Menurut
al-Kindi Allah adalah wujud yang sebenarnya, bukan berasal dari tiada kemudian
ada, Ia mustahil tidak ada dan akan ada selamanya. Allah adalah wujud yang
sempurna dan tidak didahului oleh wujud lain. Wujudnya tidak berakhir sedang
wujud yang lain disebabkan wujud-Nya. Ia adalah maha esa yang tidak ada
dibagi-bagi dan tidak ada zat lain yang menyamai-Nya dalam segala aspek, Ia
tidak melahirkan dan tidak dilahirkan.
Filsafatnya
tentang keesaan Tuhan selain didasarkan
pada wahyu juga pada proposisi filosofis. Menurut al-Kindi, Tuhan itu tidak
mempunyai hakikat, baik hakikat secara juziyyah atau aniyah (sebagian)
maupun hakikat secara kulliyah atau mahiyah (keseluruhan). Tuhan
bukan benda yang mempunyai sifat fisik dan tidak pula termasuk dalam
benda-benda di alam ini. Tuhan tidak tersusun dari materi (al-hayūla) dan bentuk (al-shūrat) tidak merupakan genus atau spesies. Tuhan adalah Pencipta (Khaliq).
Tuhan adalah Yang Maha Pertama (al-Haqq al-Awwal) dan Yang Maha Tunggal
(al-Haqq al-Wahid).
AL-Kindi juga menolak pendapat yang menganggap sifat-sifat
Tuhan itu berdiri sendiri. Tuhan haruslah merupakan keesaan mutlak. Bukan
keesaan metaforis yang hanya berlaku pada obyek-obyek yang dapat ditangkap
indera. Menurut Al-Kindi, Tuhan tidak memiliki sifat-sifat dan atribut-atribut
lain yang terpisah dengan-Nya, tetapi sifat-sifat dan atribut-atribut tersebut
haruslah tak terpisahkan dari Zat-Nya.
Al-Kindi juga menyatakan bahwa Allah itu hanya bisa
dilukiskan dengan kata-kata negative; Allah tidak sama dengan ciptaan-Nya,
Allah tidak berbentuk, Allah tidak berbilang, Allah tidak berbagi. Ia adalah
Maha Esa (wahdat) dan yang selainnya berbilang. Jadi Al-Kindi dalam
mengesakan Allah amat menekankan ketidak samaan-Nya dengan ciptaan-Nya.
Al-Kindi dalam membuktikan adanya Tuhan, ia memajukan tiga argument yaitu:
1. Baharunya alam. Dalam hal ini al-Kindi mengemukkan
pertanyaan secara filosofis; apakah mungkin sesuatu menjadi penyebab bagi wujud
dirinya? Dengan tegas al-Kindi menjawab; tidak mungkin, karena alam ini
mempunyai permulaan waktu, setiap yang mempunyai permulaan akan ada sesudahnya,
justru itu setiap benda atau alam pasti ada yang mewujudkannya, mustahil benda
itu sendiri yang menjadi penyebabnya. Maka yang mewujudkannya itulah Tuhan.
2.
Keaneka ragaman dalam wujud. Menurut
al-Kindi dalam alam empiris ini tidak mungkin ada keanekaragaman tanpa ada
keseragaman atau sebaliknya. Terjadinya keanekaragaman dan keragaman ini bukan
sekedar kebetulan, tetapi ada yang menyebabkan dan yang merancangnya. Sebagai
penyebabnya mustahil alam itu sendiri.kalau penyebabnya alam itu sendiri, maka
akan terjadi rangkaian yang tidak akan habis-habisnya. Sementara sesuatu yang
tidak berakhir tidak mungkin terjadi. Karena harus ada ‘illat atau
syarat yang berada di luar alam itu sendiri. Itulah Tuhan Allah SWT.
3.
Kerapian alam. menurut al-Kindi
bahwa alam empiris ini tidak mungkin terkendali dan teratur tanpa ada yang
mengatur. Pengendali dan pengatur tentu berada di luar alam. Zat itu tidak
terlihat pada ala mini. Itulah adanya Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar