
Missal: kata ﻨﺩﻋﻭﺍ , ﺜﻤﻭﺩﺍ dan sebagainya.
13. "... ﹶﺍ saat waqof
Terdapatnya ... ﹶﺍ dalam sebuah kata, saat waqof dibaca panjang
Missal: ﺍﻟﺴﺒﻴﻼ , ﺍﻟﺭﺴﻭﻻ dan sebagainya.
14. "... ﹶﺍ saat washal
Terdapatnya ... ﹶﺍ dalam sebuah kata, saat washal dibaca pendek
Missal: ﺍﻟﺴﺒﻴﻼ , ﺍﻟﺭﺴﻭﻻ dan sebagainya.
Ayat Ayat ghoribah ( isymam,imalah,dll )
ا شمام ( ISYMAAM )
Secara bahasa ISYMAAM berarti monyong, sedangkan menurut istilah adalah :
ضم الشفتين بعيد الاسكان اشارة بالضم بغير صوت وبغير تنفس
( DHOMMUSYSYAFATAINI BU'AIDAL-ISKAANI ISYAROTUN BIDHDHOMMI BIGHOIRI SHOUTIN WABIGHOIRI TANAFFUSIN ) artinya : memonyongkan dua bibir tanfa bersuara dan bernafas untuk mengiringi huruf yang bersukun, sebagai isyarat dhommah.
di dalam al-quran, Isymam hanya ada pada suroh Yusuf ayat 11, yaitu pada lafazh :
لا تأ منا ( LAA TA-MANNAA ) cara membaca lafazh ini yaitu :
ketika mengucapkan lafazh MAN bibir dihimpun maju ( monyong ) seraya ditahan sejenak, sehingga seperti terdengar bunyi LAA TA-MAUNNA. sedangkan bibir yang dimonyongkan tersebut adalah sebagai isyarat DHOMMAH.
karena asal dari lafazh لا تأ منا adalah لا تأ مننا ( LAA TA-MANUNAA )
امالة ( IMAALAH )
Secara bahasa IMAALAH berarti miring, sedangkan menurut Istilah adalah :
ان ينحو بالفتحة نحو الكسرة وبالالف نحو الياء ( AN YANHUWA BIL-FATHATI NAHWAL-KASROTI WABIL-ALIFI NAHWAL-YAA-I ) artinya : menyondongkan (suara ) fathah ke arah kasroh dan ( suara ) alif ke arah yaa. maksudnya ialah suara fathah condong ke arah kasroh, sehingga keluar bunyi mendekati huruf " e " dalam kata jahe.
menurut qiroat imam hafs, IMALAAH hanya terdapat pada suroh HUD ayat 41.
yaitu lafazh: مجرىها dibaca : MAJREEHAA.
تسهيل ( TASHIIL )
Secara bahasa TASHIIL berarti ringan, sedangkan menurut Istilah adalah :
النطق بين الهمزة والالف ( ANNUTHQU BAINAL-HAMZATI WAL-ALIFI ) artinya : mengucapkan huruf antara hamzah dan alif. jadi, TASHIIL ialah meringankan ucapan dengan mengeluarkan suara antara hamzah dan alif. dalam al-quran, TASHIIL hanya terdapat pada suroh FUSSHILAT
ayat 44, yaitu pada lafazh : ءأعجمي dibaca : A-A'JAMIYYUN
pada lafazh tersebut ,hamzah pertama dibaca biasa, sedangkan hamzah kedua dibaca ringan antara hamzah dan alif, tanfa madd.
نقل ( NAQL )
Secara bahasa NAQL berarti memindahkan, sedangkan menurut Istlah adalah :
ينقل حركة الهمزة الى الساكن قبلها فيحركه بحركتها ويحذف الهمزة
( YUNQILU HARKATAL-HAMZATI ILASSAAKINI QOBLAHAA FAYUHARRIKUHU BIHARKATIHAA WA YUHDZAFUL-HAMZATU )
artinya : memindahkan harkat hamzah kepada huruf sebelumnya yang bersukun, kemudian huruf yang bersukun tersebut diberi harkat dari harkatnya hamzah, kemudian hamzahnya dibuang.
dalam al-quran NAQL hanya terdapat pada suroh AL-HUJUROT ayat 11, yaitu pada lafazh :
بئس الاسم dibaca : BI-SA LIS MU.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar